Lima menit yang Javas janjikan ternyata selesai lebih cepat. Sesaat setelah gempa, Javas langsung sadar jika getaran itu tidak dihasilkan oleh bencana alam biasa. Ia melambung tinggi pergi sebuah tempat yang amat sakral di mata segala manusia.
Dunia naga.
Sebuah dunia di mana para naga hidup di sana, keberadaan tempat itu masih misterius adanya. Bagaimana susunan kerajaannya, rupa dunianya, manusia tidak ada yang tahu. Walau begitu manusia mengetahui satu hal yang pasti, bahwa ras naga di benua ini memiliki satu pemimpin yang tak bisa dibantah. Naga hitam, sang raja dari segala naga yang menjaga Kekaisaran Tarandea.
Hujan mengguyur dengan deras, Javas berhenti tepat di sebuah lahan luas. Tampak aneh lahan itu sangat sepi, dikelilingi oleh gunung-gunung tinggi, seolah lahan tersebut adalah warna hitam di antara putih. Rinai hujan mendera rerumputan hijau, menyebabkan kain yang melilit tubuh Javas menjadi layu, rambut hitam panjangnya menjadi jalur rintik air menetes.
"Keluar!" bentakan satu kata yang membuat empat gunung sekitarnya bergetar, Javas menutup matanya lantas hujan berhenti berderai. Petir dan badai mengamuk tadi lambat laun menghilang tanpa jejak, dan seluruh tubuhnya kembali kering seolah tak pernah basah.
Dari balik empat gunung sekitar, ada masing-masing satu makhluk yang terbang keluar. Mereka memiliki tubuh yang sangat besar, warnanya abu-abu dan putih. Saat kaki mereka menyentuh tanah, hembusan angin amat kuat tercipta hingga beberapa pohon terjatuh tanpa aba-aba.
"Empat petinggi naga," Javas terlihat marah sambil tetap mempertahankan wujud manusianya. "Apa yang menyebabkan gempa?"
Empat petinggi naga. Mereka merupakan naga-naga terkuat yang menjaga empat Kekaisaran di benua ini. "Mohon ampun, yang mulia, tangan kami terpeleset hingga terjadi pertengkaran kecil." ujar salah satu naga dengan kepala yang tertunduk menyentuh tanah.
Javas mengerutkan alisnya kesal. "Banyak manusia dari Kekaisaranku yang mati, bahkan istriku hampir saja terluka. Bagaimana kalian akan membayar kesalahan ini?"
Mereka menunduk bersamaan. "Kami serahkan diri lemah kami untuk dihukum sebaik-baiknya, yang mulia."
"Apa alasan kalian bertengkar?"
Pertanyaan Javas berakhir keheningan seribu bahasa, empat petinggi naga menutup mulutnya lebih rapat dari yang Javas perkirakan. Lelaki itu merasa kesal, dengan tiba-tiba ia melepas auranya yang luar biasa. Hujan yang tadi sudah jinak kembali turun, petir bersama badai menari-nari di langit mendung. Empat petinggi naga gemetar tak karuan. Mereka berusaha berusaha menahan aura intimidasi dari rajanya yang mampu menghancurkan jantung mereka beberapa detik.
"Sudahlah," Javas membuang pandangan ke samping. "Aku akan membahas ini saat aku kembali lagi. Selama itu buatlah alasan agar mendapat hukuman lebih ringan. Jika aku mendengar hal seperti ini lagi, tidak akan ada toleransi kedua."
Perkataan mutlak dari sang raja. Tanpa menunggu jawaban, Javas menerbangkan dirinya pergi meninggalkan aura yang menekan sekitar.
Hanya tiga menit ia pergi, Javas yakin Regina bisa bersembunyi dengan baik. Lagipula sekarang semua manusia sibuk dengan dirinya sendiri, gempa yang barusan terjadi membuat Kekaisaran gempar. Mereka sibuk melindungi diri atau keluarganya.
Wush!
Kedua kaki Javas menyentuh alas dengan mantap, tapi seseorang yang amat dinantinya tak kunjung tampak. Tatapan khawatir Javas berubah seperti hewan buas, takut dan marah akan sesuatu.
Hujan mengguyur deras Kekaisaran Tarandea.
Dan Regina menghilang dari pandangan sang raja naga.
KAMU SEDANG MEMBACA
REGINA: Don't Want to Die
Fantasía[UPDATE 2 BAB SETIAP HARI] Regina pemilik rambut perak terkutuk dan harus hidup sebagai persembahan sang naga hitam, Javas. Belasan tahun ia dibesarkan dalam penjara, akhirnya Regina akan dibawa pada sang naga. Javas tersenyum merentangkan kedua le...