018. | Pergi ke Surabaya

88 15 4
                                    

Besok paginya, Di sekolah, Rara datang sangat awal sebab Gilang ada keperluan mendadak di pagi hari. Dirinya sendirian di kelas, langit masih sangat gelap, ia mencoba untuk menulis beberapa kata.

Semua terasa tiba-tiba. Cintanya yang aku sendiri masih belum bisa merasakannya, perilaku dia yang sangat aku inginkan, tapi rasanya sangat ganjal. Bagaimana jika ini adalah sebuah game? Apa aku akan kalah? Atau justru aku akan menang?

"Dor ..."

"Astagfirullah, Putri. Bikin gua kaget aja lu," kesal Rara.

"Lagian ...lu bengong aja, mana sendirian lagi di kelas. Ntar kesambet setan loh," ujar Putri.

"Kan gua lagi nulis, sambil mikir, makanya bengong."

"Hmm ... Tumben dateng pagi? Ada tugas OSIS?" tanya Putri.

"Nggak. Papa ada urusan mendadak, jadinya sekalian nganterin gua," jawab Rara.

"Owh ... nulis apaan sih lu? Serius amat?" Putri melihat kertas tulisan Rara.

Tanpa dijelaskan, Putri mengerti apa yang dirasakan oleh Rara saat ini kepada Gunawan, "Ra ... kalau lu masih ragu, mending jangan dilanjutin deh. Lu yang bilang juga kan kalau semua terjadi tiba-tiba?" ucap Putri.

"Tapi gua ngerasa beda, Put. Gua nggak ngerasa ini mainan, tapi gua cuma kurang yakin aja."

"Sama aja, Rara ku sayang ..."

"Udah lah, Put. Seandainya ini cuma permainan juga, gua udah siap. Gua nggak aka berharap lebih sebelum dia bener-bener yakin sama gue," ucap Rara.

"Nah, itu baru bestie gue."

Mereka menunggu bel masuk berbunyi dan tentu kedatangan sahabat mereka yang lain.

***

Gunawan masih tertidur pulas meski waktu sudah menunjukkan pukul 06.00 WIB. Dila sampai harus membangunkannya karena Bibi sudah berusaha membangunkan Gunawan, tapi ia tidak kunjung bangun.

"Indy ... Indy bangun, sayang."

"Nanti dulu ..." balas Gunawan dengan suara bangun tidur.

"Ayo kita siap-siap ke Surabaya, biar nanti siang udah sampe di sana," ucap Dila.

"Emang pesawat nya jam berapa si? Masih pagi loh, ini ..." kesal Gunawan.

"Jam 9, Indy. Sekarang udah jam 6 loh, kamu belom mandi, belom jalan ke bandaranya. Ayo Indy bangun."

"5 menit lagi, mah. Aku masih ngantuk," jawab Indy.

"Yasudah, nanti mama bangunin lagi jam setengah 7 ya."

"Hmmm, iya." Gunawan kembali tertidur Setelah tau bahwa pesawat mereka akan take off jam 9 pagi.

***

Pukul 07.00 WIB, Gunawan, Bryan dan Dila sudah bersiap untuk menuju bandara, tapi kali ini Bryan yang menyetir. Di perjalanan panjang, Gunawan memulai pembicaraan, "Kita pulang kapan mah?" tanya Gunawan.

"Besok kita udah di Jakarta lagi," jawab Dila.

"Terus sekolah Indy gimana? Besok masuk gitu?"

"Terserah Indy, mau masuk apa mau izin lagi sehari?" tanya Dila balik.

"Mana mungkin lah izin lagi. Emang nggak mau ketemu sama Rara?" ledek Bryan.

"Tapi kan cape, Pah. Baru pulang, masa udah masuk sekolah?"

"Terserah kamu aja. Papa tinggal ngomong sama walas kamu nanti," jawab Bryan.

"Liat nanti aja lah." Gunawan tidak tahu apakah besok ia akan masuk sekolah atau tidak, tapi jujur ia tidak mau jauh dari Rara dan ingin secepatnya bertemu dengan sang kekasih.

It Ends With UsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang