Waktu terus berjalan begitu cepat, tak terasa sudah 1 tahun Chika dan Zee menggelar pertunangan secara resmi sejak lulus SMA. Mereka sepakat mengadakan pertunangan saat lulus SMA tepatnya saat pengumuman bahwa mereka diterima di sebuah perguruan tinggi yang sama dengan jurusan berbeda.
Kalian berpikir hubungan mereka mulus? Tentu saja tidak, mereka sama halnya seperti pasangan lain kerap kali berselisih paham, akan tetapi Zee lebih sering mengalah untuk menghindari pertengkaran dan tidak ingin menyakiti Chika.
Sampai akhirnya satu bulan lalu, Chika membuat suatu kesalahan yang fatal membuat Zee yang selalu mengalah akhirnya mendiamkan Chika hingga hari ini. Parahnya beberapa hari lalu, Chika tak sengaja melihat Zee yang saat sedang membonceng seorang wanita.
Sebagai perempuan juga tunangan Zee, Chika jelas marah. Ia menunggu Zee untuk menjelaskan apa maksud pria itu membonceng gadis yang Chika yakini adalah Marsha. Akan tetapi, Chika tak mendapatkan penjelasan itu, saat bertemu dengannya Zee selalu menghindar kontak mata dengannya atau bahkan memutar arah agar tidak bertemu dengannya.
Sakit? Tentu saja, siapa yang tidak sakit jika dihindari oleh pria yang dicintai dan sayangi yang statusnya adalah tunangan. Akhirnya Chika mengalah dan memutuskan untuk hari ini mendatangi Zee di rumahnya, ia mengajak Zee untuk berbincang serius di luar.
Di sinilah mereka sekarang, di sebuah pantai yang indah dann sejuk. Apalagi untuk malam hari seperti ini.
"Zee, aku minta maaf. Aku tahu salah karena telah khilaf melakukan itu. Aku sadar bahwa tindakan aku melukai kamu," ujar Chika memecahkan keheningan yang terus melingkupi mereka sejak sampai di sini.
"Bagus kalau kamu sadar," tanggap Zee tanpa mau menatap Chika.
"Iya sayang, aku minta maaf ya. Tolong jangan diamkan aku terus, ini sudah satu bulan kita kayak gini sayang."
Zee diam, ia memejamkan mata sejenak lalu membetulkan posisinya sehingga berhadapan dengan Chika. Ia menatap tunangannya dalam, lalu tangan sebelah kanannya menangkup pipi Chika.
"Iya sayang, aku maafkan. Aku takut kejadian dulu terulang lagi sayang, apalagi dengan orang yang sama."
"Aku minta maaf ya, karena udah membangkitkan trauma kamu." Zee menanggapi perkataan Chika dengan senyum, ia mengusap kepala Chika lalu kembali duduk lurus dan menatap langit malam.
"Aku mau tanya, Zee, boleh gak?" kata Chika akhirnya setelah membiarkan kecanggungan melingkupi hatinya.
"Boleh, tanya aja yang mengganjal di hati dan pikiran kamu."
"Uhm .... Aku lihat kamu bonceng cewek, beberapa hari lalu saat aku pulang dari rumah kamu, tapi kamunya gak ada. Cewek itu siapa?"
Seketika Zee membuka matanya, ia terdiam dengan wajah tegang. Hal itu, membuat Chika menaruh rasa keyakinan yang besar bahwa gadis yang ia lihat adalah Marsha.
"Bukan siapa-siapa, cuma orang yang kebetulan aku tolong," jawab Zee.
Ada kegelisahan yang dapat Chika tangkap dari Zee, ia kecewa karena pria di sampingnya itu memilih untuk berbohong daripada jujur padanya. Sedangkan Zee meruntuki dirinya sendiri karena telah berbohong pada kekasihnya.
***
Siang itu, Chika telah usai mengikuti mata kuliah yang dilaksanakan hari ini. Ia memilih pulang lebih dulu, karena Zee mengatakan bahwa pria itu sedang ada mata kuliah pengganti hingga sore hari. Maka dari itu, pria itu meminta Chika untuk pulang lebih dulu dan tidak menunggunya.
"Ah, makan dulu deh di cafe deket sini. Laper gue," gumam Chika.
Ia kemudian mengajak Cindy dan Fiony untuk makan di Cafe Senja. Setelah mengirim pesan dan mendapat jawaban iya dari kedua sahabatnya, Chika pun pergi meninggalkan kampus.
KAMU SEDANG MEMBACA
ONLY TODAY (END)
General Fiction"Love is like war; easy to begin but very hard to stop." Kalimat itu yang selalu menjadi pegangan seorang Arzeendra Harlan atau yang kerap disapa Zee. Arzeendra memiliki 3 orang adik, sosok Kakak penyayang walau cuek. Seorang pemuda yang sulit dita...