13 - Rahasia

21 6 3
                                    

Cerita ini mengandung unsur kekerasan seksual (18+)

Hayden Knox sempat membuka isi dompet kura-kura itu, untuk melihat alamat pemiliknya agar bisa segera mengembalikan.

Namun ada sesuatu yang membuatnya pernah mendengar nama sang pemilik dompet. "Marcy?" gumamnya ketika tak sengaja melihat identity game card milik Floria.

Setelah dompetnya berhasil ditemukan, Floria segera kembali ke balai pelayanan masyarakat untuk memberikan donasinya. Gadis itu tidak menceritakan pertemuannya dengan Hayden Knox kepada siapapun, termasuk Luciel dan Higea.

Setelah berhasil menjadi anggota Pet Planet, Floria rutin mengikuti pertemuan yang mereka adakan setiap Jumat malam di dalam gimana Verlore Paradys. Semua anggota terlihat santai dan ramah, begitu juga dengan Neptune Blue-sang ketua organisasi.

Floria berniat mengajak Higea untuk bergabung ke dalam organisasi Pet Planet. Setelah mengetahui White Sabbath dan Ped Purple-pendiri Underground yang terlibat prostitusi, ia tak ingin Higea terjerumus ke lubang yang sama jika terus bergaul dengan orang-orang di Underground.

Namun sudah hampir tiga hari, Floria tak melihat kehadiran Higea di kampus. Gadis yang memiliki avatar pria itu juga tak pernah muncul di Verlore Paradys.

"Apa kau tahu kabar soal Nona Galatea?" Bu Margaret-dosen walinya mendatangi Floria saat gadis itu duduk di koridor kampus. Floria yang baru saja menghabiskan susu kotaknya kemudian menggeleng pelan.

Tiba-tiba saja ia merasa khawatir dengan ketidakhadiran Higea. Gadis itu juga belum membalas pesan dari Floria maupun mengangkat teleponnya.

"Bisakah kau pergi menemuinya? Minggu depan kita ada ujian, jika terus absen tanpa keterangan, ia bisa lulus terlambat."

"Baik bu." Setelah dosen walinya pergi, Floria merogohkan tangannya ke dalam tas. Ia mengambil ponselnya dan mencoba mengubungi Higea lagi.

Suara telepon yang tersambungkan tidak juga mendapat jawaban. Apa yang ia lakukan sampai mengabaikan teleponku? Sebuah pikiran negatif terlintas di benaknya, entah kenapa Floria merasa ada sesuatu yang terjadi pada Higea.

Ingin segera memastikannya, gadis yang dilanda perasaan cemas itu memutuskan untuk pergi ke apartemen Higea. Apartemen murah yang dihuni Higea juga banyak dihuni siswa kampus, pegawai toko dan pasutri baru. Letak apartemennya tidak terlalu jauh dari Universitas Willow, ditambah lagi Floria sudah pernah berkunjung ke sana. Sedikit banyak ia masih mengingatnya.

Setelah menaiki lift menuju lantai 6, belok ke kanan lalu cari pintu nomor 603. Di pintunya, tertempel stiker hati warna ungu. Floria berusaha mengingat detail apartemen Higea.

Ketika sampai di pintu nomor 603 yang tertempel stiker hati warna ungu, ada sesuatu yang membuatnya bertanya-tanya sebelum memencet bel. Sepasang sepatu sneakers hitam putih ukuran pria tergeletak tak beraturan di depan pintu.

"Apa ada orang lain di dalam sana?"

TETTT.. TETTT..

Suara bel yang terdengar sumbang dibunyikannya berulang-ulang. Tak lama kemudian pintunya dibuka oleh seorang pria yang keluar dengan tergesa-gesa. Pria itu menubruk bahu Floria dengan kuat dan langsung pergi sambil menjinjing sepatunya, ia juga menutupi pelipisnya dengan topi hitam dan tak menoleh sedikitpun.

Floria yang merasa curiga dengan gelagat pria tadi segera meneriakkan nama Higea untuk memastikan gadis itu baik-baik saja.

"Higea? Apa kau di sana?! " Floria masuk ke dalam ruangan dan melepas sepatunya. Higea belum terdengar menyahut, gadis itu semakin khawatir.

Forget Time [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang