Waktu istirahat kembali datang. Kembali Putri dan Randa meninggalkan Rara sendirian di kelas. Rara pun sudah tidak berani mendekati sahabat nya itu, tapi bagaimana kisahnya, tiba-tiba Gunawan berjalan di depan kelas 11 IPS. Rara yang melihat kekasih nya itu. Langsung berlari untuk mengejarnya.
"Kak Gun," panggil Rara.
Gunawan tidak menengok. Ia hanya memberhentikan langkahnya setelah mendengar suara Rara. Rara belari untuk mendekati Gunawan, tapi karena Rara terburu-buru, alhasil ia menabrak kakak kelas yang juga berjalan berlawanan ke arah nya. Dela namanya.
"Aww ..." lirih Rara yang terjatuh.
"Aduhh gimana siih?! Kalau jalan pake mata dong. Lari-lari aja! Jatoh semua kan buku gua?!" marah Dela.
"Iya kak, maaf. Saya nggak sengaja," ucap Rara sambil merapihkan buku Dela yang terjatuh. "Ini kak ...." Rara berdiri mengembalikan buku Dela dan Dela menghilang tanpa mengucapkan terima kasih.
Mendengar keributan di belakang nya, Gunawan dengan berat hati mendekati sang mantan kekasih. "Ada yang sakit?" tanya Gunawan.
"Nggak, nggak ada kak. Makasih,"
"Okey."
"Kak. Rara mau bicara sama kakak nanti pulang. Bisa?" ajak Rara.
"Gue juga mau ngomong sama lu. Kita ke cafe deket sini aja biar enak ngomong nya,"
"Iya kak."
"Gue tunggu di parkiran nanti." Gunawan melangkah begitu cepat meninggalkan Rara.
Rara merasa Gunawan ingin membicarakan tentang hubungan mereka. Nyatanya, ia sangat takut untuk menatap kembali mata Gunawan.
***
Di kelas, Rara duduk menyendiri, karena teman-teman nya meninggalkan dia. Di temani oleh pena yang siap untuk menulis sebuah kata.
Mungkin aku salah, atau mungkin aku benar. Tapi, tidak semudah yang dikira. Seandainya kami tidak bisa bersama sekarang. Aku harap kita bisa bertemu di lain waktu. Dengan waktu, akan berakhir dengan kita.
***
Bel jam terakhir sudah berbunyi. Rara berniat untuk menahan teman-teman nya dan menanyakan ada apa sebenarnya dua hari ini.
"Putri, randa, tunggu sebentar ..." Rara menghampiri kedua sahabatnya itu yang hampir keluar dari kelas. "Boleh kita ngomong sebentar?"
"Ngomong soal apa?" tanya Randa.
"Kita ke taman aja yuk. Kurang nyaman kalau ngomong di kelas, lagi pula mau ajak Hari sama Meli juga. Yuk?" ajak Rara.
"Ya." jawab singkat Putri.
Lalu mereka pun ke kelas 11 IPS 3, mengajak Meli dan Hari ikut berbicara di taman. Walaupun sempat menolak, tapi Rara tetap memaksa Meli dan Hari untuk ikut bicara.
Di taman sekolah
"Ada apa sih?! Mau ngomong apa?!" kesal Meli.
"Gue minta sama kalian jujur sama gue, kenapa kalian berubah sikap sama gue?Tolong kasih tau gue! Ada apa sebenernya?" ucap Rara.
"Seharusnya lu mikir sendiri, Ra! Lu terlalu memetingkan Gunawan dibanding kita! Lu udah jarang main sama kita semenjak lu deket sama dia!" jawab Hari dengan emosi.
"Oke kalau lu lebih pentingin OSIS dibanding kita, tapi kita nggak suka kalau lu lebih perhatiin dia!" lanjut Meli.
"Inget, Ra, lu punya sahabat yang selalu ada buat lu mau seneng ataupun sedih, tapi,kalau lu lebih pentingin Gunawan daripada kita ... Jangan harap lu bisa balik ke kita!" ucap Putri.
"Emang nya spesial apa sih dia?! Sampe lu bener-bener nggak peduliin kita?! Kita yang tadinya selalu ngerjain tugas bareng, kumpul bareng, tapi semenjak lu sama dia. Lu udah lupa semuanya, Ra." ucap Meli.
Rara terkejut dengan pernyataan mereka. Dia sangat tidak menyangka kalau sahabat-sahabat nya berubah karena satu manusia yang lebih diperhatikan oleh Rara. "Gue minta maaf. Gue nggak tau kalau ternyata perilaku gue ke kak Gun bikin kalian marah," ucap Rara.
