17| Hari-Hari

1.5K 200 20
                                    

"Capek banget." Isa menyandarkan kepalanya dibahu Esa.

Esa berhenti sejenak dari kegiatan bermain gamenya, kemudian mengelus surai Isa. "Mau minum gak?"

Isa mengangguk. "Mau, haus banget ini. Dehidrasi gue, rapat baru kelar udah gitu gak ada conclusionnya." Isa langsung meneguk es Esa.

"Si Abi mana, Bel?" Juna baru datang dari sekre ikut selonjoran didepan Mushola, karena kebetulan mereka janjian di situ.

"Masih disuruh-suruh dia, lama kalau gue nungguin dia."

"Ilham mana?"

"Masih ngurusin sesuatu sama ukmnya, katanya bentar lagi kelar," jawab Esa tanpa mengalihkan pandangannya dari hape.

"Bagi minum donggg, haus gue haus." Naura datang tergopoh-gopoh.

Isa yang masih minum esnya Esa mengoper minumannya ke Naura yang langsung menandasnya habis.

"Seger."

"Nih." Juna menyodorkan tisu ke Naura.

"Makasih ayang," kata Naura setelah menerima tisu dari Juna.

"Esa," panggil Lia yang baru saja mendatangi mereka.

Esa mendongak. "Kenapa Li?"

"Dipanggil pak Samsul tadi katanya disuruh ke ruangan beliau."

Esa mengangguk. "Oke, makasih Lia."

"Gue mau ke pak Samsul dulu, senderannya nanti lagi." Esa mengelus pipi Isa, ini kalau Isa tipe yang baperan, pasti langsung melted tidak berdaya.

"Ah, pak Samsul nih gak tau apa lagi pewe." Isa dengan ogah-ogahan menegakkan tubuhnya.

Esa yang gemas mencubit pipi Isa. "Nanti lagi kan bisa, gue dipanggil dulu."

Semua interaksi antara Isa dan Esa tidak luput dari pandangan Lia, ingat kan kalau Lia ini diam-dima suka sama Esa? Diam-diam juga Lia lebih aktif mendekati Esa, karena ya seperti yang kalian lihat Esa semakin lengket sama Isa dan Lia cemburu berat.

"Centil banget Isa ish, mana dicubit-cubit lagi, sialan," begitu monolognya dalam hati.

"Yuk Sa, udah ditunggu." Esa dan Lia jalan beriringan.

"Rambut lo udah panjang ya, Sa."

Esa mengangguk. "Iya nih, belum potong rambut, gak sempet mulu gara-gara kebanyakan rapat."

"Hahaha, si Selena juga tuh lagi sambat mulu gara-gara waktu tidurnya berkurang."

"Bukan berkurang lagi, gue bahkan baru tidur jam empat pagi dan harus bangun jam enam pagi."

"Pantesan agak gimana gitu ya, Sa," kata Lia.

"Kenapa? Jadi jelek ya gue kalau gondrong?" Esa memainkan alisnya.

Ingin rasanya Lia teriak, Esa ganteng banget tolong, Lia tidak kuat lihatnya. Esa tidak tahu bahwa rambut gondrong Esa justru malah lebih memikat walaupun mau pendek ataupun panjang rambut Esa tetap saja tampan, tapi pas Esa gondrong itu tampannya plus plus.

"Hah? Enggak ah, sama aja." Lia berusaha menutupin jantungnya yang berdetak kencang.

"Sama aja apa lebih ganteng nih? Lo suka gue gondrong apa rambut pendek?" Esa menyugarkan rambutnya.

Haduh, pakai ditanya segala. Orang kalau udah jatuh cinta mau rambut cepmek dilan juga bagi Lia ganteng aja, apalagi kalau orangnya Esa.

"Eng, gondrong sih, Sa. Hehe." Lia menggaruk lehernya.

[✓] Semua Tentang KitaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang