24| Perahu Kertas

1.6K 190 32
                                    

Terlalu banyak berkenalana lama-lama akan lelah juga, terlalu banyak perahu kertas yang melaju maka semakin sering sulit pula untuk kita meyakini sesuatu. Juna adalah definisi dari perahu kertas itu sendiri, mencari-cari sesuatu yang ia belum yakini, melanglang buana entah kemana sampai dimana Juna lelah dan berhenti tanpa mengetahui jawaban yang ia cari-cari sebelumnya. Terlalu lelah untuk sekadar kembali melangkah, perihal tambatan hati adalah sesuatu yang sangat krusial untuk Juna.

bunga tidur yang selalu Juna kesampingkan kini menjelma menjadi salah satu tujuannya, masalahnya adalah Juna masih enggan mengakui bahwa dirinya sedang dilanda asmara, Juna masih menyangkal bahwa perasaan aneh pada dirinya adalah karena ia terlalu sering menyanggah sampai akhirnya ia menyerah dan mengakui kekalahannya.

Kata pertama yang Juna ucapkan pada teman-temannya saat itu adalah 'Gue suka Naura.' Tiga kata namun mampu membuat teman-temannya mengatai Juna, banyak sekali petuah yang ia dapat kala itu. Seperti sekarang ini tiga kecambah berkumpul di kosan Abi minus Ilham yang ada kelas dan tanpa Isa dan Naura, for your information perang dingin antara Abi dan Esa sudah berakhir sejak malam kemarin ketika Ilham dan Juna mengajak keduanya ngopi sembari merokok.

"Menurut lo kalau gue nembak Naura reaksi dia gimana?" satu pertanyaan Juna namun mampu membuat kedua temannya berhenti bermain.

"Mati lah," jawab Abi santai.

"Serius, enaknya pakai bahasa apa ya ke Nauranya?"

"Bahasa Padang sih dia fasih banget, bisa juga bahasa Sunda cuma sedikit, Jakarta sih Jun paling bener soalnya dia gak bisa bahasa Jawa." Kini giliran Esa yang memberikan pendapatnya.

"Anjing ih, serius monyet," kesal Juna membuat keduanya terbahak.

"Gila elu kalau mau nembak Naura," jawab Abi.

"Lah kenapa? Kemarin gue disuruh maju giliran maju dikatain gila, jadi gue harus apa?"

"Step by step goblok!" cerca Abi.

"dari dulu kemana aja," sahut Esa.

"Kebanyakan denial gitu, sekalinya sadar langsung grasak-grusuk gak mikir dulu, takut kesalip soalnya." Keduanya lantas tertawa, menertawakan penderitaan Juna.

"Ah! Gimana dong? Nanti dia keburu jadian sama bang Geo." Juna mengacak-acak rambutnya kasar.

"Lo pedekatenya diterang-terangin, Jun."

Juna menatap bingung Esa. "Emang selama ini pedekate gue gelap-gelapan?"

"Invisible anjing! Bukan lagi gelap-gelapan. Lagian ya namanya pedekate minimal lo kasih gombalan kek, perhatian kek, atau apalah yang bikin cewek baper, lah ini dikit-dikit marah, dikit-dikit ceramah Naura bukannya suka malah gedek sama lo," balas Abi.

"Gue bukan laki-laki pemberi harapan palsu," jawab Juna.

"Ish anjing!" Esa kembali memukul kepala Juna.

"Uda gue bilang-"

"Apa, hah? apa? Susah anjir ngomong sama titisan anoa. Bunda waktu hamil lo ngidamnya micin ciki jeki kali Jun makanya pas brojol anaknya bentukannya kayak lo, tolol." Esa terus meroasting Juna.

Juna hampir saja membalas perkataan Esa kalau saja ia sedang tidak membutuhkan bantuan temannya.

"Mulai sekarang lo harus deketin Naura secara ugal-ugalan Jun, jangan mau kalah sama bang Geo. Selama janur kuning belum melengkung tikung menikung masih halal buat dilakuin, jangan lagi lo jadi secret admirer gak jelas." Abi memotong sesi pertengkaran Esa dan Juna.

[✓] Semua Tentang KitaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang