33| Sisi Kecambah Saja

1.8K 180 33
                                    

Menjelang siang Ilham sudah duduk manis di atas motornya menunggu Naura menyelesaikan kelasnya. Ia menunggu di depan kampus alih-alih di parkiran, lagi pula kelas Naura hanya tinggal lima menit jadi Ilham malas untuk parkir karena nanti ia harus membayar uang parkir yang bahkan tidak ia tinggalkan motornya.

Tidak lama setelahnya Naura datang bersama dengan dua temannya, ketika keduanya beradu pandang Naura tidak langsung menghampiri Ilham melainkan Ilham yang menghampirinya.

"Nau," panggil Ilham.

"Kita kenal?" jawab Naura datar.

Melihat sepertinya dua orang ini sedang perang dingin, kedua teman Naura memilih pamit undur diri dan memberikan keduanya space untuk berbicara lebih nyaman.

"Ayo baikan lah," ajak Ilham.

"Kita udah berapa hari ini diem-dieman? Sorry deh kemarin tuh gue kesel banget sama lo." Ilham melanjutkan perkataannya.

"Dasar bego, gue tuh sebel sama lo yang klemer-klemer tau gak!" Naura menjeda. "Tapi gue juga kasihan sama Hanin."

"Iya makanya kita baikan dulu, biar nanti gue selesaiin satu-satu," ajak Ilham lagi.

"Iya udah baikan," balas Naura.

Ilham menyunggingkan bibirnya. "Ayo kita makan ketoprak dilangganan biasa."

Naura menggeleng sebagai jawaban. "Gue ada kumpul himpunan, tapi lo tungguin gue sampai selesai baru makan ketoprak."

"Sampai jam berapa anjir?" Ilham menatap jam digitalnya, sudah pukul satu siang.

"Gak lama."

"Ogah ah," tolak Ilham.

"Eits, punya temen jomblo itu harus dimanfaatin," balas Naura.

"Gue belum putus ya," sanggah Ilham.

"Ya kan baliknya gak tau kapan, jadi jomblo dong?"

"Kebangetan banget ya lo Naura," balas Ilham.

Istirahatnya Ilham dengan Hanin bukannya mendapat belas kasih dari teman-temannya malah menjadi bulan-bulanan mereka untuk menggoda Ilham.

"Bentaran doang, gue cuma mau ngomongin jaket, jangan kemana-mana ya." Naura bergegas menuju sekretariat mengingat waktu semakin menipis.

Dari himpunannya berencana membuat jaket dengan logo himpunan mereka. Awalnya Naura menolak, karena terlalu boros sudah ada almet buat apa dibuat jaket? Namun bapak ketua mengatakan bahwa almet itu ribet untuk di bawa dan lagi kalau jaket bisa digunakan kapan pun bahkan ketika ia kuliah bisa digunakan. Dalam hati Naura mencibir, "kerajinan gue ngejaket mana logonya himpunan, bangga banget kali gue sama himpunan."

Naura duduk di antara riwehnya pemilihan siapa yang akan membuat logo, padahal pakai logo yang sudah ada menurut Naura sudah cukup. Kenapa harus dibawa ribet?

"Lo aja Nau, mau gak buat logo buat jaket?"

Naura yang sedari awal sangat kontra dengan pembutan jaket malah disuruh membuat desain logo yang jelas-jelas di luar kemampuannya.

"Aku gak expert soal desain gitu, Kak," jawab Naura.

"Temen-temen lo kan jago tuh desain-desain mainnya ui ux yakali gak bisa desain, cowok lo juga gue liat-liat jago ngegambar kan. Minta tolong kan bisa," balas si Kakak tingkat itu.

Naura menatap dengan tatapan sedikit tidak suka. "Gak bisa Kak, lagian udah ada divisi yang emang salah satu tugasnya buat desain segala macem kenapa dilimpahin ke aku yang jelas bukan jobdesk aku?"

[✓] Semua Tentang KitaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang