028. | Kamu Bukan Anak Papa

83 12 0
                                    

Mereka semua sudah sampai di rumah Gunawan, tapi Gunawan masih tidak ingin berada di rumah sebab memori buruk kembali menghantui hatinya sampai ia memberhentikan langkahnya.

"Kak, ayo ..." ajak Rara.

Dengan berat hati, Gunawan kembali melangkahkan kakinya menuju pintu rumah.

Tok ... Tok ... Tok ... Gunawan, Rara, Faul, dan Ridwan disambut oleh Bibi. Bibi lega melihat Gunawan berada di depannya, "Tuan, Ya Allah ... Tuan gapapa?" tanya Bibi sambil memegang lengan Gunawan.

Gunawan kecewa kembali, ia berharap yang ada di depan menyambut nya adalah Dila ataupun Bryan, tapi semua hilang begitu saja.

"Aku gapapa kok, bi," jawab Gunawan.

"Syukurlah kalau tuan gapapa. Bibi khawatir sekali tuan tidak pulang."

Mendengar suara yang tidak asing bagi Dila, Dila menghampiri bibi dan ternyata anak yang ia tangisi tadi sudah pulang. "Indy, sayang ... Kamu dari mana aja? Kamu gapapa kan?!" tanya Dila bertubi-tubi.

"Aku gapapa mah,"

"Alhamdulillah Ya Allah, mama khawatir banget sama kamu, Ndy. Mama takut kamu nggak pulang ke rumah lagi," tetesan air mata penyesalan mengalir begitu deras dari Dila.

Gunawan langsung memeluk erat Dila. Dirinya juga menyesal karena terlalu egois. "Maafin Indy, mah," 

"Gapapa sayang, Indy nggak salah. Maafin mama ya, ini semua karena mama sama papa. Mama sayang banget sama kamu, jangan pergi lagi ya. Mama nggak mau kamu kenapa-kenapa dan jauh dari mama,"

"Tapi mama sering pergi tinggalin Indy sendirian,"

"Nggak. Mama janji, mama nggak akan pergi tinggalin Indy lagi, ya." Wajah Gunawan dibelai halus oleh Dila.

Rara, Faul dan Ridwan terdiam melihat kedekatan ibu dan anak yang sebelumnya belum pernah mereka lihat. Kedekatan yang baru terjadi karena penyesalan.

"Dia cuma butuh ditemani. Dia tidak ingin sendirian. Mungkin memang ini cara Tuhan mendekatkan mereka lagi," ucap Rara.

"Iya ..." sahut Ridwan dan Faul.

Tak lama, Bryan pun menghampiri istrinya yang masih berbincang dengan Gunawan. Sepertinya Bryan juga akan menyambut kedatangan Gunawan. Dila yang melihat pertama kedatangan Bryan dan langsung memberi kabar gembira ini. "Pah, Indy udah pulang pah," ucap Dila.

Gunawan menatap mata sang ayah, begitupun sebaliknya. Bukanya memeluk, tapi Bryan menarik Gunawan dan ... Plak ... Bryan menampar pipi Gunawan dengan keras. 

"Papa! Kenapa papa tampar Indy, pah?!" tanya Dila.

"Kenapa kamu pulang?! Nggak betah tidur di luar?! Hah?!" tanya Bryan. 

Gunawan tidak menjawab. "Jawab papa! Kalau kamu yang pilih untuk keluar dari rumah, seharusnya kamu nggak usah pulang!" bentak Bryan.

"Papa stop!! Jangan bentak Indy kayak gitu!! Indy baru pulang!" marah Dila.

"DIAM KAMU! Anak nggak tahu diri kayak dia, nggak pantes ada di rumah kita!" Ucapan Bryan membuat Gunawan semakin sakit hati. Rara, Faul dan Ridwan juga tidak menyangka bahwa Bryan.

"Aku capek pah di rumah! Aku capek!" teriak Gunawan.

"Capek apa?! Kamu kerja?! Kamu cari uang?! Kita yang cari uang buat kamu!! Buat hidup kamu!! TAPI APA BALASAN KAMU?!" balas Bryan.

"CUKUP!" Dila histeris. Rara mendekati Dila untuk menenangkan nya.

"Sebenernya kehadiran Gunawan di mata papa tuh sebagai apa sih?! Orang asing?! Anak tiri?! Sampe papa bisa ngomong kayak itu dan tampar aku," tanya Gunawan.

It Ends With UsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang