.
.Peat melihat fort bangun setelah baru saja selesai berhubungan intim, ia mengambil handuk dan tersenyum kearah peat
"Aku mandi dulu lalu aku akan mengantarmu berbelanja atau kau mau mandi bersamaku?" ajak fort
"Mandi sana!" usir peat malu dan fort tertawa pelan masuk kekamar mandi, peat memejamkan matanya, wajah memerah, walau sudah terlalu sering tidur dan bercinta bersama fort tapi tetap saja dia masih malu begini mengingatnya. Peluh bahkan masih melengket ditubuh telanjangnya
'Sial! Kenapa bocah itu malah makin terlihat tampan' batin peat mengingat bagaimana fort mengagahinya, ia menutup wajahnya dengan selimut saat pikirannya malah menjadi liar dan nakal sendiri.
.
"Apa kau tidak lelah? Kau masih sanggup berbelanja?" tanya fort berjalan disebelah peat di sepanjang lorong asrama menuju lift, karena mereka tadi bercinta dengan sangat panas, ia hanya takut peat kelalahan karenanya
"Lelah tidak lelahpun aku harus berbelanja keperluan tugas proyek kelompokku, kalau kelompokku tak bisa membuat produk menarik, kami akan dapat nilai jelek semester ini" khawatir peat keluar dari lift dengan fort yang setia menjaganya
Peat sama sekali tak menyadari bahwa sosok bersweater hitam yang menutupi wajahnya dengan penutup sweater itu terus mengawasinya setiap saat untuk mencari waktu yang tepat. Sosok itu mengepalkan tangannya menahan amarah yang teramat sangat melihat kebahagiaan diwajah peat dan fort.
.
.Saat sampai di toko yang dituju, peat memilih bahan-bahan tugasnya dan fort dengan setia menemaninya
"Serius fort, apa belakangan ini kau tak sibuk sampai bisa menemaniku seperti ini?" tanya peat
"Aku sudah membereskannya, semua pekerjaanku aman, aku akan mengunakan semua waktu luangku hanya untuk bersamamu" jawab fort membuat peat diam-diam tersenyum senang
"Oh iya, orang tua dan kakaku sangat penasaran denganmu, mereka ingin bertemu dengan orang yang bisa menaklukkan anaknya ini. Apa kau ada waktu bertemu mereka?" tanya fort memelas tapi peat takut, ia takut tak diterima dan merasa tak percaya diri
"Tapi aku hanya mahasiswa biasa dan dari kalangan yang biasa saja. Apa keluargamu bisa menerimaku?" tanya fort menunduk sedih, fort mendekat dan mengelus rambut halus peat
"Kau tau? Mereka akan sangat senang. Karena berkatmu, aku yang keras kepala ini dan suka bersikap arogan bisa berubah lebih baik. Ibuku bahkan sampai kekuil dan memberi persembahan begitu banyak saat tau aku memilikimu" jelas fort mengingat kelakuan ibu dan ayahnya yang nekat kembali ke Thailand hanya karena berita anaknya yang selalu merusak orang lain, bisa jatuh cinta
"Sungguh? Tidak apa-apa?" takut peat
"Percaya padaku. Sabtu depan aku akan membawamu bertemu mereka" senyum fort, walau takut tapi peat juga ingin berkenalan dengan keluarga fort jadi dia mengangguk setuju
"Apa sudah selesai?" tanya fort melihat belanjaan yang ia bawa
"Sudah, kurasa cukup" jawab peat
"Setelah ini ayo pergi makan" ajak fort dan peat setuju, mereka memang belum makan gara-gara fort yang nafsuan.
.
Fort membukakan pintu mobilnya agar peat bisa turun saat kembali ke asrama, tentu setelah mereka selesai makan bersama diluar
"Lain kali aku akan masak saja dari pada harus selalu makan makanan dari luar, Lama-lama tidak sehat juga" omel peat
"Kau bisa masak?" Fort malah terkejut
"Aku tak akan jadi perantau sekolah disini bila tak bisa masak" jawab peat memasuki gedung asramanya bersama fort
"Wah, aku sangat ingin makan masakanmu" regek fort
"Lain kali saja, kita sudah kenyang" jawab peat tak peduli rengekan manja fort padanya sampai masuk kedalam lift.
Sosok bersweater hitam terus mengawasi dengan diam disana, ia benar-benar seperti tak punya kesempatan
'Sial! Kenapa dia tak pernah sendirian!' kesalnya karena kalau bukan bersama fort maka peat akan bersama sahabat-sahabatnya, sangat sulit menemukan peat dalam keadaan sendirian. Hal itu makin membuatnya kesal.
.
."Kau tak pulang? Tak bekerja?" tanya peat meliahat fort masuk kedalam kamarnya, ia pikir fort hanya mengantarnya saja
"Aku akan membantumu mengerjakan tugas proyekmu itu" jawab fort melepas sepatunya dan duduk disofa
"Kau benar-benar ada waktu?" tanya peat memastikan sambil mengeluarkan bahan-bahan tugasnya
"Aku selalu ada waktu untukmu" senyum fort
"Kau aneh sekali, biasanya kau setidaknya kekantormu sebentar lalu kembali, tapi belakangan ini kau hampir seperti tidak punya pekerjaan hanya menemaniku" heran peat
"Aku kekantor saat kau kuliah" jawab fort, tapi bagi peat itu aneh karena biasanya pimpinan besar seperti fort itu tidak pernah meninggalkan perusahaannya begitu lama
Peat hanya melihat fort kini duduk didepan meja dan mulai melihat tugas miliknya dengan saksama, walau juniornya dikampus fort bahkan bisa lebih ahli mengerjakannya. Ternyata benar, kuliah baginya hanyalah formalitas untuk mendapatkan gelar resmi. Semua pembelajaran telah didapatkan lebih dulu oleh fort secara privat oleh keluarganya
"Apa kau akan memamerkan produkmu ini bersama kelompokmu?" tanya fort
"Ya, kami akan menjualnya dan memamerkannya di sebuah mall bersama kelompok lain dengan menerapkan ilmu bisnis yang sudah kami pelajari" jelas peat dan fort mengangguk mengerti
"Apa kau butuh bantuanku? Aku punya banyak rahasia trik bisnis" tawar fort dan peat mengeleng pelan
"Kami harus berusaha sendiri" tolak peat dan fort tersenyum, dia sudah tau jawabannya
"Oh iya phi peat"
"Apa?"
"Pastikan handphonemu selalu aktif jangan sampai kehabisan batrai kemanapun kau pergi" pinta fort
"Kenapa? Sampai batrai ponselkupun kau sangat perhatian" heran peat
"Lakukan saja untukku, oke?" mohon fort dan peat menghela nafas
"Iya iya" jawab peat membuat fort tersenyum dan kembali membantu tugas peat.
.
.
.Tbc
Berikan vote ⭐
KAMU SEDANG MEMBACA
I love you, Kakak Senior!
FanfictionBoysLove Fanfic || warning! Fanfic dewasa (18+) FortPeat Summary : pernah gak sih kamu dikejar-kejar brondong? brondong bukan sembarang brondong, sudah sok ganteng, sok asik, sok kenal, sok akrab, sok kaya, dan napsuan. Itulah nasip yang Peat dapa...