Selepas Fiony dan Cindy pulang, ia mencoba menghubungi Arzeendra. Kekasihnya itu sejak kemarin tidak membalas pesannya bahkan sangat sulit dihubungi lebih dari biasanya. Chika khawatir jika sudah seperti ini, apalagi lusa sudah mulai masuk sekolah membuatnya semakin khawatir.
"Zee ke mana sih? Kenapa gak ada kabar?" gumamnya saat tak kunjung mendapat jawaban dari panggilannya.
"Coba gue tanya Christy deh."
Kemudian Chika beralih menelpon adik bungsu Zee, tak lama panggilan pun terjawab.
"Hallo, Kak," ucap Christy di sebrang sana.
"Hallo, dek, maaf ya Kak Chika ganggu waktu kamu malam-malam gini," katanya.
"Gak apa-apa, Kak, kenapa?"
"Kakak mau tanya Bang Arzee ada di rumah gak?" Pertanyaan itu tak langsung mendapatkan jawaban karena Christy terdiam seperti mengingat sesuatu.
"Gak ada, Kak, ini juga Mama dan Papa nyari Bang Ar dikiranya jemput Kakak di bandara."
Jawaban yang cukup membuat Chika terkejut dan semakin panik, apalagi memang mereka tidak ada komunikasi lagi sejak kemarin. Terakhir sekitar 3 hari lalu Chika bertukar pesan dengan Zee, itupun ia merasa sikap kekasihnya berbeda dari biasanya.
"Bang Ar gak jemput Kakak emang?" lanjutnya.
"Gak ada, Dek, mungkin Zee lagi ada pekerjaan dan sibuk jadi belum sempat kabari Kakak."
"Bisa jadi, soalnya udah dari kemarin Bang Ar gak pulang. Mungkin nginep di cafenya, Kak, biasanya kalau gak pulang suka nginep di sana."
"Ha? Dari kemarin? Semoga aja ya dia ada di sana, nanti Kak Chika coba cek ke sana, Dek," kata Chika terkejut dengan penuturan Christy.
"Iya, Kak, makasih ya."
"Kakak yang makasih karena dapet informasi tentang Arzee dari kamu, maaf ya udah ganggu malam-malam begini."
"Sekarang kamu tidur gih, sudah larut," lanjutnya.
"Iya, Kak, malam Kak Chika."
"Malam Dedek," balasnya.
Setelah mengatakan itu Chika mematikan sambungan telpon, ia menghela napas panjang. Rasa khawatir bercokol di hatinya, ia sangat mengkhawatirkan keadaan kekasihnya. Tak biasanya Zee tak memberikan kabar padanya.
"Kamu ke mana, Sayang?" gumamnya.
Ia memutuskan untuk tidur karena waktu sudah menunjukkan hampir tengah malam, ia akan mencari Zee di cafenya besok. Berharap kekasihnya benar-benar ada di sana.
***
Siang itu seorang gadis hitam manis dengan rambut sebahu sedang berjalan bersama gadis cantik berambut panjang, keduanya berjalan menyusuri mall seraya berbincang.
"Kita makan dulu kali ya," ujarnya.
"Ayo, kamu mau makanan jepang atau korea?"
"Makanan Indonesia enak nih kayaknya jam segini," jawabnya yang tidak ada dalam pilihan.
"Aku bilang Korea atau Jepang, kamu malah bilang Indonesia, aneh dasar."
Gadis berkulit hitam manis itu terkekeh mendengar sahabatnya mendumel seperti itu. Ia memang lebih menyukai makanan Indonesia daripada makanan luar, rasanya sangat cocok di lidahnya. Namun tak dipungkiri jika ia menyukai makanan Jepang juga, ia berencana suatu hari nanti akan berkuliah di sana, kini ia sedang mencari beasiswa agar berkuliah di sana.
"Yaudah ayo kita beli makanan Indonesia," ajak gadis berambut panjang.
Sesampainya di tempat makan, keduanya mencari tempat duduk. Setelah itu mereka memanggil pelayan dan memesan makanan.
KAMU SEDANG MEMBACA
ONLY TODAY (END)
General Fiction"Love is like war; easy to begin but very hard to stop." Kalimat itu yang selalu menjadi pegangan seorang Arzeendra Harlan atau yang kerap disapa Zee. Arzeendra memiliki 3 orang adik, sosok Kakak penyayang walau cuek. Seorang pemuda yang sulit dita...