Part 21

1.2K 111 2
                                    

Selepas meninggalkan tempat makan itu, Zee yang menarik Chika menjauh dari sana dan mengajaknya untuk ke dalam mobil. Chika pikir Zee akan menjelaskan tentang hilangnya dia dan kejadian tadi, tetapi apa yang dipikirkan Chika jauh dari kenyataan. Zee hanya diam membisu, membuat Chika kecewa dengan sikap Zee.

"Mau sampai kapan terus diam?" sindir Chika menatap Zee tajam, sedangkan yang ditatap hanya pura-pura tak mendengar.

"Zee, aku butuh penjelasan!" tekan Chika sedikit emosi. Zee menghela napas panjang, ia menatap Chika sekilas.

"Apa yang harus aku jelaskan?" Zee malah balik bertanya membuat Chika geram.

"Semuanya, kenapa kamu menghilang dan gak pulang ke rumah? Terus apa kamu sengaja ketemu mantan kamu dan bermesraan kayak tadi?"

"Kamu hanya melihat dan menyimpulkan sepenggal kejadian yang kamu lihat tanpa tahu kenyataannya."

"Maka dari itu kamu jelaskan, Zee," desis Chika dengan wajah memerah menahan tangis dan amarah.

Keras kepala Zee kali ini sangat tidak Chika sukai, ingin rasanya Chika menangis saat ini juga, tetapi itu semua tidak akan menyelesaikan masalah.

"Aku makan sendiri, terus tiba-tiba dia datang dan duduk di depanku."

"Kamu terlihat senang saat dia genggam tangan kamu, malah kamu balas genggaman dia, jadi gak mungkin kan kamu terpaksa atau tidak menerima kehadiran dia?" tembak Chika.

Zee menghela napas mendengar kesimpulan Chika, ia memilih untuk diam tak menjawab apa yang dituduhkan kekasihnya.

"Zee! Jawab," sentak Chika.

"Gak usah teriak, Chik, gue bisa denger kok," balas Zee dingin.

Chika seketika terdiam mendengar panggilan Zee padanya dan nada yang Zee keluarkan. Hal itu, seakan menyadarkan Chika bahwa dirinya seakan tak berarti di mata Zee.

"Zee, inikah kamu? Setelah kamu menghilang kenapa kamu jadi berubah Zee? Harusnya kamu sadar bahwa aku rindu kamu, aku khawatir sama keadaan kamu. Nyatanya orang yang aku khawatirkan malah bersikap seperti ini."

Sudah tak tahan lagi, air mata Chika menetes saat itu juga. Ia menangis tanpa suara, tetapi hal itu tidak meluluhkan hati pria dingin yang berada di sampingnya. Setelah cukup lama menangis, akhirnya ia tertidur di dalam mobil, Zee membiarkan kekasihnya tidur. Diam-diam ia mengusap puncak kepala kekasihnya.

Beberapa menit kemudian, mobil Zee sampai di garasi rumah Chika. Melihat kekasihnya yang tertidur nyenyak rasanya tak tega membangunkannya, ia pun berinisiatif menggendong Chika untuk menuju kamarnya.

Di dalam Zee bertemu dengan Mami Aya, ia meminta izin untuk masuk ke kamar Chika dan menaruh Chika di sana.

"Iya, Zee, sana ke kamar Chika. Setelah itu, Mami mau bilang sesuatu ya sama kamu," ujar Aya pelan.

"Iya, Mi," jawabnya.

Kemudian bergegas menuju kamar Chika yang berada di lantai 2. Sesampainya di dalam, Zee menaruh Chika di ranjang, membuka sepatu yang gadis itu kenakan dan menyelimutinya. Sebelum keluar ia mengatur suhu kamar dan mengecup dahi kekasihnya.

Zee menuruni tangga dan melihat Aya yang sedang duduk di sofa ruang tamu seraya menonton tv. Ia memanggil Aya dan duduk di samping kirinya setelah dipersilakan.

"Arz, Mami mau tanya dan Mami mohon untuk kamu jawab jujur pertanyaan Mami, bisa?" Aura Aya begitu kuat membuat Zee merasa sedikit ketar-ketir, ini pertama kalinya Aya berbicara seserius ini dengannya.

"Bisa, Mi," tegas Zee.

"Kamu sayang dan cinta sama Chika?"

"Tentu, Mi, seperti yang Arz katakan waktu itu saat meminta izin Mami untuk melamar Chika sebagai pendamping hidup Arz."

ONLY TODAY (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang