Rara di rumah nya masih tidak menyangka karena Gunawan, seseorang yang dia sayang bisa berkata dengan kata-kata kasar kepada dirinya.
"Gue nggak pernah denger orang yang gua sayang ngomong kasar ke gue. Kenapa dia jadi begini? Walaupun baru sekali dia ngomong begitu sama gue, tapi gua yakin dia akan ngomong gitu lagi suatu saat nanti." Hati Rara sangat sedih, benar-benar sedih kali ini.
Sampai larut malam, Rara tidak bisa tidur karena memikirkan Gunawan. Rara menarik dan membuang nafasnya secara berulang, untuk mengatur emosi nya saat ini.
"Besok hari baru. Hari baru, suasana hati juga harus baru. Nggak boleh sama atau pun masih dengan rasa yang sama." Rara meyakinkan dirinya untuk menghilangkan semua kesedihannya hari ini. Setelah itu, secara perlahan Rara memejamkan matanya secara perlahan-lahan. Dan tak lama, akhirnya dia bisa tertidur nyenyak.
***
Jam 01.30 WIB, Gunawan serta kedua orang tuanya sudah sampai di bandara Soekarno Hatta Jakarta. Gunawan yang sudah tertidur pulas di pesawat, akhirnya menemani Bryan dan Dila untuk melihat jalanan gelap gulita.
"Hari ini mau sekolah, Ndy?" tanya Bryan.
"Nggak tau, Pah. Liat nanti aja, kalau cape, nggak sekolah. Kalau nggak ... ya, liat nanti aja lah."
"Emangnya nggak mau ketemu Rara?" ledek Dila.
"Udah lah mah, jangan bahas Rara dulu."
"Tumben. Lagi berantem ya?"
"Cuma salah paham aja, tapi dia nya nggak mau dengerin penjelasan aku, jadinya dia marah."
"Salah paham kenapa?" tanya Dila.
"Ada lah," jawab singkat Gunawan.
Dila tidak mau banyak bertanya karena Gunawan sudah memberi isyarat lewat jawaban singkatnya. Mereka kembali ke mobil dan segera menuju rumah.
***
Pagi hari, Gunawan dikejutkan dengan berita di Whatsapp mengenai ujian fisika. Padahal dirinya sudah berjanji untuk tidak sekolah hari ini. Tapi karena ada informasi mendadak, Gunawan langsung bergegas menyiapkan diri ke sekolah. "Kampret emang! Ngabarin ulangan pagi-pagi. Sekalian aja pas ulangan nya!!" Kamar Gunawan sangat berantakan. Karena dirinya telah mengacak-ngacak isi lemari.
"Astagfirullah, Indi, kenapa berantakan semua?!" kejut Dila ketika ia masuk ke kamar anaknya.
"Indi buru-buru mau ke sekolah, mau ulangan fisika. Assalamualaikum." Gunawan lari untuk mengejar waktu.
"Waalaikumsalam, Ya Allah, bener-bener tuhh anak. BIBII ..." Bibi dan Dila harus bekerja sama membereskan kamar Gunawan seperti kapal pecah.
***
Rara sudah sampai di sekolah, sangat pagi sampai-sampai di kelas nya belum ada siapa-siapa. Selagi menunggu teman nya, Ia menulis beberapa kata di buku catatan milik nya.
Fajar menanti ... Senja menghilang ... Kenapa senja pergi dengan begitu cepat? Sampai diriku lupa dengan fajar yang siap menanti hati. Hilang nya senja, membuatku kehilangan akal. Walaupun aku tau, fajar akan selalu lebih indah.
Tak terasa, air mata menetes jatuh tepat di kata "Fajar". Rara melipat kedua tangan nya. Dan kepalanya pun tertidur beralaskan pangkuan tangan yang melipat.
Tok ... Tok ... Tok ... "Assalamualaikum,"
"Waalaikumsalam." jawab Rara sambil melihat siapa yang menyapanya.
"Ra, kita disuruh bantuin buat jagain anak-anak yang telat. Yuk," ajak Juli.
"Owh, ya. Nanti gua ke bawah, Gua mau ke kamar mandi dulu."
KAMU SEDANG MEMBACA
It Ends With Us
FanfictionJabatan Tiyara Ramadhani atau yang biasa disapa dengan Rara yang menjadi ketua OSIS di SMA Global Azkara menyulitkan dirinya untuk jatuh cinta. Gunawan Muharjan juga tidak peduli dengan dirinya yang dicap anak paling nakal di sekolah, tapi kepintara...