12. Bugh! Bugh!

17.4K 1.9K 129
                                    

***

Keempat lelaki tampan itu kini berada di kamar Sagara, Kaezar sedang memainkan ponselnya di atas ranjang adiknya itu. Sedangkan si lelaki berjaket hitam itu tengah duduk anteng di atas sofa, sembari menonton televisi yang berisikan film bergenre fantasi. Si pemilik kamar duduk di pinggiran kasur sembari ikut menonton bersama si lelaki berjaket. Si lelaki dewasa? Oh, lelaki itu hanya diam dengan mata terpejamnya, walaupun terlihat tenang seperti itu tapi tidak dengan hati dan pikirannya.

Mereka terdiam beberapa saat, sampai suara dari si lelaki berjaket mengalihkan perhatian mereka.

"Kata Mami, adik kalian yang hilang belasan tahun itu udah ketemu ya?" Tanya lelaki itu tanpa melirik ke arah Sagara maupun Kaezar.

"Bukan. Dia bukan adik gue, tapi calon istri gue." Perkataan terlewat santai dari Sagara membuat si lelaki berjaket memekik.

"Anjing! Lo jangan bercanda dulu napa!" Sentaknya kepada lelaki yang tengah Sagara yang sedang memakan kripik kentangnya.

"Siapa yang bercanda?" Itu Kaezar yang bersuara, walaupun tatapannya tetap fokus pada ponsel. "Dia calon istri gue dan Saga." Kata Kaezar membuat si lelaki berjaket menganga. Hei?! Apakah dua lelaki ini tambah gila? Cukup kemarin mereka membunuh hampir seratus preman hanya karena kesal. Jangan bertambah lagi kelakuan gila mereka.

Si lelaki dengan tampang hotnya membuka mata, menatap malas Kaezar yang di balas tak kalah malas oleh lelaki itu.

"Apa tanggapan orang tuamu?" Tanya lelaki itu masih dengan nada datarnya.

Sagara mengedik bahu acuh. "Mereka belum tahu. Tapi, future wife gue mau-mau aja tuh." Ujar lelaki itu sembari memasukan beberapa kripik ke dalam mulutnya.

Lelaki hot itu memutar bola matanya malas, lalu bersandar pada sofa lagi dan menutup matanya.

"Dih! Nggak ada yang bener, di antara kalian. Kayaknya cuma gue deh yang nggak gila disini." Ujarnya tanpa sadar diri. Padahal si lelaki berjaket hitam itu sering sekali membuat onar, tak peduli dengan posisinya sebagai dokter spesialis jantung. Sepertinya lelaki itu memang ingin menambah kekayaannya dengan membuat orang jantungan, lalu akhirnya bisa berkonsultasi kepadanya yang pada dasarnya merupakan dokter spesialis terkenal di kota bahkan negara mereka.

Mereka mendelik sinis ke arah lelaki itu, memang perlu mengaca lelaki kurang waras itu.

"Jones diem." Kata Kaezar yang mungkin sangat nyelekit jika saja si dokter tidak memiliki pasangan. Oh, tapi sepertinya sudah punya.

Lelaki itu tersenyum miring. "Dih, siapa bilang gue jones?" Mereka langsung mengarahkan pandangan ke arah lelaki yang paling anti dengan namanya wanita, saking antinya jika pasiennya bergender tersebut, tidak akan dia layani secara langsung. Hanya menyuruh para bawahannya yang bekerja dan mengecek, lalu melaporkan hasilnya, setelah itu barulah lelaki itu mengambil keputusan.

Operasi? Oh, dia hanya menyaksikan sambil menyuruh-nyuruh dokter lain yang masih junior untuk menangani hal itu. Tapi jangan salah, biar begitu tak ada operasinya yang pernah gagal.

"Gue udah punya. Mana cantik, mandiri, baik, sederhana lagi. Dari pada lo dan lo, sama adik sendiri." Tunjuknya kepada Sagara dan Kaezar, mereka berdua menatap datar lelaki banyak omong itu. Biasanya juga lelaki itu akan seperti Sagara yang bicara seadanya, kenapa jadi cerewet begini?!

"Dan lo, yang maunya sama jalang." Komentar si dokter itu, yang membuat lelaki hot di sampingnya menatap lelaki itu nyalang.

"Anna bukan jalang!" Ujar lelaki itu dengan suara penuh amarah yang tertahan.

Si dokter memandang sinis sahabat di sampingnya ini. "Cih, kalo dia bukan jalang nggak mungkin lo dapetin dia di club kan?"

Bugh!

"Anna bukan jalang, bangsat!" Kali ini amarah sudah menguasai lelaki tampan dengan tampang hotnya itu.

Bugh!

"Lo yang bangsat!" Tak terima rahang tegasnya di pukul, si dokter juga balas memukul lelaki tampan itu.

Bugh!

"Shit!"

Bugh!

"Anjing lo!"

Bugh!

"Sialan."

Sagara dan Kaezar hanya memandang datar perkelahian keduanya, karena bagi mereka itu sudah biasa, mereka juga hanya membuang-buang tenaga karena hasilnya akan tetap sama. Keempat orang itu semuanya unggul dalam bertarung. Sedangkan dalam menggunakan alat, jika Kaezar suka tongkat besi yang ujungnya berduri-duri tajam, maka Sagara suka rantai, si dokter suka pisau, dan si lelaki hot suka dengan pistol.

Tuhkan, keduanya sudah tepar di lantai dengan wajah babak belur, yang sayangnya tak melunturkan ketampanan keduanya. Malahan entah kenapa semakin menguar dengan jelas, seolah lebam-lebam itu menjadi daya pemikat tersendiri.

"Kalo dia bukan jalang, nggak mungkin dia lari dari lo tolol. Dia seharusnya terima lo apa adanya, bukan malahan lari dan mungkin cari pria lain." Tetap saja mulut si dokter yang akhir-akhir ini suka adu bacot, terus saja berujar.

"Anna bukan jalang, lo nggak tahu dia kayak gimana. Kalaupun dia manfaatin gue, dia nggak pernah minta uang seperti jalang-jalang di luaran sana. Juga, kalo dia emang mau bersetubuh sama gue, dia nggak mungkin nolak. Gue tahu dia cewek baik-baik yang masih polos. Gue ketemu dia di club waktu itu karena dia bakal di perkosa sama cowok bejad, dan dia nangis. Lo tahu sendiri, jalang nggak mungkin nangis pas mau di setubuhi kan? Malahan mereka terlihat fun-fun, beda sama dia, gue lihat mata dia, dia takut." Seolah keajaiban dunia, lelaki itu berkata panjang kali lebar kali tinggi, bukannya dingin tetapi lelaki satu ini terlalu malas untuk berbicara.

"Dia bukan jalang, Do."

***

Nilya sudah berada di meja makan, namun ia tak menemukan kedua Kakaknya, jadinya ia menyantap hidangan yang sudah di sediakan sendirian.

Gadis itu memakan beberapa potong ayam, dan terong goreng, setelahnya ia langsung naik saja ke atas.

Jika boleh jujur, ia tidak terlalu khawatir dengan kedua Kakak tampannya itu. Mereka punya banyak uang, jadinya pasti bisa membeli makanan sendiri.

Gadis itu menaiki lift, sembari bersenandung kecil. Sepertinya firasatnya sedang salah saja, dengan cepat gadis itu menuju ke kamarnya.

Masuk ke dalam dan mengunci pintu putih itu, baru saja pintu itu tertutup, pintu coklat di seberang pintu tersebut terbuka.

Menampilkan seorang lelaki tampan dengan pakaian urakan, dengan tatapan malas namun tajam, menatap apapun yang ada di depannya.

Dia, Leonardo Capristo.

***

Kaget banget, bangun-bangun udah 14rb matanya. Huhuuu seneng.

Next? 200 vote.

This Part Ends On:
Rabu, 19 April 2023.

Obsessed With You [Pre-Ending]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang