Satu tahun yang lalu
Pagi itu, saat istirahat aku berjalan menuju kantin menyusul Kak Chika yang sudah lebih dulu ke kantin. Saat diperjalanan menuju kantin, aku melihat seorang pria yang sedang berbincang dengan seorang gadis, keduanya nampak asik berbincang dan bercanda.
Kuabaikan pemandangan yang sudah biasa kulihat, Kak Aldo memang selalu menggoda siswi cantik yang lewat. Aku membiarkan hal itu bukan berarti aku tak cemburu, hanya saja untuk menjaga emosiku agar lebih tertata dan menjaga hatiku agar tidak terlalu sakit, aku memilih menutup mata dan telinga.
"Ayo semangat, Cel, kamu pasti bisa," gumamku menyemangati diri sendiri.
Selalu kulakukan itu agar rasa sesak yang memelukku tiap kali melihatnya seperti itu sedikit reda, entah sampai kapan Kak Aldo akan berhenti genit pada gadis-gadis lain.
Kulangkahkan kembali kakiku menuju kantin, sesampainya di sana aku memilih duduk di samping Kak Chika.
"Kenapa, Cel? Kelihatan sedih gitu," ujar Kak Cindy yang membuat Kak Chika menatapku intens, buru-buru aku mengalihkan tatapan dari Kak Chika dan berusaha tersenyum.
"Ah, gak apa-apa kok, cuma sedih karena tadi ngerjain ulangan gak maksimal," jawabku mencari alasan yang logis.
"Tumben sedih karena ulangan?"
"Takut nilainya jelek, Kak, nanti buat Mami kecewa." Kak Chika menyipitkan mata, aku tahu bahwa Kakakku itu tidak percaya dengan alasan yang aku berikan, tetapi aku berusaha sebisa mungkin agar mereka tak curiga.
"Aldo mana, Cel?"
"Gak tahu, Kak Nan."
"Tuh anak bener-bener ya, katanya mau nyusulin lo tapi malah dianya ngilang," dumel Jinan menggeleng heran.
"Makan, Cel," ucap Bang Ar tiba-tiba menyimpan sepiring nasi goreng dan segelas jus jeruk di depanku.
Aku bahkan tak tahu kapan Bang Ar pergi untuk memesan makanan ini, kulihat Kak Chika yang berubah murung. Ah, Kak Chika sepertinya cemburu dengan perlakuan Bang Ar yang perhatian padaku.
"Makasih, Bang," ucapku yang tak dibalas olehnya.
Setelah itu, kami memakan pesanan masing-masing, tak lama dari itu Kak Aldo datang dan duduk di sampingku. Aku mengabaikannya, semua kulakukan untuk menutupi perasaan sedih dan kecewaku terhadap Kak Aldo yang tak pernah berubah.
"Sayang, aku mau," ucapnya menatapku seraya tersenyum, aku hanya berdeham tak urung kusodorkan sesuap nasi goreng ke mulutnya.
"Dari mana, Do?" tanya Kak Jinan yang sudah menyelesaikan makannya.
"Dari ruang guru, tadi mau ke kelas Ashel cuma dipanggil Bu Sisca jadi gue ke ruang guru dulu deh," jelasnya yang sudah pasti berbohong, karena aku jelas melihat dia menggoda siswi-siswi kelas X IPS 2.
"Aku ke kelas duluan ya Kakak-Kakak, sebentar lagi bel dan ada ulangan Matematika," ucapku tanpa menghabiskan nasi goreng dan jusku.
"Habisin dulu makannya, Dek," pesan Kak Chika.
"Kenyang, Kak," balasku setelahnya aku berlalu, samar-samar kudengar Kak Aldo mengatakan bahwa biar ia saja yang menghabiskan makanan dan minumanku.
"Kenapa berbohong sih, Kak?" dumelku pelan.
Aku menghindari kebohongan-kebohongan Kak Aldo yang pastinya masih berlanjut setelah itu. Aku tak ingin mendengarnya dan membuat hatiku semakin sakit serta kecewa.
KAMU SEDANG MEMBACA
ONLY TODAY (END)
General Fiction"Love is like war; easy to begin but very hard to stop." Kalimat itu yang selalu menjadi pegangan seorang Arzeendra Harlan atau yang kerap disapa Zee. Arzeendra memiliki 3 orang adik, sosok Kakak penyayang walau cuek. Seorang pemuda yang sulit dita...