Pria itu terlihat lelah, hari ini semua hal yang akan ia lakukan sudah diselesaikan, saatnya menutup mata dan tidur. Namun tiba-tiba sesuatu terjadi.
"Hei, apa yang terjadi!"
Monitor layar lengkung di depannya mendadak mati. Graham Leif biasa menggunakan monitor itu untuk mengontrol pemain di Verlore Paradys dan mengontrol karyawannya di kantor Pemerintahan.
Pria yang masih berbaring di atas ranjangnya itu panik. Seluruh ajudan yang berjaga di kamarnya saling melemparkan pandangan dan mengernyit.
"Sepertinya servernya mengalami gangguan, Pak. " celetuk salah satu teknisinya sambil mengecek kabel-kabel yang tercolok.
Andai saja seluruh badannya tidak lumpuh, ingin rasanya Graham melemparkan vas bunga keramik itu ke arahnya.
"Cepat periksa! Ini tidak boleh terjadi!"
Seluruh ajudannya berhambur kocar-kacir tak karuan, suaranya yang menggelegar seperti suara granat yang meledak. Graham meradang, ia tak bisa melakukan apapun selain emosi. Rubeus—ajudan terbaiknya—berusaha memedam emosi Graham, ia memberinya secangkir kopi hangat. Graham Leif hanya berdeham dan menyesapnya perlahan.
Brigadir Jendral Rubeus adalah tangan kanan Graham Leif yang bertugas menyampaikan pesan Graham kepada Owen dan bertugas menghukum, membunuh, mengeksekusi atau apapun itu sesuai perintah tuannya.
"Aku melihatnya waktu itu." Rubeus membuka obrolan ketika melihat emosi Graham Leif mulai stabil.
"Siapa?" Graham mengerutkan keningnya, ia terlihat waspada.
"Abraham."
Rubeus kemudian menceritakan pertemuannya dengan Abraham Cygnus di sebuah kafe bernama White Almond. Rubeus mengaku bahwa ia sudah memata-matainya sejak lama. Rubeus menceritakan apa yang ia dengar soal rencana Abraham membobol ruang server.
"Apa maksudmu ini ulahnya? Dari mana dia tahu lokasinya?" Graham semakin meradang.
"Saya sudah membunuh satu orang yang berpotensi memberi tahu lokasinya, tapi ada satu orang lagi yang belum mati."
Graham menghela nafasnya dan berdecak jengkel. Jika benar Abraham telah berhasil membobol ruang servernya, maka kekacauan Verlore Paradys akan segera berakhir.
"Buat para pegawai membenci Owen Knox."
"Bagaimana caranya tuan?"
Graham berkata, perlu ada kematian masal para pegawai yang bekerja dekat dengan Owen Knox.
"Apa itu tidak terlalu berbahaya?" Rubeus mulai ragu dengan ide ekstrim tuannya.
CEKREK~
Knob pintu terlihat memutar, pintu kamar perlahan terbuka. Bukan seorang dokter atau perawat yang datang melainkan segerombolan orang berjas hitam masuk diam-diam ke ruangan Graham. Mereka berjumlah sekitar tujuh orang dan salah satu diantaranya adalah Abraham Cygnus.
"Kami Polisi dari Badan Intelijensi Negara, Tuan Graham Leif anda tidak keberatan?" Salah satu bawahan Abraham menunjukkan sebuah borgol.
Graham tidak dapat mengeluarkan sepatah kata apapun, tubuhnya membeku. Tujuh orang yang datang dari BIN memasangkan satu per satu borgol ke para ajudan Graham Leif, dengan tenang, tidak ada keributan dan perlawanan sama sekali. Mereka semua tahu dengan siapa mereka berurusan.
Ada sorot mata Graham Leif yang dipenuhi dengan amarah. Kata-kata yang akan keluar dari mulutnya soal membunh pegawai, tercekat di tenggorokan. Pria itu berdecak jengkel, lagi pula tubuhnya lumpuh, Graham tahu ia tidak mungkin bisa kabur. Seluruh ajudannya tidak ada yang lari mereka justru menatap Graham dengan tatapan jengkel. Di saat memalukan seperti ini, Graham Leif masih ingin dianggap jantan, ia kemudian bersedia menyerahkan diri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Forget Time [TAMAT]
Mystery / Thriller[ Ini cerita pertamaku guys, maaf kalo banyak typo dan masih jelek penulisannya heheh, perlahan akan ku revisi penulisannya] Pemerintah negara Goldwater memberikan sebuah program pengganti wajib militer berupa game berbasis virtual. Banyaknya kemati...