Marsha duduk di samping Chika, menghela napas panjang sebelum memulai penjelasan yang memang seharusnya Chika dapatkan saat surprise ulang tahunnya beberapa jam lalu. Jujur Marsha merasa terintimidasi dengan tatapan yang Chika layangkan.
"Sebelumnya aku mau minta maaf dulu, Kak, seharusnya ..." Perkataan Marsha terpotong oleh kalimat Chika yang ketus dan sinis.
"To the point aja, gak perlu bertrle-tele," ketus Chika.
Aura permusuhan yang dikeluarkan Chika membuat Marsha bergidik ngeri. Ia takut dengan aura yang saat ini dominan dirasakan. "Oke maaf, Kak. Aku ingin menjelaskan bahwa sebenarnya aku dan Kak Arzeendra tidak ada hubungan apapun."
"Lantas kenapa kalian jalan berdua, bahkan pegangan tangan. Apakah itu belum cukup?"
"Boleh aku jelaskan semuanya secara detail? Aku mohon untuk Kakak jangan potong ucapanku," ujar Marsha.
Seketika Chika diam, memberikan ruang dan waktu pada gadis di sampingnya untuk menjelaskan semua yang terjadi. Marsha memiringkan duduknya sehingga ia menghadap Chika, sedangkan Chika masih tidak ingin menatap Marsha.
"Ini dimulai dari dua minggu lalu." Marsha memulai kejadian sebenarnya secara detail.
***
Dua minggu yang laluArzeendra saat itu sedang duduk di kantin kampusnya, ia menunggu kekasihnya yang masih memiliki jadwal mata kuliah. Sembari menunggu, Arzee hanya memesan kentang dan air mineral, ia memainkan ponselnya untuk menghilangkan rasa jenuh yang menerpanya.
Ditengah dirinya bermain ponsel, tiba-tiba saja ada seorang gadis datang menghampirinya. Gadis itu duduk di hadapan Zee yang masih tidak menyadari ada orang yang duduk di hadapannya.
"Ehem," deham gadis itu untuk menarik perhatian Zee.
Arzee yang baru menyadari ada orang di hadapannya pun mengangkat wajahnya dan sedikit terkejut dengan keberadaan Marsha yang sedang tersenyum manis.
"Kenapa?" tanya Zee.
Pria itu memang memutuskan untuk berdamai dengan masa lalu dan memaafkan Marsha, saat ini mereka memang sudah kembali berhubungan baik selayaknya teman. Walau masih ada kecanggungan satu sama lain, akan tetapi Zee masih belum bisa berdamai dan menerima Tara sebagai temannya. Apalagi niat pria itu yang buruk terhadap hubungannya dengan Chika, bahkan pria itu pernah dengan sengaja menabrak motor Zee yang melaju di jalanan.
"Gak apa-apa, aku kebetulan lagi mau makan di sini dan ketemu kamu. Kenapa sih kayaknya lagi murung?" Marsha memang melihat raut sedih Zee yang menatap ponselnya sedari tadi.
"Gak ada apapun."
"Gak usah ngelak deh, aku tahu saat kamu sedih dan senang ya, jadi gak usah bohong. Kamu boleh kok berbagi apapun masalah kamu sama aku," papar Marsha menepuk tangan Zee yang ada di atas meja.
Saat Zee akan membuka mulut, tiba-tiba pelayan datang dan menyimpan pesanan Zee serta Marsha yang sebelumnya memang sudah pesan.
"Gue baik, Sha, hanya saja sedang sedikit sedih."
"Karena Chika?" tebak Marsha yang tepat sasaran. Zee mengangguk.
"Kamu lihat dia sama Tara jalan berdua?"
"Lebih dari itu, gue lihat mereka makan bahkan pelukan," lirih Zee.
Marsha prihatin melihat mantan kekasihnya yang terlibat frustasi dan galau seperti ini. Zee yang terlihat tak bersemangat dsn lesu membuat Marsha teringat akan perilakunya pada pria itu di masa lampau.
KAMU SEDANG MEMBACA
ONLY TODAY (END)
General Fiction"Love is like war; easy to begin but very hard to stop." Kalimat itu yang selalu menjadi pegangan seorang Arzeendra Harlan atau yang kerap disapa Zee. Arzeendra memiliki 3 orang adik, sosok Kakak penyayang walau cuek. Seorang pemuda yang sulit dita...