Bel istirahat telah berbunyi, seluruh siswa di kelasku berhamburan keluar untuk sekedar mengisi perut yang kosong, ada pulang yang memilik ke kantin. Aku melihat siswa baru itu seperti mendekati Fiony, sejak tadi ia terus memandang dan mengajak sahabatku itu berbicara. Aku dan Cindy berjalan menghampiri keduanya, mengajak mereka untuk ke kantin.
"Ayo ke kantin," ajakku pada Fiony yang sedang membereskan alat tulisnya.
"Ayo," ucap Fiony berdiri dari kursinya.
"Eh, aku boleh ikut gak?" tanya Daniel yang sudah berdiri di belakang Fiony.
Cindy menyikutku, seakan menyuruhku untuk mengambil keputusan. "Ikut aja," jawabku lalu berjalan mendahului mereka.
Kami berjalan ke kantin menyusuri koridor, sepanjang perjalanan kami menjadi pusat perhatian. Semua mata tertuju pada kami, ah bukan tetapi pada pria yang bersama kami. Tatapan penasaran dari kaum adam dan tatapan kagum serta tertarik dari kaum hawa.
"Baru hari pertama udah banyak yang tertarik sama lo," kata Cindy menyenggol Daniel.
Saat keluar kelas tadi, kami sudah berkenalan secara resmi. Menurutku Daniel merupakan pria idaman juga, selain tampan, ia memiliki sikap yang ramah, humble, dan humoris. Namun, bagiku hanya Zee yang menarik.
"Ah, biasa aja. Aku udah tertarik sama seseorang," kilah Daniel tersenyum.
"Siapa?" Aku hanya menyimak obrolan mereka, tanpa berniat menimpal.
"Fiony." Jawaban itu membuat aku refleks menghentikan langkah, sehingga Cindy yang berada di belakangku menabrak punggungku.
"Aduh, kalau berhenti bilang dong Chik, jangan mendadak."
"Maaf, Cin, gue kaget." Aku meminta maaf dan mengelus dahi Cindy.
"Apa? Lo suka sama Fiony?" tanyaku menatap Daniel yang tersenyum dan mengangguk tanpa ragu, sedangkan Fiony terdiam kaku. Sepertinya sahabatku itu masih terkejut dengan jawaban Daniel.
"Kok bisa? Lo kan baru ketemu Fiony."
"Bisa, sebenernya ini bukan pertama kalinya gue sama Fiony ketemu."
"Maksud lo?" Akhirnya Fiony buka suara, setelah sejak tadi hanya diam membisu.
"Nanti lo juga tahu." Daniel tersenyum penuh arti. "Ayo lanjut ke kantin," tambah Daniel.
***
Sesampainya kami di kantin, aku dan kedua sahabatku mencari tempat duduk yang kosong. Sedangkan Daniel menawarkan diri untuk memesan makanan, dia bilang itu sebagai perkenalan dan ucapan terima kasihnya pada kami yang sudah mau berteman dengannya.
"Tuh di sana aja, Chik," kata Fiony menunjuk meja kosong di pojok kanan kantin.
Kemudian, kami berjalan ke meja yang ditunjuk oleh Cepio-panggilan dari orang terdekat. Aku duduk di pojok dekat dengan dinding, sedangkan di samping kananku ada Cindy dan Cepio tepat di depanku. Aku duduk menghadap ke pintu masuk kantin.
"Cepio kenal Daniel sebelumnya?" tanya Cindy yang sepertinya tidak dapat menahan rasa penasarannya lagi.
"Gak kok, tapi emang wajahnya familiar," jawabnya.
Aku hanya menyimak obrolan Cepio dan Cindy, tak lama Daniel datang membawa pesanan kami.
"Makasih, Daniel," ujar Cindy dan aku bersamaan.
"Thank," sahut Cepio.
"Iya sama-sama, selamat menikmati, girls," balas Daniel dengan senyum khasnya.
Saat kami sedang makan tiba-tiba saja aku mencium wangi parfum pria yang aku sukai. Sontak itu membuatku mengangkat kepala, apalagi saat suara Zee masuk pendengaranku.
KAMU SEDANG MEMBACA
ONLY TODAY (END)
General Fiction"Love is like war; easy to begin but very hard to stop." Kalimat itu yang selalu menjadi pegangan seorang Arzeendra Harlan atau yang kerap disapa Zee. Arzeendra memiliki 3 orang adik, sosok Kakak penyayang walau cuek. Seorang pemuda yang sulit dita...