30| It is the answer?

1.8K 218 15
                                    

jangan jadi siders, geulis

.

.

Sebetulnya Esa itu tidak percaya dengan ramalan yang sering seliwiran di pencarian instagramnya, namun sepertinya Esa mulai percaya saat iris matanya membaca ramalan untuk tanggal lahir Esa hari ini.

"Gak boleh percaya ramalan begitu, Sa. Tahayul, dosa tahu, itu tuh seakan-akan lo gak percaya sama statement kalau rencana Tuhan selalu indah." Abi memberikan pandangannya pada ramalan yang Esa ceritakan.

Esa mengangguk, ia membasahi bibirnya terlebih dahulu sebelum menyahut, "iya babi, gue paham. Maksudnya kan seenggaknya motivasi gue buat gas ngueng pepet Abel."

Tetap, Abi menggeleng. "Kalau mau gitu ya usaha lah dongo, kalau misal ramalan besok berubah lo mau ngata apa? Udah gue kata percaya ramalan itu gak bagus, mending lo pastiin sendiri dah, Sa."

"Masalah ini Abel, Bi." Esa menggoyang-goyangkan tubuh Abi yang dalam posisi ternyamannya.

"Iya terus kenapa? Masalahnya apa? Mau yang lo suka Jengkelin sekalipun kalau emang dasarnya susah dideketin ya susah. Selain ekstra sabar lo juga harus pinter cari celah." Abi menyandarkan kepalanya pada sofa.

"Lagi pula menurut gue Abel suka sama lo kok, maksudnya kita pikir panjang deh kalau dia gak suka udah pasti lo ditolak cuma-cuma sama Abel apalagi lo ngedeketin dia gak setahun dua tahun, lama woi. Orang yang lo deketin juga gumoh sama lo, tapi Abel nggak kan? Dia fine-fine aja lo menel-menel gak jelas," jelasnya.

Esa mengikuti Abi yang goleran di bawah sofa lalu bergerak macam cacing kepanasan. "Ah, tapi gue tetep aja pesimis."

"Mbuhlah anying, bukan urusan gue," ucap Abi malas.

Dengan langkah gontai, Esa memasuki kamar lalu keluar dengan penampilan yang cukup rapih. Tetapi, masih dalam keadaan lesu.

"Lo mau kemana sih?"

"Ke perpus, nemenin Abel nugas." Suaranya melirih ditambah bibir yang seperti ingin jatuh.

"Hati-hati deh ya lo, jangan galau di jalanan." Abi kembali melanjutkan kegiatan menontonnya ketika Esa sudah melangkah pergi.

Esa dan Isa duduk berhadapan, pagi-pagi sekali Esa sudah menjemput Isa dikediamannya katanya Isa mau ke perpustakaan hari ini, ada yang harus ia kerjakan dan dia butuh suasana baru. Jadilah Esa menemani Isa belajar. Tetapi bukannya ikut belajar kegiatan Esa hanya menatap wajah serius Isa dengan tatapan memuja.

"Lo ngapain sih lihatin gue mulu?" tanya Isa yang sudah menaruh pulpennya di meja.

"Gapapa, lo cantik sayang kalau gue anggurin," balas Esa.

Isa jengah, benar-benar jengah. "Ngapain kek Sa, baca buku kek atau nonton atau terserah asal jangan lihatin gue mulu."

"Ini gue lagi baca, Bel." Esa menegakkan punggunya.

"Baca apaan? Baca buku ghaib lo?"

"Baca pikiran lo," jawab Esa.

Isa merotasikan matanya lalu kembali melanjutkan aktifitasnya.

"Bel lo tahu kan gue suka sama lo?" tanya Esa tiba-tiba.

"Menurut lo aja Sa, lo seterang-terangan itu masa gue gak tahu?" jawab Isa.

"Bel gue beneran suka sama lo." Esa mengulanginya lagi.

"Iya, terus kenapa?" tanya Isa.

"Lo suka sama gue juga gak sih? Jangan buat gue bingung dong, kalau lo suka lo bales kalau emang lo gak suka gue lo bisa nolak gue bukannya ngebiarin gue terus-terusan deketin lo. Lo tahu gak kalau cara lo kayak gini gue gak akan pernah tahu jalan mana yang harus gue pilih, Bel."

[✓] Semua Tentang KitaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang