Hari ini adalah hari yang paling membahagiakan sekaligus sedih untuk Ashel dan Aldo, karena hari ini mereka telah melangsungkan pernikahan. Suasana bahagia itu bercampur sedih karena ketidakhadiran sosok yang sangat keduanya sayangi. Arzeendra, pria itu masih belum sadarkan diri, sudah hampir 3 bulan lamanya Zee terbaring koma di atas ranjang rumah sakit.
"Ashel, Aldo selamat ya akhirnya kalian nikah juga."
"Pasangan kesayangan gue, selamat ya kalian udah nikah, ah gila gue dilangkahin nih."
"Kita tunggu nih ponakan yang kembar dan imutnya."
Ucapan selamat berturut-turut keduanya terima, baik dari teman-teman kuliah keduanya, maupun teman saat masa-masa SMA terutama sahabat-sahabat mereka. Keduanya tertawa bahagia menerima ucapan dan do'a yang tak putus dari tamu-tamu undangan yang hadir. Kebahagian yang mereka rasakan jelas dirasakan oleh keluarga kedua mempelai.
"Selamat, Shel atas pernikahan kamu sama Aldo, semoga kalian menjadi keluarga yang bahagia dan cepet dapat momongan ya," ucap Marsha dengan tulus dan memeluk Ashel, ia datang bersama sepupunya. Marsha sengaja naik ke atas pelaminan saat keadaan sudah tidak seramai sebelumnya, ia masih merasa malu untuk berdiri di keramaian.
"Aamiin, makasih, Kak Sha atas do'a dan kehadirannya. Do'a yang baik untuk Kakak juga ya," balas Ashel membalas pelukan Marsha tak kalah erat.
"Kak Aldo selamat ya, akhirnya nikah juga. Jaga Ashel, Kak, jangan sampai disakiti."
"Pasti aku jaga, Sha, kamu cepat nyusul ya. Semoga dapat pria yang baik sesuai dengan keinginan kamu," ujar Aldo terkekeh.
"Kalau aku maunya Kak Zee gimana?" Seketika semua diam dan rasa sedih kembali menyerang mereka, Marsha meruntuki dirinya yang bodoh karena membicarakan hal sensitif di depan keduanya.
"Maaf, Shel, Kak, aku gak bermaksud."
"Gak apa-apa, Kak Sha, ohya sana Kakak makan dlu jangan langsung pulang. Nikmati dulu hidangannya," kata Ashel.
Marsha mengangguk, lalu melangkah pergi setelah berpamitan pada keduanya. Sepeninggalan Marsha, Ashel menatap Aldo yang juga menatapnya, paham apa yang dirasakan istrinya membuat Aldo menarik pinggang Ashel dan merapatkan padanya.
"Tenang sayang, aku yakin bahwa Bang Ar akan sadar sebentar lagi," ucap Aldo menenangkan.
"Aku prihatin sama Kak Chika yang udah gak seceria dulu, apalagi dia kelihatan murung hari ini." Keduanya menatap Chika yang duduk di pojok pelaminan terlihat sedang melamun, hal itu terbukti saat Aya yang berada di sampingnya menyenggol Chika kala ada tamu yang menyalami mereka.
"Aku paham, karena pasti berat untuk Kak Chika menerima semua ini. Apalagi dia harus dilangkahi sama kita, maka dari itu kita harus mendo'akan yang terbaik untuk kesembuhan serta hubungan Kak Chika dan Bang Ar."
Seharusnya satu bulan lalu adalah pernikahan Chika dan Arzee, lalu satu bulan selanjutnya yaitu hari ini pernikahan Aldo dan Ashel. Namun, kondisi Arzee yang masih belum sadar membuat pernikahan keduanya harus dijadwalkan ulang, Chika menerima itu karena priorotasnya saat ini adalah kesembuhan calon suaminya.
"Cel, Do, Kakak pergi duluan ya. Maaf gak bisa ikut rangkaian acara hingga selesai, Kakak mau jaga Arzee di rumah sakit," pamit Chika yang langsung melenggang pergi tanpa menunggu jawaban keduanya.
"Kak," panggil Ashel yang tak mendapatkan jawaban karena Chika sudah cukup jauh.
"Udah gak apa-apa sayang, biarin Kak Chika di sana aja daripada dia ikut acara tapi mukanya murung dan gelisah. Pasti gak tenang karena khawatir sama Abang di rumah sakit."
Seluruh keluarga Ashel dan Aldo memang ada di acara pernikahan ini, sedangkan Zee di rumah sakit dijaga oleh dokter dan suster yang berjaga. Maka dari itu wajar jika Chika khawatir sepanjang acara.
KAMU SEDANG MEMBACA
ONLY TODAY (END)
General Fiction"Love is like war; easy to begin but very hard to stop." Kalimat itu yang selalu menjadi pegangan seorang Arzeendra Harlan atau yang kerap disapa Zee. Arzeendra memiliki 3 orang adik, sosok Kakak penyayang walau cuek. Seorang pemuda yang sulit dita...