"Kita bukan nggak suka, tapi lu terlalu berlebihan, Ra," sahut Putri.
"Gue minta maaf sama kalian. Gue tau gue salah,"
"Ya kalau lu tau lu salah. Kenapa baru sadar sekarang?!" ketus Meli.
"Karena gue bingung sama sikap kalian. Kalian tiba-tiba diemin gue, gue bingung,"
"Harus banget di diemin dulu baru sadar?" ucap Randa.
Rara terdiam. Ia bingung cara meminta maaf kepada sahabat-sahabatnya sebab mereka terus mencecar Rara dengan pertanyaan dari jawabannya.
"Gini aja deh, Ra. Kalau lu lebih pilih dia untuk kehidupan lu, kita nggak masalah. Asal, jangan pernah balik ke kita lagi," ucap Hari.
"Gue harus apa supaya kalian maafin gue? Gue akan ngelakuin apa aja. Asal kalian bisa maafin gue," ucap Rara dengan mata yang mulai penuh dengan air mata.
"Nggak mungkin, Ra! Lu akan jauh ngebela Gunawan daripada kita!" marah Hari.
"Ya apa?! Jawab pertanyaan gua!" balas Rara dengan penuh emosi.
"Kita tau lu sayang sama dia. Kita nggak akan lu minta putus hubungan sama dia, tapi bisa nggak? Kalau waktu lu lagi sama kita kayak ngerjain tugas, kerkom, jangan pernah mendahulukan keperluan dia, apapun alasan nya. Bisa?" pinta Randa.
"Iya, bisa. Gue bisa ngelakuin hal itu, tapi tolong maafin kesalahan gue. Gue nggak bisa di diemin terus sama kalian," air matanya sudah tidak tertahan kini mengalir pelan di pipi Rara.
Melihat penyesalan Rara, sahabatnya pun saling menatap. Antara ingin memaafkan atau justru ragu dan tidak percaya dengan ucapan Rara.
Tetapi... rasa percaya mereka hancur begitu saja melihat Gunawan menghampiri Rara. "Ra ..." panggilnya.
"Kak Gun? Kak ..." Rara gugup melihat Gunawan.
"Ayo kita jalan," ajak Gunawan.
Rara terdiam bingung. Ia belum mendapatkan maaf dari teman-temannya, kini ia harus memilih di antara mereka.
"Gue denger semuanya kok. Kalian nggak usah takut kalau Rara lebih pentingin gue di banding kalian. Karena, gue juga nggak pantes diprioritasin. Gue cuma mau ngomong sebentar sama Rara soal hubungan kita," jelas Gunawan.
"Maaf kak, Rara nggak bisa." ucap Rara.
"Sebentar aja. Lu juga tadi mau ngomong sesuatu kan sama gue? Ayo."
Rara benar-benar harus memilih antara Gunawan atau sahabat-sahabatnya.
"Mungkin besok, kalian nggak akan melihat pemandangan ini lagi. Jadi tolong kasih kesempatan terakhir ke gue buat ngomong sama Rara." ucap Gunawan.
Rara yang masih bingung dengan perkataan Gunawan. Dia tidak tahu harus berpihak kepada siapa? Orang- orang yang dia sayangi atau orang yang ia cintai.
"Kalau kalian mau marah lagi sama dia, marah aja sama gue. Semua masalah kalian gara-gara gue kan? Jangan cecer Rara, dia nggak salah." Gunawan menarik Rara menjauh dari sahabat-sahabatnya.
"Gue bilang apa? Dia nggak bisa milih antara dia atau kita," ketus Meli.
"Percuma ngomong sama dia, nggak ada guna nya tau nggak!" kesal Hari
Mereka semua berpencar dan pulang dalam keadaan emosi.
.....
Kira-kira apa yang akan dibicarakan oleh Gunawan hingga ia yakin jika ini adalah hari terakhirnya bersama Rara? Apa Gunawan mau bilang kalau mereka beneran mau putus?! Lalu bagaimana dengan teman-teman Rara yang lain? DI PART SELANJUTNYA KITA AKAN TAHU JAWABANNYA!! SEE YOU!
KAMU SEDANG MEMBACA
It Ends With Us
FanfictionJabatan Tiyara Ramadhani atau yang biasa disapa dengan Rara yang menjadi ketua OSIS di SMA Global Azkara menyulitkan dirinya untuk jatuh cinta. Gunawan Muharjan juga tidak peduli dengan dirinya yang dicap anak paling nakal di sekolah, tapi kepintara...