21 - Dark Chocolate

21 6 10
                                    

Floria telah menyiapkan sebuah hadiah spesial untuk Luciel. Bukan karena ulang tahun, tapi sebagai ucapan terima kasih atas pengorbanannya selama ini.

Hari ini mereka berdua akan memberikan hadiah satu sama lain, karena telah berhasil bertahan dari kekacauan Verlore Paradys. Dengan hadiah itu, mereka berharap bisa sedikit melupakan hal-hal buruk yang telah terjadi.

"Ku harap ini sepadan." Gadis itu memasukkan kotak cokelat ke dalam tas hadiah.

Ia baru saja membeli cokelat mahal dalam sebuah pelelangan beberapa hari yang lalu. Cokelat bermerek Xocolatl itu spesial karena dibuat dari 28 jenis cokelat dan tiga ons emas 24 karat yang bisa dimakan. Floria memilih cokelat sebagai hadiah karena Luciel adalah seorang chocolatier yang paham mengenai cokelat.

Keluarganya yang memiliki toko teh herbal terkenal dan rumah makan di kota Oak, meneruskan bakat kulinernya ke anak mereka—Laluna dan Luciel. Karena Laluna yang sebelumnya memiliki kafe White Almond sudah meninggal, terpaksa Luciel harus mengandaskan impiannya sebagai pembuat cokelat dan meneruskan usaha milik sang kakak.

Hari ini mereka berdua bertemu di White Almond—seperti biasanya—karena tempat itu paling nyaman untuk mengobrol.

"Ini untukmu." Luciel memberikan kotak hitam yang berisi sepatu Docvin, sepatu yang nyaris Floria beli saat mereka pergi ke Hidden Palace di Verlore Paradys.

"Untukku? Terima kasih banyak!" Manik matanya berbinar-binar melihat barang yang sudah lama ia dambakan. Floria bahkan hampir menangis saat mencobanya.

"Dengan begini kau terlihat seperti Marcy."

Floria tergelak, tak henti-hentinya ia memandangi sepatu boots hitam beraksesoris ghotic itu dan sesekali memotretnya.

"Oh ya, dan ini buatmu." Ia menyerahkan tas hadiah yang sudah dipersiapkan. Luciel tak kalah kaget dengan pemberian Floria.

"Kau serius? Ini kan mahal sekali."

Floria hanya tersenyum, ia puas dengan reaksi Luciel. Pria itu terus memandangi kotak cokelat berwarna emas yang ada di hadapannya. Ia membukanya perlahan, dengan sangat lembut seperti seorang Ayah yang sedang menggendong bayinya untuk pertama kali.

Luciel kemudian bercerita bahwa cokelat sangat berarti dalam hidupnya, baginya cokelat bukan hanya sekedar makanan tapi juga terapi.

"Ibuku bilang, saat kecil aku nakal dan sulit diatur. Tapi ketika aku marah, mereka selalu memberiku cokelat dan itu berhasil membuatku tenang."

Setelah Luciel mempelajari berbagai hal tentang cokelat, ia menyadari ada banyak manfaat yang terkandung di dalamnya. Namun kebanyakan orang masih salah kaprah terhadap khasiat cokelat.

"Maka dari itu, aku ingin menjadi pengrajin cokelat dan memperkenalkan cokelat yang sesungguhnya pada semua orang. Apa boleh buat, takdir berkata lain," Luciel tersenyum pahit.

Ia menghirup napasnya dalam-dalam dan memandangi isi di dalam kotak cokelat yang berwarna emas. Aroma manis, sedikit pahit dan creamy  menguar menggelitik kelenjar air liur siapapun yang menghirupnya. Luciel mengambil satu keping cokelat dan memberikannya kepada Floria.

"Makanlah, aku ingin kau jadi yang pertama mencicipinya."

Jantungnya seperti merosot ke perut begitu mendengar ucapan lembut Luciel, tangannya terlalu gemetar untuk menerima cokelat itu.

"Aku sedang diet," ia menepis.

Walaupun sebenarnya sangat ingin, Floria lebih memilih untuk tidak menerimanya karena pasti Luciel akan melihat tangannya yang bergetar hebat.

Forget Time [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang