Sesuai dugaan bahwa kegaduhan dan kehebohan terjadi saat Arzeendra membukakan pintu untuk Chika, apalagi pria itu tersenyum pada kekasihnya. Hal itu menambah kehebohan dan decak kagum siswi bahkan siswa yang berlalu-lalang di parkiran, mereka menghentikan langkahnya untuk melihat pemandangan langka itu.
Senyum Zee jelas langka, karena selama bersekolah di SMA Bintang, pria itu selalu memasang raut datar dengan tatapan tadinya, membuat tak ada yang berani mendekati pria itu. Hanya Chika yang selalu ada di samping dan tahan dengan sikap dingin pria itu.
"Aku malu, Zee, banyak yang lihat kita," ujar Chika pelan.
"Abaikan saja," ucap Zee mengusap kepala Chika, lalu ia menggeggam tangan kanan gadisnya membuat suasana semakin heboh.
"Itu Zee si cowok cool?"
"Kok bisa sih romantis gitu."
"Aaaa mau cowok kayak Zee."
"Akhirnya ada pawangnya cowok cool itu."
Begitulah bisik-bisik yang terdengar saat keduanya melewati koridor, wajah Chika merona malu ia mencoba menyembunyikan di balik bahu lebar Zee. Sedangkan Zee tak menggubris bisikan mereka, ia tersenyum tipis melihat tingkah kekasihnya.
"Lucu banget sih," batin Zee.
Tak berapa lama mereka sampai di kelas Chika, ia berhenti dan meminta Chika untuk masuk ke kelas sebelum dirinya meninggalkan kelas kekasihnya.
"Aku ke kelas ya, kamu belajar yang benar. Jangan bolos pelajaran," ujar Chika menatap Zee.
Zee tersenyum menanggapi ujaran kekasihnya, ia mengusap kepala Chika sebelum mengangguk dan berpamitan.
"Tunggu istirahat," kata Zee lalu melangkahkan kakinya meninggalkan kelas Chika.
"Ha? Apa sih? Tunggu apaan?" gumam Chika bingung.
Walau sudah menjadi sepasang kekasih, tetapi tak membuat Zee lantas banyak bicara. Ia masih tetap pria tidak peka yang irit berbicara, tetapi sikapnya lebih hangat dari biasanya. Ia juga tak malu-malu untuk menunjukan perhatian dan bersikap manis pada Chika.
"Ah mungkin istirahat dia mau ke sini kali ya," simpul Chika berjalan ke tempat duduknya.
"Widih roman-romannya lagi kasmaran nih. Auranya beda banget," ledek Cindy yang baru saja datang bersama Fiony dan Oniel. Sedangkan Jinan sudah pergi ke kelasnya.
"Apa sih kalian," kata Chika salah tingkah.
"Halah, sok gak tahu nih. Lo senang kan akhirnya Zee bisa lo gapai?" ucap Fiony tepat sasaran.
Chika tersenyum lebar, tak bisa dipungkiri bahwa apa yang diucapkan Fiony sangatlah benar. "Iya, gue bersyukur banget karena akhirnya Zee jadian sama gue."
"Gue ikut senang, kalau ternyata lo bahagia sama Zee. Walau lo udah punya Zee, jangan pernah lupa sama kita , Chik," kata Cindy.
"Aku juga ikut senang lihat Chika yang ceria dan semangat kayak gini. Kalau nanti Zee nyakitin kamu jangan lupa bilang sama kita, biar kita pukul dia," timpal Fiony.
"Emang berani?" tanya Chika.
"Gak," balas Fiony dengan polosnya.
Seketika Cindy dan Chika menepuk dahinya mendengar jawaban Fiony, sedangkan Oniel terkekeh apalagi melihat ekspresi Fiony yang polos dan jujur.
"Gue yakin sih Zee gak akan nyakitin lo. Asal kalian saling terbuka aja. Oh iya, gue dan Fiony minta maaf ya semalam gak bisa datang karena gue harus jaga adik gue yang sakit." Oniel akhirnya angkat bicara, setelah sejak tadi hanya menyimak obrolan teman-teman kekasihnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ONLY TODAY (END)
General Fiction"Love is like war; easy to begin but very hard to stop." Kalimat itu yang selalu menjadi pegangan seorang Arzeendra Harlan atau yang kerap disapa Zee. Arzeendra memiliki 3 orang adik, sosok Kakak penyayang walau cuek. Seorang pemuda yang sulit dita...