***
Nilya menggertakkan giginya kesal, matanya bengkak karena menangisi keadaan Maminya yang cukup parah, namun untungnya hanya sampai luka pada bagian luar saja, dan sekarang juga Maminya sudah siuman.
Tapi jujur saja ia sangat marah dengan lelaki yang berada di balik telepon waktu lalu, karena lelaki itu Maminya sampai terluka.
"Bangsat! Gue cari lo sampe ketemu." Ujarnya sembari menatap tajam layar laptop yang berada di depannya, gadis itu mengunggah sebuah file yang memang sudah ia retas terlebih dahulu.
Tak perlu waktu lama, file itu sudah terunggah, bersamaan dengan munculnya data diri lengkap seseorang di dalam sana.
Tak sia-sia perjuangannya berjam-jam, akhirnya ia menemukan siapa dalang di balik semua kejadian ini.
"Dasar guru mesum sialan!" Umpatnya, lalu menutup laptopnya.
Gadis itu berjalan menuju ruangan tempat Maminya di rawat, masuk ke dalam mendapati Papi, Mami, Kaezar, Sagara, Jeffran dan juga Leonardo berada di dalam sana.
'Ini mereka nggak lagi datang buat ngelamar gue kan?' Batinnya bertanya, lalu mengedikkan bahunya dengan acuh.
Dandanannya sekarang itu begitu tidak terurus, karena ia merasa bersalah kepada Maminya. Jika bukan karena bukti yang dia serahkan, bisa di pastikan Maminya tidak akan jadi seperti ini, gadis itu meraih tas ranselnya, lalu menaruh laptop miliknya di dalam sana.
Melina menatapnya aneh, lalu saat Nilya mendekat wanita itu berkata. "Kamu jangan salahin diri kamu." Ujarnya dengan senyuman lembut khas seorang Ibu.
Gadis itu membuang muka. "Aku emang nggak salah Mih, yang salah itu si guru mesum, sialan, kurang ajar, bangsat itu!" Desisnya di sertai umpatan, mengingat hal itu lagi membuat rasanya ia ingin menonjok wajah penuh dosa milik pria gila itu.
"Baby, udah tenang." Kata Jeffran sembari membawa gadis itu ke dalam pelukannya, membuat Kaezar, Sagara, juga Leonardo langsung memberikan tatapan tajam ke arah lelaki itu.
Bukannya apa, tapi mereka itu takut...
"Baby?" Beo Melina, sembari menatap penuh tanya ke arah lelaki itu, begitu juga dengan Aaron yang menatap Jeffran meminta penjelasan.
Dan sialnya lagi, Jeffran baru menyadari tatapan tak bersahabat dari ketiga temannya.
Nilya juga sebenarnya sedikit merutuki pria yang satu ini, tapi karena dirinya yang tidak ingin memperpanjang masalah, ia langsung saja mengatakan. "Kak Jeffran pacar aku Mih." Gadis itu juga masih memeluk lelaki ini mencari ketenangan di dalam pelukan hangat lelaki itu.
Aaron mengangguk saja, berbeda dengan Melina yang mengernyit heran. "Pacar kamu bukan yang namanya Abram Golleuse itu? Yang CEO perusahaan Lex‘use itu?" Semua tatapan mengarah pada Nilya sekarang, begitu pula dengan Jeffran yang memegang kedua pundak Nilya menatapnya meminta penjelasan dengan tatapan tajam menuntut.
Bukannya apa, tapi ia kenal dengan Abram yang adalah rekan bisnisnya di dunia gelap.
Mereka tentu tidak ingin mendapatkan saingan baru, tolonglah, cukup mereka saja tidak perlu tambah yang lain.
Nilya sedikit ngelag dahulu, lalu berbalik menatap Maminya. "Dia bukan pacar aku Mih, kita cuma nggak sengaja ketemu di supermarket terus kenalan." Jelasnya.
Melina mengangguk saja. "Mami kira itu pacar kamu, maaf ya?" Nilya tersenyum kecil, lalu kembali berbalik dan memeluk Jeffran lagi.
Sedangkan Leonardo masih memberikan bombastic side eye-nya kepada Jeffran, padahal kan ia baru saja pulang tadi malam dan ingin di berikan pelukan hangat oleh gadisnya, tapi malahan gadisnya menelpon sambil menangis menjelaskan kondisi Maminya. Jadinya ia harus menunda lebih dahulu, dan sekarang dengan seenaknya lelaki itu yang baru saja datang satu jam yang lalu sudah mendapatkan pelukan candu itu.
