Pagi ini di sebuah rumah mewah bernuansa putih terjadi kehebohan karena kedatangan seseorang yang tak pernah diduga. Chika yang membukakan pintu terkejut melihat kedatang pria yang tak pernah diduganya, ia berpikir kekasih adiknya yang datang, namun ternyata dugaannya salah.
Arzeendra Harlan lah yang berdiri di hadapan Chika sekarang. Ya, rumah yang diketuk itu adalah rumah Chika.
"Zee? Gak nyasar?" tanya Chika dengan raut terkejut.
"Hm," balas Zee.
Chika menghela napas panjang mendengar respon pria itu. "Masuk dulu, Zee," ajak Chika membukakan pintunya lebih lebar.
Tanpa menunggu ajakan kedua kalinya, Zee langsung melangkah masuk menuju meja makan disusul oleh Chika yang masih tak percaya dengan kedatangan Zee. Di meja makan hanya ada Ashel yang sedang menyiapkan sarapan untuknya dan Kakaknya.
"Loh, Bang Zee, tumben banget ke sini," ujar Ashel saat melibat Zee duduk di sampingnya. Sedangkan Chika duduk di hadapan Zee, Ashel terkadang memanggil Bang atau Kak.
"Hm."
"Apa sih, Bang, lo ke sini mau apa?"
"Iya, gak biasanya lo ke sini, Zee," timpal Chika menyimpan sandwich yang dibuatnya di atas piring, lalu menyerahkannya pada Zee. "Nih, lo pasti belum sarapan kan."
"Makasih." Zee menerimanya, lalu memakannya dengan perlahan.
"Jemput lo," ujar Zee entah pada siapa.
Kedua Adik Kakak itu dibuat bingung oleh pria itu. Chika berdecak kesal karena jawaban Zee yang tidak jelas.
"Siapa? Gue?"
Zee terdiam, ia menatap Chika. "Ashel." Jawaban singkat itu membuat Chika patah hati, padahal dalam hati ia berharap Zee menjawab iya.
"Gue? Kan gue dijemput sama Aldo," ucap Ashel.
"Dia bilang gak bisa jemput lo tadi," kata Zee dengan santai, melanjutkan makannya yang tertunda.
"Hah? Kok barusan dia chat gue, ka– aduh." Ashel mengaduh sakit saat merasakan tendangan di kakinya, ia menatap Zee yang menatapnya tajam.
Seketika Ashel tersadar bahwa Zee hanya menjadikannya alasan agar bisa menjemput Kakaknya. Pria itu terlalu gengsi untuk mengungkapkan secara langsung.
"Kenapa, Dek?" tanya Chika khawatir.
"Gak, Kak, tadi kepentok meja hehehe."
"Ayo lanjut makannya," ujar Chika.
Merekapun melanjutkan memakan sarapan mereka, hingga terdengar bel masuk dan tak lama muncullah Aldo dengan seragamnya.
"Pagi sayang," sapa Aldo pada Ashel, ia terkejut saat menyadari ada Kakak kembarnya yang duduk di samping Ashel.
"Loh, kok lo di sini, Bang, bukannya lo bilang ma–"
"Ayo sayang kita berangkat sekarang, aku piket hari ini," sambar Ashel memotong ucapan kekasihnya, ia menarik tangan Aldo.
"Kak Zee, Kak Chika aku duluan ya," pamit Ashel.
Keduanya meninggalkan meja makan yang menyisakan Chika dan Zee. Pria itu terlihat sangat santai, berbeda dengam Chika yang terlihat bingung dengan keadaan saat ini.
Setelah selesai makan, Zee dan Chika sama-sama berdiri. Keduanya berjalan keluar rumah, tak lupa Chika mengunci rumah itu. Untuk asisten rumah tangga dan tukang kebun biasanya akan datang pukul 09.00, mereka hanya bekerja hingga sore.
"Bukannya lo mau berangkat sama Ashel, tapi kok?"
"Naik," ujar Zee tanpa menjawab pertanyaan Chika. Ia menurunkan step motornya, Chika mendengus kesal karena Zee tak menjawab pertanyaannya, namun ia tetap mengikuti perintah Zee.
KAMU SEDANG MEMBACA
ONLY TODAY (END)
General Fiction"Love is like war; easy to begin but very hard to stop." Kalimat itu yang selalu menjadi pegangan seorang Arzeendra Harlan atau yang kerap disapa Zee. Arzeendra memiliki 3 orang adik, sosok Kakak penyayang walau cuek. Seorang pemuda yang sulit dita...