3| Pasar Malam

2.4K 296 8
                                    

"Gue denger dari Sultan katanya ada pasar malam di lapangan yang sebelah abri-abri itu." Abi berceletuk, saat tangannya sibuk men-scroll aplikasi instagram dengan menaikkan kakinya ke atas sofa.

Isa mengangguk. "Iya ada, kemarin gue liat pas pulang dari rumah temen gue."

"Mau kesana gak?" Tanya Abi.

"Mau!" Naura berseru.

"Buset, semangat banget Bu."

"Gue mau masuk ke istana boneka itu."

Isa menggeleng ribut. "Gue gak mau naik itu, terakhir gue naik gue ketiban bocah gendut sampe gak bisa napas. Kalo mau lo aja naik sendiri."

Mendengar penuturan Isa membuat Esa dan Ilham tertawa kencang, pasalnya waktu Isa memasuki istana tersebut Esa dan Ilham hanya bertugas memantau Isa yang mulai bermain di dalam istana boneka yang pada hakikatnya memang diperuntukkan untuk anak-anak. Tanpa disangka, kesialan sedang berpihak padanya, baru saja Isa mau merosot dari perosotan, Isa sudah lebih dulu didorong dari belakang, bagian paling sialnya adalah tubuh Isa langsung tertindih oleh bocah berbadan gendut super berat. Isa sampai harus meneriaki nama Esa dan Ilham dengan berderai air mata akibat tidak tahan dengan berat bocah tersebut, sementara dua temannya sibuk mentertawakannya alih-alih menolognya lebih dulu.

"Hahaha anjir sumpah kalau kalian ikut waktu itu kalian pasti ngakak lihat muka Abel udah berubah warna jadi merah." Esa masih ingat betul kejadiannya, image cewek cool tiba-tiba lenyap hanya karna tertindih bocah gendut.

Isa yang kesal diketawain Esa lantas menendang bokong laki-laki tersebut "Diem ya lo, jamet. Ketawa lo jelek."

"Kalo malu mah jujur aja Bel, hahaha." Ilham kembali tertawa kencang.

"Jadinya nanti malam mau kesana gak?" Tanya Juna memotong sesi ledek-meledek Isa.

"Jadi!" Seru Naura.

"Oke, jam tujuh kita jalan," jelas Esa

.

.

"Abel! Lo bener-bener ya ganti gak bajunya!" Demi Tuhan, Juna mau meledak saja rasanya.

Pasalnya tidak biasanya Isa pakai baju crop top apalagi ini malam hari anginnya kencang mereka datang ke tempat ramai yang sudah pasti akan bersisihan jalannya tubuh antar tubuh tidak mungkin tidak menempel karena jalanan di sana begitu sempit lalu Isa bisa-bisanya pakai baju seperti itu? Bagaimana kalau justru tubuhnya di sentuh ketika ada kesempatan?

"Apasih Jun, ini tuh style namanya lo norak deh," elak Isa.

"Cocotmu style! ini tuh udah malem Abel, di luar dingin. Lo pakai baju kurang bahan begitu pulang-pulang bukannya seneng malah masuk angin," geram Juna.

"Gak mau ganti pokoknya," kekeuh Isa.

"Ganti sekarang!"

"Nggak!"

"Ya udah, kita gausah berangkat kalau gitu." Juna kembali duduk di sofa.

Bibir Isa melengkung ke bawah, Isa berlari ke arah Ilham yang lagi duduk di sofa menunggu keduanya.

"Ilham," lirih Isa.

"Ganti Bel." Singkat, padat, dan jelas.

Tidak lama ponsel milik Ilham berbunyi, tertera nama Abi di sana.

"Halo."

"Lo bertiga lama banget dah!" Abi sedikit mengeraskan suaranya.

"Bentar lagi otw."

[✓] Semua Tentang KitaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang