Part 28

1.2K 133 7
                                    

Sejak diusir oleh kedua adik perempuan Zee, Chika selalu berhati-hati untuk menjenguk tunangannya. Sudah satu minggu ia menjenguk kekasihnya dan selalu gagal, ia berharap bahwa hari ini akan membuahkan hasil yang baik. Gadis itu sangat merindukan prianya, ia berdo'a agar Tuhan selalu melindungi Zee dan berharap pria itu telah sadar dari komanya.

"Kakak mau ke rumah sakit?" tanya Ashel yang baru saja sampai di rumah dengan Aldo di sampingnya. Ia melihat Chika yang telah berpakaian rapi dan terlihat akan pergi.

"Iya, Dek, kamu sama Aldo habis dari sana?"

"Iya, Kak," jawab Ashel.

Mereka duduk di ruang tamu, Aldo sedari tadi hanya diam. Ia memang tidak membenci Chika, tapi bukan berarti ia tidak marah pada Chika. Sebagai sahabat sekaligus adik kembar Zee, jelas saja Aldo marah dan kecewa terhadap Chika. Apalagi Aldo selama ini sangat mendukung Chika saat Zee berbuat kesalahan.

"Hm, gimana keadaan Zee?" tanya Chika pelan.

"Masih sama seperti sebelumnya, Bang Ar belum sadar dari komanya. Entah kapan akan sadar, dokter hanya mengatakan semoga Tuhan memberikan mukjizat," jelas Ashel.

Sedangkan Aldo hanya diam dan mengalihkan perhatiannya pada ponsel. Ia menghindari Chika yang menatapnya, menyadari sikap Aldo yang seperti itu membuat Chika canggung dan Ashel menyadari kecanggungan itu.

"Ehemm, Kak kalau lo mau jenguk sebaiknya satu jam lagi, karena tadi waktu gue sama Aldo pulang masih ada Kitty dan Jessi. Bukan ingin melarang lo untuk jenguk Bang Ar, tapi gue khawatir mereka marah dan usir lo lagi," saran Ashel menatap Kakaknya lembut.

Chika menghela napas lelah, ia menyandarkan punggungnya ke sofa dan menutup matanya dengan lengan. Ia berusaha mengontrol dirinya yang lagi-lagi di landa kesedihan, Chika bukan tidak berusaha meluluhkan hati kedua adik Zee. Ia sudah sering melakukannya, akan tetapi yang didapat Chika hanyalah tatapan kebencian dan tidak bersahabat dari mereka, maka dari itu untuk menjaga moodnya hari ini ia mengikuti saran dari Ashel.

Kemudian keadaan hening, Ashel membiarkan Kakaknya untuk beristirahat dan mengajak Aldo untuk ke taman belakang. Sepeninggalan kedua sejoli itu, Chika masih pada posisinya, bohong apabila Chika mengatakan bahwa ia tidak lelah dengan keadaan ini.

Chika memang lelah, tetapi ia tidak pernah mengeluh dan berhenti berjuang menemani Zee di rumah sakit, apalagi mengingat betapa sakit dan lelahnya ia dengan penolakan serta pengusiran kedua adik Zee. Walau begitu Chika merasa beruntung karena kedua orang tua Zee tidak ikut membenci dan melarangnya untuk datang ke rumah sakit. Keduanya malah melindungi dan memberikan dirinya kesempatan untuk terus berada di samping Zee dikala kedua adiknya sedang tidak berada di rumah sakit.

"Zee maafkan kebodohanku, ada saja kesalahpahaman itu tidak terjadi dan kebodohanku yang menerima ajakan Tara, maka aku yakin sekarang kamu ada di sini dan kita sedang menikmati waktu bersama. Atau bahkan kita malah sedang berdiskusi tentang pernikahan."

Seketika terlintas bayangan di mana awal mula permasalahan dalam hubungan mereka.

***

Siang itu, Chika sedang menunggu Zee di Cafe Alam. Mereka memang sudah membuat janji untuk makan siang bersama, tetapi sudah 30 menit berlalu Zee belum juga terlihat batang hidungnya.

"Zee ke mana sih? Tumben banget dia telat, biasanya juga on time," dumel Chika sedikit kesal karena sudah menunggu cukup lama.

Chika mengirimkan pesan pada kekasihnya, namun Zee sepertinya tidak mengaktifkan ponselnya karena itu terlihat jelas dichat Chika yang hanya ceklis satu di room chat mereka.

"Kok malah gak aktif sih?" Rasa khawatir mulai menggerayangi Chika, hatinya dirundung rasa gelisah. Takut sesuatu terjadi pada prianya, terlalu fokus terhadap rasa khawatir dan gelisahnya membuat Chika tak menyadari seseorang sedang memperhatikannya dengan senyum penuh arti.

ONLY TODAY (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang