Part 9

1.5K 145 3
                                    

"Kita mau ke mana lagi, Kak?" tanya Ashel padaku.

Saat ini kami sedang berjalan-jalan di mall, sebenarnya kami tidak hanya berdua. Kami bersama Jinan dan Cindy, tetapi karena mereka harus pulang sebelum petang, akhirnya, kini hanya kami berdua.

"Kamu lapar gak, Sayang?"

"Lapar, Kak."

"Kita makan di sana aja yuk," ajakku menunjuk salah satu restauran jepang yang ada di sana. Kulihat Ashel mengangguk, setelah itu aku genggam tangannya agar semua orang tahu bahwa Ashel kekasihku.

Sejujurnya aku sangat tidak suka para pria yang melewati kami menatap Ashel seperti itu. Aku tahu bahwa kekasihku memiliki daya tarik yang kuat dan cantik, tetapi tetap saja rasanya aku sangat tidak rela.

"Kenapa, Kak?" tanyanya padaku yang tiba-tiba merangkul pinggangnya, aku kesal pada Ashel yang selalu memanggilku 'Kak' sungguh aku tidak menyukainya.

"Jangan panggil aku Kak dong sayang. Kesannya aku Kakak kamu kalau gitu, kan kita pacaran."

Ashel mengerutkan dahi heran, lalu dia terkekeh lucu saat melihat ekspresiku. "Cemburu ya? Posessif banget sih pacarnya Acel," ujarnya mencubit pipiku gemas.

"Jangan cemburu ya sayang, kan aku pacar kamu, aku juga jalan di samping kamu. Gandengan pula," katanya yang sepertinya berusaha menenangkanku.

Aku tak menjawab, hanya terdiam dan terus berjalan menuju tempat makan itu. Sesampainya di sana, Acel menarikku untuk duduk di meja pojok.

"Jelek cemberut terus," ujarnya mencubit pipiku.

"Habisnya kamu panggil aku Kak terus sejak awal pacaran. Kan udah aku bilang buat gak panggil aku Kak, panggil sayang kek."

Ia terkekeh mendengar penuturanku, entah apa yag ada di pikiran Acel yang jelas aku memang keberatan jika ia memanggilku Kak.

"Iya sayang, aku gak akan panggil Kak lagi deh. Ayo pesan, aku laper nih." Mendengar itu, aku lantas tersenyum senang dan bergegas memanggil pelayan. Kami memesan makan, lalu pelayan itu berlalu setelah mencatat pesanan kami.

"Nanti malam jadi?"

"Kata Bang Ar sih jadi, aneh deh dia. Mau ngapain coba."

"Bang Ar kan emang gitu, susah ditebak orangnya. Aku jadi bingung deh, sebenarnya dia suka gak sih sama Kakakku?"

"Kalau dilihat dari gelagatnya, sebenarnya dia udah suka sejak lama, kelihatan juga dia nyaman sama Kak Chika. Mungkin yang buat dia terus kayak gini ya trauma masa lalunya, tugas kita yakinin dia sih," jelasku.

"Iya sih, gimanapun masa lalu Bang Ar emang kurang bagus, tapi kan gak bisa juga mikir kalau Kak Chika bakal kayak gitu. Aku kasihan lihat Kakakku yang usaha terus," balas Ashel dengan cemberut.

Ku elus kepala Acel untuk menenangkannya. "Bang Ar mungkin masih butuh waktu, kita berdo'a dan dukung aja yang terbaik buat hubungan mereka ya."

Tak lama pesanan kami pun datang, kami menyantap makanan dengan tenang dan sedikit berbincang. Setelah selesai makan, kami memutuskan untuk pergi ke taman kota.

***

Hari telah berganti menjadi malam, kini sang bulan menggantikan tugas matahari untuk menyinari langit ditemani oleh bintang. Sesampainya di taman kota, Aldo dan Ashel duduk di sebuah kursi dekat taman, dikarenakan ini merupakan malam minggu maka taman itu terlihat banyaknya remaja yang dimabuk asmara.

Saat sedang asik berbincang dan tertawa bersama, tiba-tiba saja seseorang menyapa mereka.

"Seru banget kan, Cel?"

ONLY TODAY (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang