•••
Nyalakan multimedia di atas untuk menikmati pengalaman membaca yang lebih seru
•••
Rintik air hujan yang menerpa jendela, membawa semilir angin sejuk masuk ke sela ventilasi. Tubuhnya meringkuk di bawah belaian hangat bulu-bulu selimut yang meremang, matanya tak mau terpejam. Gadis itu mendengkus kesal dan menyibak gorden yang menutupi jendela kamar. Ternyata langit masih kelabu, petirnya pun bergemuruh. Ia menghela napas dalam-dalam. Aku ingin tidur lebih lama lagi.
Walaupun gadis itu berhasil bangun lebih pagi sebelum alarm ponselnya berdering, bukan berarti dirinya antusias pergi ke pusat kota. Biasa menjadi orang yang terorganisir, ia tidak suka diburu waktu. Tanggal 23 Juni 2066 sudah ia lingkari dengan spidol merah sebelumnya. Hari ini, Pemerintah mengundang seluruh masyarakat berusia 17 hingga 25 tahun untuk menerima program wajib militer.
Derasnya hujan yang mengucur, membuat gadis berambut panjang itu meradang. Perut yang keroncongan pun harus sedikit bersabar, karena empunya terlalu sibuk mencari payung dan melewatkan waktu sarapan. Walaupun kesal, Floria tetap berangkat.
Pabrik yoghurt terbengkalai di belakang Universitas Willow menjadi rute pilihannya untuk pergi ke pusat kota. Rute tercepat, menurutnya. Kodok yang tiba-tiba melintas, membuat Floria kesal bukan kepalang. Rute tercepat bukan berarti rute yang menyenangkan, bibirnya semakin mengerucut.
Dibalik perjalanan yang menjengkelkan itu, ada aroma gula, susu dan telur yang melegakan rongga pernapasan. Keroncongan di perutnya semakin tak teredam, kakinya tahu kemana harus melangkah.
"Sepertinya ada yang baru matang."
Tak banyak yang tahu, kafe bernama White Almond itu menjual roti yang empuk dan lembut. Orang-orang jarang berkunjung ke sana, karena letak kafenya yang sulit ditemukan. Itulah mengapa ia masuk dalam kategori hidden gem.
"Program pemerintah pengganti wajib militer sudah mulai dibagikan secara merata, selain itu-" Suara televisi di kafe terdengar samar-samar.
"Ini satu butter croissant dan dua donat gulanya." Pelayan kafe berparas sejuk itu memberikan bungkus roti yang masih hangat.
"Maaf butter croissant-nya tolong dibungkus terpisah ya." Floria buru-buru menyiapkan kartu pembayaran dari dompet kura-kuranya.
Dompet bermotif kura-kura itu selalu mengingatkannya pada Ilonka Syazwanai—seorang ilmuan yang bekerja di perusahaan pupuk milik pemerintah. Sering pulang larut malam, membuat Ilonka jarang bertemu kedua putrinya. Itu terjadi empat tahun lalu, saat amonium nitrat meledak dan menewaskan karyawan pabrik yang terjebak. Semuanya tewas, termasuk Ilonka, Ibu yang sangat Floria sayangi.
***
Seperti hari yang sibuk pada umumnya, kereta menuju pusat kota telah dipadati penumpang. Namun ada sesuatu yang aneh, sebagian penumpang di gerbong itu terlihat masih muda. Ia yakin, mereka semua memiliki tujuan yang sama—mengambil program wajib militer dari Pemerintah.
Gadis bernama Floria itu melipat payungnya yang basah, ia tidak mau membuat genangan air di lantai kereta. Seorang wanita hamil bergaya nyentrik berdiri di dekat pintu, ia kesulitan mengatur posisinya sehingga harus menghalangi jalan. Orang-orang mungkin tidak peduli, karena wanita berambut ungu itu terlihat urakan.
Tanpa pikir panjang Floria mengayunkan tangan, melambai ke arahnya. Gerakan bibirnya membentuk sebuah ucapan. Duduk di kursiku. Wanita hamil yang menangkap maksudnya, tersenyum lega dan berjalan mendekat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Forget Time [TAMAT]
Mystery / Thriller[ Ini cerita pertamaku guys, maaf kalo banyak typo dan masih jelek penulisannya heheh, perlahan akan ku revisi penulisannya] Pemerintah negara Goldwater memberikan sebuah program pengganti wajib militer berupa game berbasis virtual. Banyaknya kemati...