Setelah jasadnya selesai diotopsi, pria baik hati itu dikubur di pemakaman Soul Garden. Keluarganya menanamkan biji pohon cokelat di kuburannya sebagai pengingat bahwa putra mereka adalah anak yang manis.
Sulit bagi Floria melupakan seseorang yang selama beberapa bulan ini terus menemaninya, membantunya, ia bahkan rela mengorbankan dirinya sendiri untuk disetrum. Kini hidupnya terasa semakin hampa, karena orang-orang di sekelilingnya satu per satu pergi.
Kehilangan seseorang adalah hal yang paling ia benci, efeknya selalu seperti ini. Saat ayahnya meninggal ia bahkan bersumpah untuk menyukai musik rock, saat ibunya meninggal ia selalu takut kehilangan dompet kura-kuranya, saat Higea meninggal ia jadi takut kehilangan orang terdekatnya lagi. Saat Luciel pergi, ketakutannya jadi semakin parah, perasaannya kacau balau, gadis itu sepertinya sudah mati rasa.
"Kenapa harus kau yang pergi meninggalkanku?" Air matanya terus mengalir, meratapi bayang-bayang Luciel yang tak mau pergi dari pikirannya.
Bagaimana aku bisa melupakanmu? Dadanya terasa ngilu dan sesak saat melewati kafe White Almond yang kini sudah dipasang plang 'Dijual'. Tidak ada lagi aroma manis kue yang tercium dari sana, tidak ada lagi donat gula, tidak ada lagi Mintblank, tidak ada lagi Luciel.
White Almond adalah tempat yang sangat berharga untuknya, tempat itu memiliki banyak kenangan, sangat disayangkan jika keluarga Dimitri memutuskan untuk menjualnya begitu saja. Apa boleh buat, kedua putra putri mereka kini sudah tiada. Tuan dan Nyonya Dimitri pasti lebih terpukul dari siapapun. Belum genap setahun, mereka sudah kehilangan kedua anaknya.
Floria terus memandangi sepatu hitam pemberian Luciel, ia jadi memikirkan sesuatu. Gadis itu ingat saat Luciel pernah berkata bahwa ia sangat mengagumi penampilan Marcy—avatar milik Floria.
"Aku akan merubah penampilanku jadi seperti Marcy, ini untukmu Luciel."
Walaupun terlambat, gadis itu tetap memutuskan untuk mengubah penampilannya. Ia mewarnai rambutnya dengan warna silver, dan mengganti semua pakaiannya dengan pakaian yang bernuansa serba hitam. Dayana yang melihat aksi sang adik tidak berkomentar apapun, sepertinya wanita itu paham apa yang membuat perasaan Floria terguncang.
Ia meraba ghotic dress pertamanya yang dipenuhi renda-renda. Dipandanginya wajah dengan riasan pucat itu, bibir merah gelap dan mata sayu yang tak bercahaya tentu membuat kebahagiaan tak mau tinggal di sana. Aku adalah orang yang selalu ditinggalkan.
Gadis itu sudah terlalu lelah menyaksikan kematian terus menerus. Ia telah menyadari bahwa setiap yang hidup pasti akan mati, setiap yang bertemu pasti akan berpisah. Itu adalah takdir yang tidak bisa diubah. Walupun begitu, ia berterima kasih pada Luciel karena pria itu sudah menyatakan cintanya.
***
Semenjak Abraham menghubunginya lewat telepon, gadis itu hampir tidak pernah keluar dari rumah tanpa seizinnya. Untung saja perkuliahannya libur karena memasuki musim panas, jadi tidak terlalu khawatir untuk berpergian lebih sering.
"Seorang teman ingin bertemu denganku di pemakaman, apa aku boleh keluar?" Hampir setiap hari Floria selalu memastikan keamanan rutinitasnya dengan melapor ke Abraham. Agak menyebalkan pikirnya, rasanya seperti harus melapor ke orang tua.
"Siapa nama temanmu?"
Gadis itu bingung, apa boleh memberi tahu orang asing tentang Hayden Knox anak presiden Owen? Akhirnya ia berdalih.
"Namanya Neptune Blue."
"Tentu boleh."
KAMU SEDANG MEMBACA
Forget Time [TAMAT]
Mistero / Thriller[ Ini cerita pertamaku guys, maaf kalo banyak typo dan masih jelek penulisannya heheh, perlahan akan ku revisi penulisannya] Pemerintah negara Goldwater memberikan sebuah program pengganti wajib militer berupa game berbasis virtual. Banyaknya kemati...