.
.Langit mulai gelap tapi fort tidak menemukan peat, jadi fort memutuskan kembali ke asrama dan menunggu peat dikamarnya, ia yakin peat akan pulang. Dia memiliki duplikat kunci kamar peat dari hasil suapnya pada penjaga asrama. Ia duduk disofa dan mengacak rambutnya frustasi.
Sudah pukul 01.30 dini hari tapi peat masih belum kembali membuat fort makin tak tenang menunggu dikamar asrama, orang-orang bayarannyapun tak bisa menemukan peat. Sampai akhirnya pintu kamar asrama itu terbuka menampakan peat dengan mata habis menangis masuk kedalam asrama
"Kau sudah pulang? Kau kemana saja menghilang seperti itu? Apa kau tau? Keadaanmu sekarang sedang membahayakan" tanya fort membuat peat sadar bahwa fort sudah ada didalam kamar asramanya
"Untuk apa kau dikamarku? Keluar" usir peat dingin, suaranya serak karena habis menangis seharian ini
"Bisakah kau mendengarkan kebenarannya sebelum kau marah dan main kabur seperti ini?" tanya fort mendekat namun peat mundur perlahan
"Apa yang harus kudengarkan? Bisakah kau keluar dari kamarku? Aku tak mau media memberitakanku sebagai perebut atau perusak hubungan orang" usir peat lagi
"Itu tidak benar, aku hanya mencintamu phi peat, aku tidak punya perasaan apapun pada phi Earth. Kami memang dekat sedari kecil karena bisnis orang tua kami" jelas fort
"Aku hanya ingin bertanya, dan kau harus menjawabku dengan jujur" pinta peat tanpa ekspresi, membuat fort diam menunggu dan berusaha untuk tenang
"Model cantik itu adalah calon tunangnmu kan?" tanya peat dengan sorot mata penuh kesedihan, fort terdiam, ia bingung harus menjawab seperti apa. Ia terlalu takut kehilangan peat
"Jawab aku fort"
"Iya, orang tua kami mengenalkan kami sedari kecil, mereka membuat kami dekat seperti sekarang" fort berusaha jujur, peat memejamkan matanya hingga air mata itu kembali jatuh menuruni kedua pipinya
"Phi peat" fort berusaha menghapus air mata di pipi orang yang ia cintai itu namun sekali lagi peat menghindar
"Pada akhirnya kalian akan menikah, kau tidak salah apapun fort. Aku yang salah karena bermimpi begitu tinggi dan tak pernah sadar diri. Jangan menyentuh sampah sepertiku, aku ini bekas orang, tidak berharga, tidak cantik, tidak imut, dan dari keluarga ekonomi rendah. Aku tidak punya apapun yang tersisa untuk sebanding dengan berlian sepertimu, berlian harusnya tetap bersama berlian sepertinya" ucap fort menahan segala rasa sakit di hatinya yang hancur
"Tak perlu merasa bersalah, kau bisa meninggalkanku karena pasanganmu yang asli sudah kembali. Kau tak perlu bersenang-senang dengan orang sepertiku lagi, aku sudah terbiasa diperlakukan seperti ini, pergi Sa... " ucapan peat terputus saat fort mencium bibirnya dengan paksa walau peat memberontak tapi fort memeluknya dengan kuat. Fort tak bisa mendengarkannya lagi, ia tak sanggup mendekat peat merendahkan dirinya sendiri.
Ia menciumnya berharap peat tidak banyak bicara lagi, walau ia juga menangis bersama peat dalam ciuman itu
"Aku berani bersumpah, aku sangat mencintaimu phi peat, dia hanya dijodohkan denganku, hanya tindakan kolot orang tua kami demi bisnis mereka, walaupun kami dekat, aku tak mencintainya sama sekali, kami hanya menjadi teman. Aku hanya mencintaimu, apa yang harus ku lakukan agar kau percaya padaku?" fort menempelkan dahinya pada dahi peat berharap peat percaya akan perasaanya
"Orang tuamu tau yang terbaik fort, kau harus mengikuti mereka. Kalian memang sepadan untuk bersama"
"Bisakah kau berhenti merendahkan dirimu sendiri? Apa kau tak pernah bercermin? Yang berlian itu kau, kau bukan bekas siapapun, yang ada dimasa lalumu itu hanya iblis yang berusaha mematahkan sayapmu. Lihat! Kau secantik ini, bahkan menangispun kau sangat cantik" fort membalikkan tubuh peat kehadapan cermin di kamar asrama itu
"Kau punya segalanya phi peat yang tak banyak orang lain miliki, kau hanya berusaha menutup hati dan matamu untuk menyadari banyak orang yang memujamu. Aku saja yang tidak pernah tau persoalan cinta, bisa jatuh cinta berkali-kali padamu, aku begitu takut kehilanganmu phi peat. Akulah orang yang beruntung bisa mendapatkanmu" Fort memeluk peat yang masih menangis dalam pelukannya
"Jangan seperti ini fort, calon tunganamu akan terluka bila tau kau seperti ini" Peat berusaha melepaskan pelukan fort
"Jangan membahasnya"
"Sungguh aku makin terlihat seperti sampah, seolah menjadi simpanan orang" miris peat
"Sudah berkali-kali aku bilang kau itu berharga sangat berharga, kau bukan simpanan, kau satu-satunya untukku"
"Bagaimana bisa aku percaya padamu fort, kau tak bisa menjalankan hubungan dengan dua orang, aku tak mau ikut-ikutan dalam hubunganmu" peat masih berusaha lepas dari pelukan fort
"Aku bilang kau hanya satu-satunya untukku!"
"Calon tunangnmu bagaimana? Kau tak bisa seperti ini fort, kau harus mendengar orang tuamu. Mereka tau dialah yang terbaik untukmu fort" peat berusaha berfikir dewasa, walau ia tau ini sangat menyakitkan tetapi ia tak bisa menyakiti calon tunangan fort juga bila hubungan ini terus berlanjut, toh dilukai seperti ini hal biasa baginya
"Terbaik apanya? Aku hanya ingin kau"
"Calonmu itu akan sedih bila melihatmu seperti ini"
"Sedih apanya? Dia juga punya pacar"
"Hah?"
.
.
.Tbc
Berikan vote ⭐
KAMU SEDANG MEMBACA
I love you, Kakak Senior!
FanficBoysLove Fanfic || warning! Fanfic dewasa (18+) FortPeat Summary : pernah gak sih kamu dikejar-kejar brondong? brondong bukan sembarang brondong, sudah sok ganteng, sok asik, sok kenal, sok akrab, sok kaya, dan napsuan. Itulah nasip yang Peat dapa...