***
Nilya mengerucutkan bibirnya, sembari menatap tajam lelaki hot di depannya ini. Saat lelaki itu menatapnya, akan langsung ia sinisin.
"Apa lihat-lihat?!" Bukannya marah, lelaki itu malah terkekeh dan lanjut menandatangani kontrak perjanjian.
"Katakan pada mereka, bahwa barang yang mereka inginkan akan tiba beberapa hari lagi." Ujarnya kepada tangan kanannya yang bernama Michael, biasanya di panggil Khael.
"Baik tuan. Jika tidak ada lagi saya permisi." Ujar lelaki itu lalu pergi dari kamar tuannya.
Jeffran. Lelaki itu mengubah posisinya agar bisa berbaring di samping gadis kecilnya, merengkuh tubuh itu dengan erat namun tidak sampai menyakitinya.
"Kamu kenapa jadi sensi banget sih, baby?" Tanyanya yang serasa meminta di bejek-bejek oleh Nilya. Oh ayolah! Ia tengah tidur dengan nyenyak bahkan bermimpi indah, tapi malah lelaki ini bangunkan lalu menculiknya kemari.
Dasar!
"Pikir sendiri!" Ketusnya lalu membalikkan badannya, membelakangi lelaki itu. "Ahh... Tangannya!" Desis gadis itu lagi sembari menyingkirkan tangan kekar lelaki itu yang bertengger di dadanya, bahkan sempat meremasnya tadi.
Gadis itu berbalik lagi, lalu menjitak kepala Jeffran dengan kesal. "Jangan mesum atau aku pulang?!" Ancamnya yang sekarang membuat wajah lelaki itu langsung murung.
Wajahnya jujur saja terlihat sangat menggemaskan, membuat Nilya jadi tidak tega memarahi lelaki ini. Astagaa! Padahal dia itu ketua Mafia sangar loh, kenapa jadi imut begini.
"Tapi kan, aku mau nyusu..." Lirihnya masih dengan wajah polos, bak anak kecil.
"Nggak ada!" Nilya menenggelamkan wajahnya pada dada bidang lelaki itu, lebih baik begini dari pada melihat wajah menggemaskannya yang membuat Nilya tidak tega.
"Mau nyusu! Dulu juga kamu sering nyusuin." Katanya sembari mengangkat dagu gadisnya itu. Belum sempat menjawab wajah sok polos lelaki itu sudah nemplok di depan dadanya. "Pokoknya mau nyusu! Kalo nggak, nggak usah tidur!"
"Yaudah, kamu aja yang nggak usah tidur." Nilya memejamkan matanya, tapi entah kenapa ia tidak bisa tertidur padahal sudah lebih dari tujuh menit menutup mata. Gadis itu membuka matanya dengan kesal saat kancing piyamanya di buka, lelaki itu malah menyeringai.
Sudah keluar ternyata sifat aslinya. "Bra-nya di buka!" Ujar lelaki itu yang kini menyelundupkan tangannya ke bagian punggung gadis itu.
"Nggak mau!" Nilya melipat tangannya di depan dada, sembari menggeleng keras.
Kaitannya terlepas. "Harus mau, baby." Jeffran membuang asal piyama gadis itu, lalu menyikirkan tangan kecil gadis itu dengan perlahan.
Nilya menatapnya tajam. "Kang maksa!" Pada akhirnya lelaki itu bisa melakukan apa yang ia mau juga sedari tadi. "Shhh... Pelan goblok!"
"Eumh... Mulutnya!"
Melihat tatapan lelaki itu nyalinya menciut, jadinya Nilya menyengir lalu mengelus lembut rambut lelaki itu dengan terpaksa.
"Udah ya, udah. Nyusu aja dah!"
***
Sebuah ruangan gelap yang di dalamnya hanya ada dua kursi dengan satu penerangan, seorang wanita kini duduk di sebuah kursi dengan keadaan terikat, ia bingung kenapa dirinya diikat begini. Padahal tadi Aland-assisten sekaligus orang kepercayaan Leo-menjemputnya untuk bertemu dengan Leo.
Beberapa menit kebingungan, akhirnya pintu ruangan itu terbuka, menampilkan seorang lelaki yang menggunakan baju hijau untuk operasi.
"Dokter Leo?" Beonya dengan suara pelan, wajah lelaki itu tidak tertutup oleh masker yang masih berada di bawah dagu Leo.
KAMU SEDANG MEMBACA
Obsessed With You [Pre-Ending]
FantasyGimana rasanya, jika kalian yang sedang melamun di kamar dan baru satu detik memejamkan mata, langsung tersadar di tempat yang berbeda, yang jelas-jelas bukan kamar kalian?! *** "Baby, kenapa ngelamun, hm?" Lizzie Swansea. Gadis itu menatap was-was...