•••
Nyalakan multimedia di atas untuk menikmati pengalaman membaca yang lebih seru
•••
Temaram cahaya senja masuk ke celah-celah ventilasi kamarnya membuat beberapa sudut disinari cahaya jingga. Itu artinya cuaca sore ini mendukung Floria hadir ke ajakan minum teh Luciel. Bukan tanpa alasan pria itu mengajaknya berbicara, tempo hari lalu Floria memergoki avatar Luciel yang terlihat murung. Merasa khawatir, gadis itu pun mengiyakan ajakannya.
Cardigan putih dan rok tartan warna cokelat yang telah ia siapkan terlihat manis untuk acara minum teh. Gadis itu lalu menyemprotkan parfum beraroma chamomile dan jeruk bergamot favoritnya, ia juga menghias rambutnya dengan jepit mutiara.
"Kau mau kencan ya?" Dayana yang pulang lebih awal mengagetkannya saat gadis itu keluar dari kamar. Floria memutar kedua bola matanya dan mendengus jengkel.
Dengan tergesa-gesa dan lebih tepatnya menghindari basa-basi yang berujung emosi, gadis itu keluar dan membanting pintunya tanpa mengatakan sepatah kata apapun.
Sejak kecil, Dayana dan Floria sering bertengkar seperti saudara pada umumnya. Mereka sebetulnya saling menyayangi satu sama lain, tetapi perbedaan sifat di antara keduanya membuat hubungan persaudaraan mereka menjadi rumit.
Ibunya sering membandingkan kemampuan akademik anak sulungnya dan kemampuan akademik anak bungsunya yang jauh berbeda. Bagaimana tidak, Dayana Juniper berkali-kali memperoleh medali penghargaan atas kecerdasannya. Hal itulah yang membuat Dayana bisa bekerja sebagai salah satu main programmer termuda di instansi pemerintah.
Dayana Juniper tertarik pada dunia coding sejak duduk di sekolah menengah pertama, dulunya ia kecanduan main gim, tapi karena sangat pintar tak ada yang pernah melarangnya bermain bahkan saat ada ujian. Berbeda dengan Floria yang tidak bisa melampaui kepintaran kakaknya, kepintarannya hanya sebatas rata-rata.
Mereka sering bertengkar karena hal sepele, misalnya saat Floria dibelikan tas baru dan Dayana tidak. Atau saat Dayana di ijinkan main ketika ujian, tapi Floria tidak. Kedua kakak beradik itu bisa menjambak, mencakar dan saling membanting pintu kamarnya saat bertengkar. Namun semuanya berubah ketika kedua orang tua mereka sudah meninggal.
Dayana dan Floria harus sedikit menahan kebencian di antara mereka berdua, karena saat ini keduanya tidak memiliki siapapun kecuali satu sama lain. Saudara-saudara mereka ada di luar negeri dan tidak mungkin untuk bertemu, sebab mereka tinggal di daerah konflik.
***
Ketika gadis itu sampai di White Almond, Luciel malah terlihat sedang menutup kafe. Floria yang melihatnya buru-buru menghampiri.
"Kenapa ditutup?"
"Kita tidak akan minum teh di sini." Suara yang lembut selalu keluar dari mulut Luciel, wajah pria itu selalu terlihat lembut seperti whip cream.
Gadis itu mengangkat sedikit alis dan bertanya-tanya. Namun Luciel hanya tersenyum tipis seperti sedang menyembunyikan sesuatu yang manis. Pria itu berjalan ke samping garasi yang terletak di sebelah kafe, ia mengeluarkan mobil silvernya yang mengilap dan mengajak Floria pergi ke sebuah toko teh bernama Cloud Tea.
"Serius? Bukannya itu mahal ya?"
Belakangan ini banyak sekali tea shop atau toko teh yang menjamur di kota Willow. Warga kota Willow tidak menggemari minuman manis dengan bola-bola tapioka atau kopi, hampir seluruhnya sangat menggemari teh.
KAMU SEDANG MEMBACA
Forget Time [TAMAT]
غموض / إثارة[ Ini cerita pertamaku guys, maaf kalo banyak typo dan masih jelek penulisannya heheh, perlahan akan ku revisi penulisannya] Pemerintah negara Goldwater memberikan sebuah program pengganti wajib militer berupa game berbasis virtual. Banyaknya kemati...