Di perjalanan pulang, Gunawan masih kepikiran tentang Rara. Sampai lampu merah sudah berubah menjadi hijau, tapi Gunawan tidak melihatnya, "Indy, udah lampu hijau," ucap Dila.
"Eh iya mah," Gunawan menjalankan mobilnya lagi.
"Eh Ndy, ternyata Rara anak nya pemalu ya," celetuk Dila.
"Ya gitu. Kadang-kadang suka malu, tapi juga sering galak. Mungkin karena ketua OSIS kali, jadinya galak,"
"Namanya juga anak perempuan. Dia anak pertama ya?"
"Iya,"
"Pantes sering berantem. Sama-sama anak pertama, pasti keras kepalanya sama," ledek Dila.
"Hahaha." Gunawan kembali fokus menyetir mobil. Sampai tak terasa bahwa mereka sudah dekat dengan rumah.
***
Di rumah sakit, Gilang masuk bersama dokter untuk kembali mengecek kondisi Rara. Rara berharap kali ini ia sudah diperbolehkan pulang.
"Selamat sore, Rara," sapa sang dokter.
"Sore dok,"
"Gimana? sudah enakan?" tanya sang dokter.
"Sudah, dok,"
"Diperiksa sekali lagi ya. Kalau sudah membaik, kamu boleh pulang." Dokter langsung mengecek kondisi Rara.
"Bagaimana dok? Anak kami sudah boleh pulang?" tanya Gilang.
"Sudah boleh, tapi Rara tidak boleh kecapean. Kalau kamu sudah merasa pusing, kamu nggak boleh melanjutkan kegiatanmu, kalau bisa ada jeda istirahat untuk kamu pulihkan energi kamu. Kalau tidak, kamu akan dirawat lagi," ucap sang dokter.
"Baik dok," jawab Rara.
"Sama ada beberapa obat yang nggak boleh kamu lewatkan. Nanti bisa ditanyakan di apoteker ya, saya kasih resep nya nanti,"
"Baik dok, terima kasih," ucap Gilang.
"Saya permisi. Semangat sembuh Rara." Sang dokter keluar dari ruang rawat inap Rara. Semua yang ada di ruangan itu berbahagia karena Rara akan pulang. Latifa mulai membereskan barang-barang Rara dan dibantu oleh Gilang.
***
Sampai di rumah, Rara menyeimbangkan tubuh nya. Alhasil ia berjalan ke kamar nya sendirian. Gilang membantu membawakan barang-barang Rara. Sedangkan Latifa, menyiapkan makan malam untuk keluarga nya.
Tapi, bukan nya istirahat, Rara malah membuka laptop untuk mengerjakan tugas nya esok. Memang, sepadat ini tugas dari ketua OSIS, dia harus menghubungi teman-teman nya, dan masih banyak lagi yang harus ia kerjakan. Terlebih, besok adalah event bulan bahasa.
"Astagfirullah, dari kemaren nggak liat wa. Banyak banget yang ngechat. Maaf maaf, baru baca," gumam Rara ketika melihat banyak pesan. Yaa, chat whatsapp Rara sudah lebih dari 20 orang yang menghubungi nya. Mulai dari sahabat nya, sampai anggota osis lainnya
Via group whatsapp "Bestie ❤"
Meli : @lida_rara06 lu kemana aja sihh?! Dari kemaren nggak jawab kita?! Udah buta lu ya sama Gunawan?!
Randa : Mel, nggak boleh gitu. Siapa tau Rara lagi ada kesibukan lain.
Putri : Halah, nggak usah belain dia, Nda. Dunia dia sekarang cuma Gunawan! Kita udah nggak dianggep!
Hari : Liatin aja. Dia dateng kalau cuma Gunawan nggak ada doang! Setelah itu, kita yang dilupain
Randa : Rara nggak kayak gitu. Kalian tau sendiri kan sifat Rara?
Meli : Udah lah, mending di kick aja. Nggak guna jugaMeli telah mengeluarkan anda dari grup
Rara bingung. Benar-benar sahabat nya tidak menyukai hubungan dia dengan Gunawan, "Sebegitu bencinya kah mereka sama kak Gun? Mereka bener-bener berubah," ucap Rara dengan air mata yang mengalir. Rara berusaha mengesampingkan masalah teman-temannya, karena tugas OSIS nya kali ini menjadi prioritas.
Tok ... tok ... tok ... "Sayang, ayo makan," ajak Latifa.
"Iya mah. Mama duluan aja, aku mau beresin meja dulu sebentar,"
"Oke."
***
Selesai makan malam, bukannya langsung meminum obat, Rara kembali membuka laptop nya karena pekerjaan nya sedikit lagi selesai.
Tring... Tring... Tring.... Ternyata dering telepon datang dari sang kekasih.
- Percakapan di Telepon -
"Halo sayang ..." sapa Gunawan.
"Hai, kak,"
"Kamu masih di rumah sakit?" tanya Gunawan.
"Aku udah pulang kok kak, udah di rumah,"
"Alhamdulillah kalau begitu. Jadi besok kamu masuk ke sekolah dong?"
"Iya, besok kan Bulbas,"
"Emang kamu udah sehat? Kalau belum sehat banget, nggak usah masuk dulu aja, izin sehari,"
"Kalau aku belum sembuh, harusnya aku belum boleh pulang dong kak? Sekarang aja aku udah di rumah," jawab Rara.
"Hmmm okey. Terus kamu udah minum obat? Pasti ada dong obat? Udah makan malem belum?" tanya Gunawan bertubi-tubi.
"Baru selesai sih makan malem nya, baru juga masuk kamar. Aku lagi kelarin tugas bentar,"
"Eh ... orang mah minum obat dulu, baru nugas. Minum obat sekarang," suruh Gunawan.
"Aku nggak tenang kak kalau tugas belum kelar. Gimana mau minum obat?"
"Cepet minum, aku vidcall kamu," Gunawan merubah telepon mereka menjadi video call agar Gunawan bisa melihat Rara minum obat, "Mana obatnya?"
"Ngapain sih pake vidcall segala?"
"Mau liat kamu minum obat lah. Kan aku nggak tau kamu bohong atau nggak. Udah buruan, mana obatnya?"
"Iya sebentar." Rara mengambil obat yang ditaruh di meja samping kasurnya, "Banyak banget obatnya," kesal Rara.
"Ada berapa?"
"5,"
"Tablet semua atau ada yang sirup?""Ada yang sirup satu,"
"Yang sirup aja dulu, biar enak mulutnya," suruh Gunawan.
"Nggak, enakan yang kapsul dulu,"
"Yaudah terserah kamu." Rara meminum obat nya di awasi oleh Gunawan.
Rara meneguk semua obat dalam satu tegukan langsung, "Aaa nggak enak semua," ucap Rara.
"Ya namanya juga obat. Mana ada yang enak, minum aja lagi kalau masih nggak enak,"
Rara minum untuk kesekian kalinya demi menetralkan kerongkongannya, "Udah,"
"Udah? Kalau gitu kamu tidur yaa. Jangan begadang, jangan ngerjain tugas. Lanjutin besok pagi,"
"Iya, bawel," kesal Rara.
"Gapapa, demi kesembuhan kamu. Dadah, Good night, swert dreams, love you sayang," pamit Gunawan.
"Good night, sweet dreams, love you more."
- Percakapan di Telepon Berakhir-
Rara melanjutkan sedikit lagi tugasnya, dan akhirnya ia tertidur di dalam pengaruh obat
.....
Ih sumpah ... kok mimo rada kesel sih sama temen-temennya Rara?! Rara abis dirawat lohh, apa jangan-jangan mereka nggak tahu sama sekali ya soal kondisi Rara pada saat itu? Duh, kasihan Rara kalau begini caranya :( Kita lihat di part selanjutnya aja yuk. SEE YOU!
KAMU SEDANG MEMBACA
It Ends With Us
FanfictionJabatan Tiyara Ramadhani atau yang biasa disapa dengan Rara yang menjadi ketua OSIS di SMA Global Azkara menyulitkan dirinya untuk jatuh cinta. Gunawan Muharjan juga tidak peduli dengan dirinya yang dicap anak paling nakal di sekolah, tapi kepintara...