"Leo? Kamu kenapa?" Tanya Melina kepada ponakan dari Aaron itu.
Leo langsung menatap ke arah Melina. "Nggak kok Mih, nggak apa-apa." Kata Leo mencoba untuk santai walaupun sebenarnya tidak bisa.
Nilya yang teringat akan sesuatu langsung melepaskan pelukan Jeffran. "Mami, aku mau pergi sebentar." Ujarnya dan berlalu begitu saja tanpa memperdulikan mereka yang ingin mencegatnya.
***
Nilya kini mengendarai mobil sembari menelpon seseorang, ia menatap tajam jalan raya kota yang berada di depannya seolah di depan sana ada seseorang yang sangat dirinya benci untuk saat ini.
Gadis itu mengendarai mobilnya dengan kecepatan tinggi, tidak peduli dengan pengemudi lainnya yang terus mengumpatinya.
"Kau sudah di sana dengannya, Lino?" Tanya Nilya kepada seseorang di sebrang sana.
"Ya, Nona. Saya sudah disini bersama dia." Jawab orang itu yang adalah Lino, kepala bodyguard tampan yang bekerja di bawah Aaron.
"Bagus." Ujar gadis itu lalu mematikan sambungan telepon.
Gadis itu melaju kencang di tengah gelapnya malam yang bertaburan bintang, entah kenapa ia jadi mengenang masa-masa dimana ia berada di tubuh lamanya. Seharusnya dia tidak ada disini, tapi ini sudah takdir dan ia hanya bisa menerima.
Tak butuh waktu lama untuk sampai di tempat yang sudah ia tentukan, disana sudah ada banyak pria berpakaian hitam, dengan seorang pria yang terduduk lemas dan babak belur karena perbuatan dari para pria berpakaian hitam itu.
Saat berada di sana, para pria berpakaian hitam itu langsung menunduk kepadanya.
Nilya menatap pria malang itu, lalu menyodorkan tangannya ke arah Lino yang dengan sigap memberikan tongkat bisbol yang di penuhi bercak darah dari pria malang tersebut.
"Ini yang lo mau kan, sialan?!" Tanya gadis itu dengan nada yang meninggi, pria malang itu yang adalah Pak Jason. Tapi sebenarnya tak pantas di sebut pria malang, karena pria itu bejat lebih pantas di sebut dengan pria kurang ajar.
Jason membuka sedikit matanya yang membengkak, melihat gadis itu dia hanya tersenyum kecil. "Jadi kamu, my pretty girl?" Pria itu kembali menutup matanya seolah tidak ada apa-apa dengan ini.
Tapi mendengar suara itu, ia semakin yakin, dan yakin bahwa pria bejat ini yang melakukan semua hal itu.
BUGH!
Layangan tongkat bisbol itu mengenai wajah Jason yang hanya berteriak merintih kesakitan, tidak peduli dengan apapun pria itu seolah sudah tidak memiliki semangat hidup sama sekali.
Tidak melawan, bahkan saat Lino dengan gila menyiksa pria itu seperti seorang psikopat.
"Lelaki sialan! Kenapa lo lakuin ini?! Anjing!" Teriaknya sembari memukuli pria itu dengan membabi buta.
BUGH!
BUGH!
BUGH!
"Akhh!" Rintih pria itu, tapi masih tetap diam dan tidak ada tanda-tanda ingin lari dari sana.
"Ya... Karena saya suka." Jawab pria itu setelah sekian lama. "Saya suka seseorang dalam penderitaan." Lelaki itu terkekeh, sembari menatap gadis di depannya. "Dan juga, saya suka melihat seorang gadis mendesah di bawah saya." Semakin gila, pria itu tertawa kesetanan.
Matanya kosong, namun mulutnya terus tertawa bak orang gila. Nilya menatapnya tajam, dan mendengus.
"Sakit! Bajingan sakit!"
BUGH!
***
Minggu, 12 November 2023.

KAMU SEDANG MEMBACA
Obsessed With You [Pre-Ending]
FantasyGimana rasanya, jika kalian yang sedang melamun di kamar dan baru satu detik memejamkan mata, langsung tersadar di tempat yang berbeda, yang jelas-jelas bukan kamar kalian?! *** "Baby, kenapa ngelamun, hm?" Lizzie Swansea. Gadis itu menatap was-was...