***
Nilya bersenandung kecil menuju ke sebuah tempat. Untung saja ia mempunyai sistem yang entah kenapa bisa membuat orang-orang di kantor tidak bertanya-tanya tentang peristiwa di lobby itu.
Gadis itu rencananya akan pergi makan ke warteg yang pernah ia datangi waktu lalu, karena menurutnya mie ayam mereka sangat enak. Ia juga akan mencoba makanan yang lain.
Dan ya, disinilah gadis itu sekarang duduk di warteg sembari menunggu pesanannya tiba dengan bermain di benda pipihnya. Tak lama dari itu seseorang tiba-tiba saja duduk di depannya.
"Hai, Zia." Panggil orang itu membuat Nilya menoleh, gadis itu tersenyum melihat lelaki di depannya.
"Hai juga, Leo!" Ya, orang itu adalah Leonardo. Kemarin-kemarin ia terus saja mendatangi warteg ini agar bisa bertemu dengan perempuan di depannya ini. Dan sekarang, akhirnya ia bertemu juga dengan gadis manis ini.
"Aku mencarimu kemana-mana, kau tahu." Katanya, mengutarakan isi hatinya.
Nilya mengernyit heran. "Lah, kenapa cari-cari aku?"
"Nomor ponsel." Nilya mengangguk sembari membentuk bibirnya menjadi huruf o.
Gadis itu akhirnya memberikan nomor ponselnya, dan berakhirlah kedua orang itu yang berbincang banyak di warteg tersebut.
"Kok muka kamu kayak familiar ya?" Gadis itu meneliti wajah Leonardo yang memang terlihat sangat familiar di matanya, namun sepertinya yang membedakan adalah mata abu-abunya dan rambut lelaki itu yang di cat berwarna merah gelap.
"Masa'?" Godanya yang membuat Nilya memukul lengannya pelan.
"Iya beneran tahu, kayak... Emh kayak— SANGMIN!" Hebohnya tanpa sadar, ia menganga lebar tak memperdulikan tatapan orang-orang yang mengarah kepadanya.
Leonardo segera menatap sekitar, ia tersenyum canggung. "Maafin pacar saya ya, Pak, Bu." Ujarnya yang akhirnya membuat para pengunjung di sana kembali melanjutkan aktivitas makan mereka.
Kok bisa Leo, mukanya mirip ayang Sangmin?! Batinnya sembari menelisik wajah tampan lelaki itu, benar yang membedakannya hanya rambut lelaki itu dan juga mata abu-abunya.
"Ini dunia novel tuan, apa saja bisa terjadi." Ujar sistem seadanya.
"Hei!" Setelah memanggil beberapa kali dengan melambai-lambaikan tangannya ke depan wajah Nilya, barulah gadis itu tersadar.
"Ah! Maaf-maaf." Ia terkekeh geli sembari menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.
Leonardo tersenyum lembut dan mengangguk, karena tersenyum seperti itu kedua lesung pipinya terlihat, yang menambah kadar ketampanan lelaki itu.
Fiks! Harus di jadiin suami sih ini! Batinnya yang sudah ketar ketir melihat lelaki di depannya, kenapa juga dia baru sadar sekarang?!
"L-leo, eee. Kamu udah, punya pacar belum?" Tanyanya mencoba menghilangkan rasa malunya, tapi demi cogan yang mirip ayang Sangmin apapun akan di lakukan!
Leonardo mengangkat kedua alisnya, wajahnya sedikit memerah. "Belum, tapi calonnya udah ada sih." Ia terkekeh geli dengan wajah malu-malu kucingnya. Ihh gemes banget.
Wajah Nilya seketika berubah sendu. "Siapa?" Tanyanya lagi karena penasaran.
Leonardo terlihat semakin malu, walaupun terlihat lucu tapi membuat wajah Nilya semakin sedih.
"Ini, yang lagi bicara di depan aku."
BLANK!
Itulah yang Nilya rasakan sekarang, sedangkan Leonardo mati-matian menahan rasa malunya, wajahnya sekarang sudah memerah seperti kepiting rebus.
KAMU SEDANG MEMBACA
Obsessed With You [Pre-Ending]
FantasíaGimana rasanya, jika kalian yang sedang melamun di kamar dan baru satu detik memejamkan mata, langsung tersadar di tempat yang berbeda, yang jelas-jelas bukan kamar kalian?! *** "Baby, kenapa ngelamun, hm?" Lizzie Swansea. Gadis itu menatap was-was...