Para siswa/i sudah berpencar karena waktu istirahat sudah dimulai. Gunawan beserta teman-teman nya sudah berada di kantin, begitu pun dengan sahabat-sahabat Rara. Meskipun tidak ada Rara di sana karena ia masih berada di aula.
Di meja Gunawan, Ridwan dan Faul, mereka kedatangan kawan baru, yaitu Nia dan Aulia., "Kita ikut di sini ya. Nggak dapet meja soalnya," ucap Nia.
"Ya. Santai aja kali," jawab Gunawan.
"Eh Gun. Gue udah kirim video tadi lu perform," kata Faul.
"Thank you."
Selang beberapa menit, Rara terlihat berjalan menghampiri teman-teman nya. Dirinya merasa bahwa teman-teman nya sudah memaafkannya, tetapi nyatanya tidak. Mereka kembali marah karena dua hari kemarin Rara tidak ada kabar sama sekali.
"Hai," Rara duduk tepat di samping Meli, "Sorry ya gue lama. Tadi ngurusin aula dulu soalnya," ucap Rara.
"Santai aja, Ra, kita juga baru makan kok. Lu nggak makan?" tanya Randa.
"Nanti aja hehe. Owh ya, gue mau minta maaf, kemaren gue nggak jawab grup karena-"
"Karena sibuk pacaran lah," pangkas Meli.
"Mel, dengerin dulu kenapa?" ujar Randa.
"Apa lagi si, Nda?! Kemaren aja dia lebih milih pacar nya daripada kita. Udah jelas!"
Gunawan yang melihat Rara seakan-akan dipojokkan oleh teman-teman nya. Langsung pergi menghampiri sang kekasih dan meninggalkan teman-temannya.
"Gue kemaren-"
"Ra, kalau lu masih mau alesan mending nggak usah ngomong deh. Pusing gue dengerin alesan lu mulu," jawab Putri.
"Kita pikir lu bakal berubah, Ra. Ternyata, lu masih pilih dia," kata Putri.
"Kalian tuh bisa nggak sih dewasa sedikit?! Jangan egois dong jadi orang!" ucap Randa.
"Bela aja terus," gumam Meli.
"Gue bukan ngebela, tapi kalian juga harus ngerti. Kalian belum denger penjelasan Rara. Apa salah nya sih ngedengerin doang?!"
Rara menahan pusing yang berat karena dia belum makan dan juga belum meminum obat. Ia terus memegangi kepalanya sampai Gunawan datang , "Kamu kenapa?" tanya Gunawan.
"Nggak, aku gapapa,"
"Nah ini nih. Dateng orang paling penting dan paling di segala-gala kan sama Rara," ucap Meli.
"Ya iyalah. Kita aja udah dianggep sampah," sahut Putri.
"Dah lah, nggak penting juga bahas hubungan orang," ucap Hari.
"Harus berapa kali sih dibilang?! Rara nggak seperti yang kalian pikirin!" kesal Randa.
"Nda! Liat bukti nya, ada di depan mata lo!" teriak Meli.
"Kenapa sih kalian?! Ada masalah sama gue?! Hah?!" tanya Gunawan.
"Ini kak. Mereka marah karena Rara dua hari kemaren Rara nggak jawab grup. Bahkan Meli sampe ngeluarin Rara dari grup whatsapp," jawab Randa.
"Ngaduan banget lo jadi cowok," kata Hari.
"Gue bukan ngaduan, tapi gue kasih tau apa yang sebenarnya terjadi, biar nggak salah paham," jawab Randa.
"Bilang aja lu cinta kan sama Rara! Sampe segitunya dibelain," sahut Putri.
"Owh. Ternyata ini alesan ngejauhin Rara?! Kalian tau Rara dua hari kemarin ke mana?!" tanya Gunawan
"Kak, udah kak. Nggak usah di panjang-panjangin," pinta Rara.
"Nggak bisa. Kenapa kalian diem?! JAWAB!!" Gunawan menggebrak meja agar Hari, Putri dan Meli bicara.
"Kita nggak tau," lirih Meli.
"Gini nih ... contoh orang yang nggak tahu apa-apa langsung nuduh orang yang mereka aja nggak tau aktivitasnya. DUA HARI KEMAREN RARA DI RUMAH SAKIT! DIA DIRAWAT KARENA TIPES! PEDULI APA KALIAN?! HAH?!"
Meli, Putri, Hari dan Randa hanya bisa terdiam ketika Gunawan mengeluarkan kata-kata nya. Mereka tak menyangka karena Rara tidak bicara soal ini.
"Sekarang siapa yang jahat?! Rara atau kalian yang nggak peduli sama kondisi Rara?! Kalian nggak pernah tanya dia. Kalian pikir, dia yang harus ngabarin kalian setiap saat?! Egois banget kalian!" lanjut Gunawan.
"Kak udahh. Mereka nggak salah kak," pinta Rara.
"Lu liat dia! Dia aja nggak pernah anggap kalian salah dan masih ngebela kalian! Kurang bersyukur apa kalian jadi temen nya dia?! Pada nggak punya otak lu semua!"
Rara yang tidak kuat menahan pusing, mengeluarkan darah segar dari hidungnya, "Aku anter kamu ke UKS ya. Kamu mimisan," Gunawan menyumpal hidung Rara dengan Tissue.
"Nggak usah kak,"
"Kamu nggak boleh kecapean. Ayo." Akhirnya, Randa dan Gunawan lah yang membawa Rara ke UKS. Terlihat jelas wajah lelah dari seorang Rara dan wajah penyesalan dari Hari, Putri dan Meli.
Faul dan Ridwan melihat sahabatnya mengantarkan Rara dengan lemah, mereka menyusul sahabatnya ke tujuan yang mau mereka tuju.
Di UKS, Rara sudah duduk di brankar. Masih dengan hidung yang meneteskan darah. Gunawan terus membantu Rara membersihkan darahnya, sedangkan Randa tidak berani mendekat karena Gunawan sangat marah kepada teman-teman Rara.
"Kamu udah makan?" tanya Gunawan.
"Belum,"
"Abis ini makan dulu ya, biar kamu bisa minum obat. Obat nya dibawa kan?"
"Ada di tas,"
"Tas kamu di mana?"
"Di aula,"
"Aku ambil dulu ya. Kamu tunggu disini, jangan kemana-mana,"
Rara langsung menahan Gunawan, "Ntar aja kak, biar sekalian, aku juga belum makan,"
"Yaudah, kamu istirahat dulu aja." Rara mengangguk mengerti.
Randa masih penasaran dengan ucapan Gunawan yang bilang Rara sedang sakit, "Lu kenapa nggak kasih tau kita kalau lu di rawat, Ra? Kan kita bisa dateng jenguk lu kalau lu bilang," tanya Randa.
......
Wah, Gunawan marah total sama temen-temen Rara. Wajar aja sih Gunawan sebegitu marahnya, karena dia kesel juga sama sikap temen-temennya Rara yang sok tahu. Lanjutkan Gunawan! Terus kira-kira jawaban Rara apa ya atas pertanyaan Randa? DI PART SELANJUTNYA! SEE YOU!
KAMU SEDANG MEMBACA
It Ends With Us
FanfictionJabatan Tiyara Ramadhani atau yang biasa disapa dengan Rara yang menjadi ketua OSIS di SMA Global Azkara menyulitkan dirinya untuk jatuh cinta. Gunawan Muharjan juga tidak peduli dengan dirinya yang dicap anak paling nakal di sekolah, tapi kepintara...