15| Problematika Keluarga

1.9K 200 17
                                    

UAS sudah berakhir sejak seminggu yang lalu, tapi ip belum juga keluar, sebenarnya tidak ada yang perlu dikhawatirkan tentang indeks prestasi atau biasa disebut dengan ip, karena Naura sudah berserah diri, Abi bahkan tidak peduli yang penting lulus, Esa dan Juna mereka sama tidak pedulinya katanya Juna begini. 'Mau ip gede apa kecil kagak ada tuh ucapan selamat dari ayah bunda.'

Ilham? Dia itu definisi kuliah hanya untuk bersenang-senang karena dia hanya mengandalkan kehokian dirinya, yang menjadi masalah adalah Isa bukan Isanya tapi omanya, omanya ini menganut motto make sure everything is perfect kalau bisa harus perfect. Dari abangnya yang pertama, Yie, dan abang Geo selalu nyaris sempurna dalam hal apapun hanya Isa yang tertinggal, kalau ditanya apakah Isa diam saja? Tentu tidak. Isa juga berlari supaya bisa menyamaratakan langkahnya dengan ketiga kakaknya.

"Haduh, ip gue berapa ya semester ini?" Isa tegang. Ia takut ipnya tidak sesuai dengan ekspetasinya.

"Rilex aja Bel, ip lo gak mungkin kecil," kata Ilham.

"Justru itu, sebelum gue tau hasilnya gue gak bisa tenang."

Sampai dimenit-menit terakhir ip mereka akhirnya keluar.

"Alhamdulillah," ucap Abi.

"Berapa Bi?"

Abi nyengir. "2,5 hehe."

"Lo selama kuliah belajar apaan?" Tanya Esa.

"Belajar mencintai jurusan ini," jawab Abi, Esa cuma bisa tersenyum miris melihat kelakuan temannya.

"Nau? Lo berapa?" Tanya Juna.

Naura tersenyum bangga. "3,8 alhamdulillah, kan enak kalau dosennya moodnya lagi bagus, ip gue jadi ikutan bagus soalnya."

"Kalian berdua?" Tanya Naura pada Esa dan Juna.

"Diatas tiga sih alhamdulillah," balas keduanya bersamaan.

"lo Ham?"

"2,8 ada kemajuan lah naik satu dari semester kemarin," bangga Ilham.

Naura geleng-geleng. "Lo beneran kagak niat kuliah apa gimana Ham? Ips lo gak jauh-jauh dari angka dua."

"Nggak, gue kuliah karena disuruh nenek dengan harapan bisa membagakan papa dan bunda. Terbukti deh sekarang," jawab Ilham.

"Terbukti lo cuma buang-buang duit bapak emak lo, itu kan maksud lo?" Juna membalas perkataan Ilham.

"Iya, betul, pinter deh lo Jun."

"Bel, lo berapa?" Dari tadi Isa hanya diam tanpa peduli dengan celoteh teman-temannya.

"3,6 gimana nih? Hadah." Isa panik, pasalnya ip kali ini turun satu angka dari semester kemarin.

"Lo bakalan pulang gak?" Isa mengangguk lesu.

"Pasti nanti oma gue nyerocos gak berhenti terus ujung-ujungnya dibandingin sama kakak atau sepupu gue," ujar Isa. Isa paling malas kalau harus ikut makan malam keluaga, karena sudah dipastikan omanya akan bertanya tentang ipnya.



Waktu liburan sudah tiba, enam kecambah memutuskan untuk pulang ke kampung halaman masing-masing dan akan kembali lagi setelah dua minggu berlibur, dikarenakan banyak kegiatan yang harus dipersiapkan untuk orientasi maba nanti.

Isa tiba dirumah sekitar pukul sepuluh pagi, dan sekarang sudah menunjukkan pukul tujuh malam yang dimana kegiatan Isa malam ini adalah makan malam keluarga. Semua berjalan lancar, tenang, dan damai, namun tidak bertahan lama setelah Oma membuka suaranya.

"El, kantor cabang kamu gimana progressnya?"

El mengelap bibirnya sebelum menjawab. "Baik Oma, kemarin baru aja diresmikan kantornya."

[✓] Semua Tentang KitaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang