Bagian 20

2 2 0
                                    

Pada hari ini, Nauval meluangkan waktunya untuk sang adik. Nauval mengajak Ziva pergi ke tempat liburan yang sebelumnya pernah mereka kunjungi bersama keluarga. Ziva untuk sementara waktu izin dan tidak datang kesekolah.

Tentunya, mereka hanya berdua saja. Karena, Nauval ingin menghabiskan waktu bersama adiknya saja, tak ada seorang pun selain mereka.

"Abang kincir anginnya indah pasti kalau sudah malam." Ucap Ziva sambil menunjuk kincir angin besar yang berada disana.

Keduanya kini sedang santai sehabis memainkan beberapa wahana. Seperti, naik kereta gantung, lorekoster, komisi putar, bianglala, perahu, beberapa permainan lainnya yang ada di tempat itu.

"Abang sama kak Amara pernah kesini?" Tanya Ziva tiba-tiba.

"Amara gak suka tempat yang seperti ini, dia lebih suka sama tempat yang banyak terdapat buku-buku, contoh nya perpustakaan." Jawab Nauval.

"Lalu selama pacaran, lebih sering kemana?" Tanya gadis itu lagi.

"Ketempat bersejarah, ketempat yang menarik dan ketempat yang belum pernah kita temui." Jawab Nauval.

"Seru banget, jadi kak Amara itu enak ya." Ucap Ziva.

Nauval terkekeh mendengar ucapan adiknya. "Kenapa berpikir gitu? Kamu mau punya pacar juga?"

"Ha? Aku-"

"Cari yang bisa jaga kamu dari bahaya, yang selalu buat kamu tersenyum, yang selalu ada sama kamu baik susah maupun mudah. Dia yang buat kamu menangis hanya karena kamu takut kehilangan sosoknya-"

"Sustt!" Ziva menghentikan abangnya berbicara.

Sebenarnya yang abangnya sebutkan itu, kriteria jodoh atau pacaran.

"Itu jodoh?"

"Cinta sejati." Ucap Nauval.

"Menurut sumber yang Ziva baca cinta sejati itu juga sampai mati, iya kan?" Ucap Ziva.

Nauval mengacak-acak rambut adiknya, merasa omongan adiknya terlalu jauh.

"Oh berarti bang Nauval cinta sejati nya kak Amara?"

Nauval bangkit dari duduknya, membuat Ziva sedikit merasa kalau perkataan nya benar.

"Ziva mau kayak abang, bisa dicintai setulus itu." Ucap Ziva seraya bangkit dari duduknya.

Mereka berdua berjalan ketempat permainan tembak botol, untuk 5 kali tembakan seharga 15 ribu jika berhasil menembak 5 botol akan mendapatkan hadiah.

"Silahkan, dapatkan hadiah untuk orang tersayang!" Ucap penjualnya.

Nauval membayar seharga 30 ribu kepada penjual nya. Ziva hanya memperhatikan Abang menembak satu persatu botol yang ada disana.

"Sejak kapan abang bisa menembak?" Tanya Ziva.

"Sejak lama." Jawabnya sembari fokus.

"Kamu mau boneka yang mana?" Tanya Nauval.

"Mau kelinci yang pegang wortel." Jawab Ziva.

Nauval mengangguk dan langsung kembali fokus. Sepertinya ia sungguh-sungguh ingin memberikan hadiah untuk adiknya.

Tak berselang lama datang seorang laki-laki sepertinya seumuran dengan Nauval. Ziva mengenal laki-laki itu karena saat ini sering bertemu dengan dirinya.

"Keane?" Tanya Ziva.

Nauval langsung melihat kearah Ziva.

"Loh Ziva?"

Suara itu langsung membuat Nauval menoleh kearahnya, menatap dengan keheranan.

"Sama pacar?" Tanya Keane.

Ia RahasiakuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang