Haikal dengan tergesa-gesa nya membuka pintu apartemen, ia mengedarkan pandangannya mencari seseorang yang sudah beberapa Minggu ini tinggal di apartemen miliknya.
Ia mencari keberadaan Ziva, mulai dari dalam kamar tidak ada gadis itu di dalam sana. Hampir di setiap celah apartment Haikal cari, namun gadis itu menghilang bagaikan di telan bumi.
Dilihat sekeliling, ia menemukan handphone milik Ziva yang terletak di meja makan. Haikal langsung mengambilnya, ia melihat handphone milik gadis itu, disana terdapat pesan.
"Sial!" Umpatnya.
Setelah membaca nya, Haikal dapat menyimpulkan kalau itu bukan Ziva yang mengetik, melainkan orang lain.
Haikal berlari keluar, bahkan ia tak sempat menutup pintu apartment membiarkan apartemen nya terbuka begitu saja.
####
Disisi lain kini Ziva berada di dalam sebuah gudang kosong, diri nya sendiri tidak tau ia berada dimana, terakhir dirinya sedang memasak mie sebelum orang-orang itu datang dan menculik dirinya.
Dengan kecerdasan yang dimilikinya, dan trik meloloskan diri yang sudah di ajarkan Abang nya, Ziva berusaha melepaskan ikatan yang mengikat dirinya.
Saat sudah terlepas diri nya hendak keluar dari tempat itu, namun tiba-tiba saja seseorang menarik tangannya dan memojokkan dirinya. Seseorang bertopeng itu melukai lengan tangannya sampai baju Ziva bagian lengannya robek.
"Aaaaaaa!" Teriaknya.
Orang itu membekap mulut Ziva dengan tangan, mata nya menatap tajam Ziva, dengan berani Ziva menatap balik mata itu agar ia bisa mengenali siapa orang di balik topeng tersebut.
"Lari atau terbunuh?!" Ucap orang itu.
Mendengar hal itu Ziva langsung mendorong tubuh orang itu sekuat tenaga. Saat tubuh orang itu terhuyung, dengan segera Ziva langsung berlari ke luar.
Di luar ternyata ada beberapa orang yang berjaga, dengan perlahan Ziva mencoba untuk tidak ketahuan oleh orang-orang itu.
Krekk...
Walaupun sudah berusaha untuk tidak ketahuan, tapi tetap saja ada ranting yang menghalanginya. Orang-orang itu menyadari keberadaan Ziva, melihat hal itu Ziva langsung berlari.
Ntah kemana arah yang di lalui oleh nya, yang penting dirinya terhindar dari orang-orang itu.
Dor...
Suara tembakan terdengar, seolah suara tembakan itu untuk memberikan peringatan kepada Ziva untuk berhenti dan tidak berhenti.
Ziva langsung bersembunyi di balik pohon besar yang bisa menutupi tubuhnya agar tidak terlihat oleh orang-orang itu.
....
Disisi lain kini Haikal dengan mobilnya berhenti disebuah jalan, lokasi dimana nomor itu menghubungi dirinya.
Haikal menatap sekitar, memperhatikan sekeliling, mencoba mencari petunjuk untuk menemukan Ziva, siapa tau gadis itu meninggalkan jejak disuatu tempat.
Suara tembakan mengalihkan fokusnya menatap sekitar, dengan cepat Haikal langsung mencari sumber suara tembakan yang ia dengar.
....
Kembali pada Ziva yang kini berhasil menjauh dari orang-orang itu, kini ia berada di jalan sepi yang tidak terlalu sepi dari tempat yang tadi.
Nafasnya sudah terengah-engah, tak bisa di bayangkan ia berlari menghindari dari para laki-laki. Sambil memegang luka yang terdapat di lengangnya, luka tersebut masih mengeluarkan darah.
"Pengen nangis!" Teriaknya.
"Kalau mau nangis, nangis aja nggak apa-apa!" Suara seseorang membuat nya melihat kedepan sana.
Disana sudah terdapat Haikal yang berdiri tak jauh dari tempat ia berdiri. Melihat hal itu ia terdiam, ntah mengapa tiba-tiba kaki nya menjadi lemas, Ziva berjongkok sambil menutupi kedua matanya menggunakan tangan miliknya.
Bisa dipastikan saat ini dirinya sedang menangis, tak bisa dipungkiri, saat ia berada di suatu tempat yang tidak ia kenal bersama dengan orang jahat, dirinya sangat merasa takut akan hal itu.
Haikal berjongkok di hadapan Ziva, membuka tangan Ziva, melihat kini matanya sudah terdapat air mata yang mengalir.
Melihat itu tanpa berpikir panjang Ziva langsung memeluk Haikal, sungguh sebentar saja ia ingin menghilangkan rasa takutnya saat ini. Haikal tak menolaknya, ia membalas pelukan gadis itu.
"Gue terlambat?" Tanya Haikal.
"Diam, jangan bicara!" Ucap Ziva.
Suara dering telepon terdengar, Ziva melepaskan pelukannya dari Haikal. Haikal langsung mengangkat telepon tersebut.
"Udah ketemu belum?!" Tanya Tristan yang ternyata cowok itulah yang menelpon.
"Udah."
"Dimana?!"
Saat hendak menjawab Haikal melihat luka yang berada di lengan Ziva.
"Nanti gue telepon lagi!" Ucap Haikal langsung menutup teleponnya.
"Ini tangan-"
"Mau pulang!" Rengek gadis itu.
"Yaudah kita pulang, bisa jalan kan?"
Ziva mengangguk dan bangkit dari duduknya. Keduanya pergi dari tempat sana menuju mobil milik Haikal.
####
Dengan telaten Haikal mengobati luka yang berada di lengan Ziva, sedangkan gadis itu hanya diam melihat Haikal mengobati diri nya.
Merasa dilihat oleh Ziva, Haikal menatap gadis itu. "Kenapa?!"
Ziva menggeleng kemudian gadis itu tersenyum.
"Coba ceritakan kejadian!" Ucap Haikal.
"Aku lagi masak mie, terus tiba-tiba ada yang ketuk pintu, aku pikir itu kamu Haikal. Karena, kamu bilang mau dateng buat ambil kunci mobil." Ucapnya.
"Kenapa gak lihat dulu dari monitor siapa yang dateng?!" Ucapnya dengan ketus.
"Gak kepikiran, soalnya aku tau nya apartemen ini gak ada yang tau selain kita bertiga!" Jawab gadis itu.
Haikal nampak berpikir sejenak, benar juga apa yang dikatakan oleh Ziva, apartemen nya hanya diketahui oleh beberapa orang kepercayaannya saja.
Haikal bangkit dari duduknya, ia membuka balkon pintu balkon kamar. Ia mulai menelepon seseorang, sedangkan Ziva hanya melihat dan tidak memperdulikan urusan cowok itu.
"Kalau aja Haikal adalah Abang aku, aku gak mau ditinggal jauh-jauh walaupun selangkah!" Ziva mengatakan hal itu, karena ketakutannya masih ada, tidak mungkin ia melupakan kejadian penculikan itu.
Ziva menyalakan handphone miliknya, disana terdapat wallpaper foto dirinya dengan Abang nya.
"Abang, Ziva kangen. Gimana keadaan Abang?" Ucap gadis itu.
####
Author Nafaaa04 🍒
KAMU SEDANG MEMBACA
Ia Rahasiaku
Tiểu Thuyết Chung"Bertahun-tahun kita dekat, namun sampai sekarang kita masih belum bisa mengenal satu sama lain!" <><><> ❌ TIDAK MENERIMA PLAGIAT DALAM BENTUK APAPUN!!!! HARAP BIJAK DALAM MEMBACA CERITA INI! JIKA TIDAK SUKA TINGGALKAN SAJA! INI CE...