Chapter 25

9 1 0
                                    

''Bagaimana perkembangan?''.

''Sesuai dengan rencana''.

''Jadi...''.

''Tunggu sebentar lagi''.

''Aku tak sabar melihatnya lagi''.

''Kau akan senang''.

''Tapi...untuk membuat semuanya menyenangkan maka...''.

''Kau mau menjadikannya bidak?''.

''Kenapa tidak?''.

''Tapi memangnya bisa?''.

''Obsesi yang terlalu besar terkadang membuat manusia lupa diri''.

*******

Orang yang ada di depannya tidak bergeming, tetap dalam pendiriannya yang menolak permintaan putrinya.

Keteguhan itu membuat keira geram lalu dengan kesal menggebrak meja yang penuh dengan dokumen itu.

''Ayah...''.

''Tidak''.

''Sekali saja''.

''Kau sudah sering memintanya''.

''Dasar menyebalkan''. Umpat keira pelan.

''Wah...sepertinya putriku jadi sering mengumpat orang lain''.

Medeia muncul lalu menepuk kepala keira dengan lembut dan beralih menatap dion yang masih sibuk dengan pekerjaannya.

''Ada apa...''. Tanya dion karena risih melihat kedua wanita yang sangat disayanginya menatapnya seperti itu.

Bukannya menjawab keira malah duduk di sofa sembari memeluk medeia erat.

Yang dimintanya bukanlah sesuatu yang berat, dan itu juga akan menguntungkannya saat menjadi pewaris yang sah.

''Keira...''.

''Mama...''. Rengek Keira.

Semuanya tertegun mendengar itu, termasuk dion yang sedari tadi fokus mengurus dokumen menjatuhkan penanya.

''Kei?''.

''Mama...''. Keira mempererat pelukannya

''Sayang...''. Panggil dion memastikan.

Medeia mengangguk.

Semenjak keira tujuh tahun dia tidak pernah memanggil medeia dan dion dengan sebutan mama dan papa, selalu menggukan ayah dan ibu hingga saat ini!

Tapi tiba tiba...

''Ekhm...''.

Dion mendekat kepada dua orang itu lalu duduk di samping keira.

''Keira...''. Panggil dion.

''Ayah jelek''. Jawab keira tanpa merubah posisinya.

Jangan sangka medeia sedang mati matian menahan tawa melihat dion yang terus berusaha membujuk keira agar tak marah dan membuat keira sang putri kesayangannya memanggilnya papa.

''Kau menyerah?''. Goda medeia.

Dengan pasrah akhirnya dion harus menyetujui permintaan putrinya.

''Baiklah...kau boleh..''.

Grep!

''Terima kasih papa''.

Keira memeluk dion dengan erat, senyumannya melebar saat dion mengelus kepalanya dengan sangat lembut.

''Dasar manja''. Ejek dion.

''Memangnya kenapa? Boleh kan aku bersikap manja sebelum aku menik...''.

''Tidak ada kata menikah''. Potong dion keras.

When Your Smile Becomes My Ambitions.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang