27| Masih dengan si jabrik

1.5K 179 12
                                    

Pukul sepuluh malam Abi dan Esa baru saja menyelesaikan acara main PlayStationnya. Ketika keduanya hendak memasuki kamar masing-masing tiba-tiba Esa berteriak.

"Anjing!"

Esa menatap Abi kemudian menatap kembali ponselnya, Abi menatap Esa seolah bertanya 'kenapa?'

"Bukan apa-apa, gue cuma kaget." Esa langsung menutup pintunya, mengetikkan nama Mine pada ponselnya sebelum akhirnya panggilan keduanya tersambung.

"Yang.."

"Gue matiin ya Sa," ancam Isa.

"Itu beneran yang lo kirimin?"

Dari sebrang sana Isa mengangguk. "Beneran."

"Terus Abi? Gak bisa bayangin gue Abi segalau apa."

"Jangan kasih tau Abi dulu kali ya?" tanya Esa ketika sambungan mereka hening sesaat.

"Gak lo kasih tau juga Abi pasti udah tau, yie pasti ngirim undangannya via online juga."

"Terus gimana?" tanya Esa.

"Ya gak gimana-gimana, mau gimana lagi?" tanya Isa balik.

Esa menghela napas. "Btw lo lagi ngapain?"

Sayup-sayup Esa mendengar suara tepukan dari sebrang sana. "Lagi skincare-an."

"Vidcall dong, mau liat muka lo," pinta Esa.

"Dari siang juga lo ngeliat muka gue mulu," cibir Isa.

"How can I miss you so much when I just saw you earlier." Esa berucap ketika Isa menolak untuk melakukan panggilan video.

"Lebay."

"Besok gak ada kelas kan?" tanya Esa.

"Gak ada sih, harusnya ada cuma dosennya izin karena ada acara dadakan."

"Temenin gue jalan mau gak? Gue mau beli kado buat kak Sisi," kata Esa.

"Oh my god! Gue lupa kak Sisi sebentar lagi ultah, kakak lo lagi pengen apa Sa?"

"Pengen punya ipar," jawab Esa asal.

"Ih serius."

"Dia gak minta apa-apa sih maksudnya gue gak tau apa yang lagi dia pengen kalau gue nanya dia suka ke-geeran males jadinya."

"Kakak lo suka make up kan?"

"Maniak dia mah, hampir semua barangnya isinya koleksi make up. Gue gak tau gunanya buat apa padahal yang dipake itu-itu lagi tapi ngoleksinya hampir semua merk ada di kamarnya."

"Yaudah kalau gitu gue make up aja, daripada ribet-ribet." Di sebrang sana Isa mulai merebahkan tubuhnya.

"Terus gue ngasih apa?" tanya Esa.

"Lah? Mana gue tau, lo kan adeknya," sahut Isa.

"Gue gak tau juga."

"Bodoh."

"Bingung, kak Sisi kalau ditanya juga dari a-z pasti disebut sama dia."

"Lo kadoin jam tangan aja," balas Isa.

Esa terlihat sedang berpikir. "Oke deh, besok jam delapan gue jemput."

"Pagi banget anjir, gue masih molor itu, siangan dikit kek."

Esa menggeleng ribut. "Nggak, itu udah siang njir lo mau sesiang apa lagi? Lagian cewek mah harusnya pagi-pagi udah bangun. Gimana lo nanti jadi istri gue?"

[✓] Semua Tentang KitaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang