.
.Fort sibuk melihat laporan dari masing-masing divisi diperusahaan, bila anak seusianya jam segini masih sibuk kuliah bahkan bermain dia malah sibuk bekerja mati-matian, walau sekertaris dan asisten ayahnya membantu tapi tetap saja
Telponnya berdering dan itu dari sekertarisnya
"Ada apa?" tanya fort"Ada yang ingin bertemu dengan anda disini"
"Usir saja bila tak penting, aku sangat sibuk, kalaupun berbicara soal bisnis, kau saja yang tangani dulu" pinta fort
"Oh baiklah, maaf nong peat, bosku sibuk. Kau jalan denganku saja"
"Apa? Siapa itu tadi? " untung saja fort belum mematikan telfon
"Nong peat"
"Pacarku ada diluar ?" tanya fort
"Bukankah anda sibuk?" heran sang sekertaris
"Kalau pacarku ya tidak ada kata sibuk, suruh dia masuk, ah aku akan menjempunya diluar" fort mematikan telpon dan berjalan keluar ruangannya dan melihat peat berada bersama sekertarisnya
"Sini jangan dekat dengannya" Fort menarik peat dari sekertarisnya yang kini cemberut karena gagal mendekati peat yang imut. Fort membawa peat ke ruangannya dan menutup pintu
"Kau kenapa datang tanpa kabar phi, aku bisa menjemputmu dikampus bila kau sudah pulang"
"Aku tau kau sibuk, tapi aku juga butuh bicara" kini malah peat yang duduk dikursi pimpinan sedangkan fort duduk dikursi tamu tepat didepan meja kerjanya sendiri sambil menatap peat bingung
"Apa aku ada salah lagi?" tanya fort was-was
"Apa yang kau lakukan pada Gun? Kau mencari tau tentangku dengannya kan?" tanya peat, dan hati fort sedikit cemburu mendengarnya
"Kau membelanya? Kau masih berharap padanya?" tanya fort dengan sorot mata yang tajam
"Kalau kau masih ingin bersamanya maka aku akan benar-benar membunuhnya dengan tanganku sendiri" tegas fort menatap mata peat seolah dia mengatakan hal itu dengan sangat serius. Sebenarnya peat sadar bahwa fort ini sakit karena terlalu berambisi padanya tapi peat tidak keberatan sama sekali, ia hanya takut fort berlebihan dan ia khawatir pada fort
"Bukan seperti itu fort, aku tak menyukainya lagi, hidupnya bukan urusanku lagi. Tapi aku hanya... " rasanya gengsi mengucapkannya namun ia tak ingin fort salah paham
"Hanya apa?"
"Hanya khawatir padamu, kau menyerangnya duluan seperti ini, sedangkan aku tau Gun orang yang bisa balas dendam dengan cara apapun. Dia masih buronan, dia bisa menyerangmu dengan tiba-tiba. Aku tak ingin hanya karena masa laluku, membuatmu dalam bahaya" jujur peat, fort tersenyum melihat sorot mata khawatir peat padanya yang sama sekali tak bisa peat sembunyikan
"Bisakah kau tidak menempatkan dirimu pada resiko besar hanya karena aku?" pinta peat, ia akan sangat menyesal bila terjadi sesuatu pada fort. Tapi fort malah tersenyum senang, ia melihat peat sangat lugu dan mengemaskan. Tak taukah peat, bagaimana kuatnya dia bisa menghancurkan hidup seseorang?
"Tenang saja sayang, aku tidak akan terluka dengan mudah. Jangan khawatir, oke? Walau aku suka kau mengkhawatirkanku" senyum fort mengemggam jemari putih peat diatas meja
"Lagian si gun itu harus tetap jadi buronan dan harus ditangkap polisi, bukankah khusus kriminalnya sangat banyak? Kau mau orang seperti itu hidup bebas dan merugikan banyak orang?" tanya fort dan peat mengeleng pelan
"Apa yang kuperbuat itu sudah benar dan pantas ia dapatkan. Jangan banyak berfikir, orang seimut kau hanya perlu duduk manis dan menikmati hidup, aku akan menjagamu"
Peat menghela nafas dan mengangguk pelan, dia harus percaya pada fort
"Baiklah, aku akan pulang ke asrama" Peat berdiri dari kursi fort" kenapa kau pergi cepat sekali, pada hal kau sudah sampai diruanganku ini" regek fort
"Bukankah kau sibuk? Kerja sana, aku harus pulang tidur. Aku capek kau tiduri kemarin, kemarinnya lagi, bagian kemarin kemarin dan kemarinnya lagi!!" omel peat membuat fort tak mampu menahan tawanya akan ekspresi kesal peat
"Hahahaha oke oke, aku mengantarmu, aku janji hanya mengantar" janji fort
"Awas kau ya!" ancam peat saat fort sudah menarik tangannya untuk mengantarnya pulang
"Iya, percaya padaku"
.
."Tidur yang nyenyak" ucap fort setelah sampai didepan gedung asrama peat, lalu mengecup bibir peat sampai peat melepaskan diri sebelum fort hilang kendali dan meminta lebih
"Berhenti mencari kesempatan" ucap peat menahan dada fort yang berusaha mendekatkan tubuh padanya
"Ya, aku akan sangat merindukanmu karena minggu ini aku sedikit sibuk bekerja" sedih fort
"Dasar berlebihan"
"Aku tetap akan mengirim pesan, telpon, makanan agar kau makan tepat waktu" fort kembali mencium dahi peat
"Tidak perlu, bila kau sibuk"
"Aku tak mau kau menolak, karena aku tidak pernah menerima penolakan darimu" ucap fort memandang tulus peat hingga peat harus memalingkan wajahnya yang memerah karena malu
Fort turun dari mobil dan membukakan pintu mobil untuk peat. Fort memandang lembut peat yang masuk kedalam gedung asrama, tanpa mereka sadari seseorang bersweater hitam mengawasi mereka dari jauh.
.
.
.Tbc
Berikan vote ⭐
KAMU SEDANG MEMBACA
I love you, Kakak Senior!
FanfictionBoysLove Fanfic || warning! Fanfic dewasa (18+) FortPeat Summary : pernah gak sih kamu dikejar-kejar brondong? brondong bukan sembarang brondong, sudah sok ganteng, sok asik, sok kenal, sok akrab, sok kaya, dan napsuan. Itulah nasip yang Peat dapa...