25| Titik Terang

1.7K 208 21
                                    

"Dek," panggil Geo.

"Jadi dengerin cerita aku nggak? Diem dulu jangan dak dek dak dek mulu."

Geo mengangguk lalu mempersilahkan Isa untuk bercerita.

"Sebenernya aku gak ada niat sama sekali buat ngomong gitu ke Abi."

"Emang kamu ngomong apa?"

"Aku bilang kalau Abi gak akan pernah bisa bersanding sama Yie, tapi aku berani sumpah aku gak ada niat aku terpaksa supaya oma gak apa-apain Abi. Abang kan tau sendiri oma kalau udab bertindak kayak gimana, kan? Jadi aku antisipasinya pakai cara itu, gak ada cara lagi. Emang menurut Abang Yie disuruh pulang karena apa? Karena oma mau adain pertemuan keluarga. Coba Abang bayangin kalau Abi tau pas dia masih deket sama Yie, bakalan serapuh apa dia nanti? Aku gak tega liatnya, aku juga gak bakalan terima kalau aku tau oma bakalan bertindak tapi aku diem aja."

Geo diam sejenak. "Kenapa baru cerita sekarang?"

"Ya karena-"

"Kenapa hal sekrusial ini Abang gak tau?"

Kini giliran Isa yang diam, apakah Geo sedang marah saat ini?

"Minta maaf sama Abi."

"Iya," balas Isa.

Geo mengarahkan tangannya untuk memeluk Isa.

"Lain kali jangan kayak gini, masalah kayak gini gak bisa kamu tanggung sendiri. Seenggaknya kalau kamu cerita sama Abang masih ada orang lain yang bisa nilai keputusan yang kamu ambil udah bijak atau belum, masih ada orang lain yang bisa kamu ajak bertukar pikiran."

Isa mengangguk. "Maaf ya Abang."

"Minta maaf sama Abi."

"Iya besok aku minta maaf," turur Isa.

"Ya udah sana kamu mandi, udah mendingan kan?" suruh Geo yang di turuti oleh Isa, ia langsung bergegas membasuh dirinya dari keringat yang menempel di tubuhnya.

Geo lalu berjalan menuju pintu kamar Isa, membukanya dan menatap dua laki-laki di hadapannya.

"Lo denger kan? Jadi tolong berhenti panggil Adek gue perempuan sialan." Geo menepuk pundak Abi dua kali sebelum ia berlalu menuju dapur.

Kalau ditanya apakah Geo marah pada Abi? Jawabannya sangat marah, seumur-umur ia dan dua tetua lainnya tidak pernah memanggil Isa dengan sebutan seperti itu, tapi menghakimi Abi juga bukan jalan yang terbaik jadilan Geo menyuruh Abi ke rumah Isa, supaya Abi bisa mendengar sendiri alasan Isa.

"Bodoh." Abi memaki dirinya sendiri.

Hanya memerlukan waktu lima belas menit untuk Isa menyelesaikan acara mandinya, setelah mengeringkan rambutnya Isa bergegas ke ruang keluarga. Namun netranya terkejut ketika melihat Esa yang sudah duduk santai di karpet miliknya sembari memainkan playStation yang mereka taruh di rumah Isa.

"Sejak kapan lo ada di rumah gue?" tanya Isa yang sekarang ikut duduk di sebelah Esa.

Esa menoleh sekilas. "Sejak lo mandi."

"Sama siapa lo kesini? Gue gak liat ada motor lo."

"Abi."

Mata Isa langsung melotot. "Jangan bohong lo, mana mungkin dia kesini kan dia masih marah sama gue."

"Ngapain gue bohong." tanya Esa.

"Anaknya mana?" Isa celingak-celinguk.

"Udah balik." Isa kembali lesu.

"Abang gue kemana?" tanya Isa.

"Kerjalah, di sini dia kan gak bisa ongkang-ongkang kaki. Oma lo mata-matanya banyak bener, lo masih berani jadi bandel?" Esa menaruh stick ps-nya ketika permainannya telah selesai.

[✓] Semua Tentang KitaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang