***
Siang itu Nilya sudah selesai dengan pembelajarannya. Dan kini dirinya tengah berada di ruangan BK. Niat hati ingin mencari Bu Yuna untuk membicarakan sesuatu tapi guru itu tidak ada di ruangannya, membuat Nilya memilih untuk duduk dan menunggu di ruangan itu saja.
"Ibu udah sering bilang sama kalian bertiga! Tapi kenapa masih bandel banget sih hah?!" Saat pintu ruangan terbuka yang di lihatnya disana masuk Heaven, Ellard dan juga Jenaro tentunya. Mereka bertiga itu tidak bisa di pisahkan.
Masuk juga Bu Yuna dari sana. "Eh, Miss Nilya, kenapa ke sini?" Seketika oktaf suara wanita itu menurun ketika melihat dirinya, ia hanya tersenyum ke arah guru tersebut.
"Tadinya sih mau keliling sama Ibu, tapi kayaknya Ibu udah keliling duluan." Gadis itu berdiri lalu kini mengusap kepala milik Jenaro, lelaki dengan badan besar namun sayangnya akan menjadi seperti kucing lucu jika berhadapan dengannya.
Lihat saja sekarang dirinya sudah duduk dengan manis, sembari menarik guru favoritnya itu untuk duduk di sampingnya.
Nilya hanya tersenyum saja menanggapi lelaki yang sekarang malahan terlihat lucu, dari pada garang seperti yang di bilang oleh anak-anak sekolahannya.
Heaven, lelaki itu menatap tajam temannya lalu duduk sendiri, sedangkan Ellard memilih untuk di samping lelaki itu, tatapannya itu malahan terkesan sinis. Sangat mencari kesempatan sekali lelaki itu.
Bu Yuna, kini dirinya mulai menceramahi kembali ketiganya dengan panjang lebar, dan ya reaksi mereka tetap sama. "Iya Bu," walaupun tidak ada yang masuk pada otak mereka, seperti masuk telinga kanan, keluar dari telinga kiri.
Ketiga lelaki itu kini keluar dari ruangan BK, begitu juga dengan Nilya, tapi gadis itu memilih untuk berpisah pergi ke ruangan pribadinya yang memang di sediakan oleh Jeffran. Aih, lelaki itu memang yang terbaik.
Dirinya kini masuk ke dalam sana, pemandangan pertama yang ia lihat adalah kursi kerja miliknya yang terbalik, membuatnya bingung. Ketika baru saja melangkah kursi itu kini di balik oleh seseorang yang memang duduk di sana.
Ia tidak terlalu terkejut dengan hal itu, gadis itu hanya tersenyum lalu pergi ke arahnya. "Kenapa ke sini?" Tanya gadis itu sembari kini mengambil bekal miliknya yang berada di dalam tas, yang ada di atas meja.
"Mau lihat tunangan aku." Ujar pria matang itu sembari menatap wajah cantik gadisnya, yang sangat candu.
"Udah lihat kan?" Ujarnya sembari menatap balik pria bermata tajam itu. "Jadi boleh pergi." Jeffran, lelaki itu menganga mendengarnya, secara tidak langsung gadis kecilnya sedang mengusirnya.
Ketika ingin pergi ke sofa ruangan itu, tangannya di cekal, lalu di tarik dengan sengaja untuk duduk di pangkuan pria itu.
"Siapa yang ajarin ngomong begitu?" Tanyanya sembari menatap wajah gadis itu, Nilya belum menggubris perkataan prianya, dirinya memilih berpikir dengan wajah lucu yang membuat Jeffran ingin sekali memakannya.
"Papi, yang ajarin. Kenapa?" Tantangnya kepada pria itu, yang kini hanya diam. Jika dirinya menjawab Leo yang mengajarinya, pasti pulang dari ini kedua pria itu akan bertengkar dan berakhir babak belur.
"Nggak apa-apa, baby." Ujarnya lalu kini meraih bekal milik Nilya dan membukanya, gadis itu hanya diam karena tahu apa yang akan di lakukan oleh pria itu.
Menyendokan sesuap nasi dan lauk yang ada di sana, pria itu mengarahkan ke bibir manis gadisnya itu. Aish, ia jadi ingin melumat bibir itu.
"Eumh." Respon lucu dari gadisnya yang tengah memakan makanannya itu membuatnya tersenyum.
KAMU SEDANG MEMBACA
Obsessed With You [Pre-Ending]
FantasyGimana rasanya, jika kalian yang sedang melamun di kamar dan baru satu detik memejamkan mata, langsung tersadar di tempat yang berbeda, yang jelas-jelas bukan kamar kalian?! *** "Baby, kenapa ngelamun, hm?" Lizzie Swansea. Gadis itu menatap was-was...