Hari ini, Aldo berencana mengajak kekasihnya untuk main ke rumahnya bersama Jinan, Chika, dan Cindy. Fiony tidak ikut dikarenakan ia memiliki kegiatan lain setelah pulang sekolah. Aldo dan Ashel sudah berpacaran sejak Ashel kelas 9 atau 3 SMP hingga saat ini Ashel duduk di kelas 10 sedangkan Aldo duduk di kelas 11.
"Kita jadi kan ke rumah Kakak?" tanya Ashel saat mereka sudah sampai di parkiran.
"Jadi dong, ayo kita pergi sekarang aja," ucap Aldo.
"Tunggu, Kak. Kan aku sama Kak Chika gak bawa mobil, nah kalau aku sama kamu naik motor dan Kak Cindy sama Bang Jinan naik motor juga, terus Kak Chika sama siapa?" tutur Ashel.
"Ah iya, aku hampir lupa," ucap Aldo menepuk dahinya.
"Kak Chika berangkat sama Bang Ar ya, gue udah telpon Bang Ar. Katanya dia baru selesai dari ruang guru, lo gak apa-apa kan nunggu dia?" lanjut Aldo pada Chika.
"Gak apa-apa, kalian duluan aja. Nanti gue naik taksi juga gak apa-apa sih, gak enak sama dia."
"Eh, gak boleh gitu, Kak. Bang Ar udah setuju kok, pokoknya lo tunggu dia di sini ya," pesan Aldo pada Chika.
Setelah itu, mereka berpamitan pada Chika dan pergi meninggalkan Chika sendiri di parkiran. Gadis itu berjalan menuju koridor dan duduk di kursi yang ada di sana menunggu Arzeendra.
Ya, orang yang dipanggil Bang Ar oleh Aldo adalah Arzeendra Harlan atau yang kerap disapa Zee atau Ar merupakan Kakak kembar Aldo dan anak pertama dari pasangan Shani dan Gracio.
Sosok pria yang dingin dan sulit untuk didekati oleh semua orang terutama perempuan, terkadang Chika merasa iri karena Ashel merupakan sahabat yang disayangi oleh Zee. Walau dingin dan cuek, pria itu memiliki cara tersendiri untuk menyayangi orang disekitarnya.
"Kira-kira nanti canggung gak ya? Duh, gue harus nyiapin mental nih, apalagi enam bulan belakangan ini dia kayak gitu responnya waktu gue coba deketin," monolog Chika meremas jarinya sendiri.
"Semoga aja kali ini respon dia bagus deh daripada sebelumnya," harap Chika dalam hati.
Tak lama kemudian, Zee datang dengan kedua tangan dimasukkan ke dalam saku celananya. Ia menegur Chika yang terlihat melamun.
"Ayo," ucapnya tanpa menunggu Chika ia berjalan menuju motornya.
"Ebuseet, kaget. Dingin banget sih, Zee, sulit banget digapainya. Padahal gue sama lo deket tapi berasa jauh ya," gumam Chika lalu berjalan mendekati Zee.
Pria itu mengulurkan helm pada Chika yang diterima, lalu dipakai oleh Chika. Dalam hati ia berharap jika suatu hari nanti Zee memakaikan helm di kepalanya.
"Naik," suruh Zee menurunkan step motor untuk pijakan Chika.
"Eh," kaget Chika dengan perlakuan romantis Zee. "Beneran ini Zee? Gak salah lihat kan gue? Act of service dong love languagenya," batin Chika berusaha menyadarkan dirinya.
"Makasih, Zee," ucap Chika seraya naik ke motor Zee. Ia berpegangan pada jaket Zee yang tak diprotes oleh sang pemilik jaket.
Kemudian, Zee memacu motornya menuju rumahnya. Chika merasa senang bisa dibonceng oleh Zee dengan motor sport kesayangannya. Setahunya, Zee tidak pernah membonceng siapapun dengan motor ini, kecuali kedua adik perempuannya.
***
Sesampainya di depan rumahnya, ia tak melihat motor Aldo maupun Jinan. Zee menghela napas panjang merasa kedua orang itu menjahilinya, Zee tahu niat kedua sahabatnya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
ONLY TODAY (END)
General Fiction"Love is like war; easy to begin but very hard to stop." Kalimat itu yang selalu menjadi pegangan seorang Arzeendra Harlan atau yang kerap disapa Zee. Arzeendra memiliki 3 orang adik, sosok Kakak penyayang walau cuek. Seorang pemuda yang sulit dita...