***
Ini sudah dua hari semenjak sekolah di liburkan, sebenarnya pihak sekolah tidak ingin mengatakan hal ini kepada pihak kepolisian, tapi ketika orang tua korban sudah bertindak, mau bagaimana lagi?
Kini Nilya tengah berada di sebuah mansion, yang baru di beli oleh keempat ayangnya, ada Jeffran dan Leo disini sedangkan kedua kakaknya masih sibuk dengan pekerjaan mereka.
Ketiga orang itu tengah duduk di ruang keluarga, Nilya memilin jarinya ketika Jeffran membahas tentang kejadian yang dua hari lalu terjadi di sekolah.
"Iya, aku jadi salah satu saksinya." Ujar Nilya dengan pandangan kosong ke arah depan. Ia memang tidak takut, tapi entah kenapa ada yang janggal dari kematian yang di katakan bundir itu.
Memang si korban membunuh dirinya menggunakan paku berkarat yang ada di gudang tersebut— itu masih dugaan. Tapi Nilya belum mengetahui kenapa bisa korban bundir? Menurut keterangan yang ia cari tentang siswi itu—tentunya dengan cara membobol datanya. Ia memiliki keluarga yang baik dan menyayanginya, keluarganya harmonis dan sudah di pastikan tidak memiliki musuh seperti ayang-ayangnya, teman-teman di sekolahnya juga mengatakan bahwa gadis itu sangat aktif, baik hati, juga selalu mendapat ranking di kelasnya, tentunya tidak memiliki musuh juga.
Dan untuk Queen Bullying sekolah, gadis itu bahkan tidak mengenal siswi yang telah meninggal tersebut. Begitu juga dengan ketiga anak nakal yang di urusnya pada hari yang sama, mereka tidak mengenalnya.
Pergaulannya juga dengan anak-anak baik. Jadi sebenarnya apa motif bunuh diri dari siswi itu? Jika soal biaya sekolah masuk universitas, sekolah sudah memberikan beasiswa karena gadis itu adalah anak berprestasi baik dalam bidang akademik dan non akademik. Untuk info, siswi itu adalah salah satu tim basket putri di sekolah mereka yang sering membawa nama baik sekolah.
Menurut keterangan tim basketnya, sama seperti teman-teman kelasnya, siswi itu tidak memiliki alasan bunuh diri yang pasti. Penyakit? Ah! Nilya belum memikirkan hal itu, tentunya karena hasil otopsi belum keluar, katanya akan keluar sebentar lagi.
"Aku akan ikut denganmu ke pengadilan nanti." Kata Jeffran, lagipula lelaki itu adalah pemilik sekolah, tentunya ia harus berada di sana karena TKP itu adalah hak kekuasaannya.
Nilya mengangguk, lalu menatap ke arah Leo. Kalian pikir Nilya tidak tahu tentang Leo? Ia tahu, ia tahu betul jika Leo adalah psikopat. Sebenarnya Jeffran sinting sih yang mengatakannya, tapi ia tidak masalah. Hanya saja agak tercengang, karena Leo yang ia pikir adalah yang paling waras ternyata adalah yang paling gila dari keempatnya.
"Menurutmu, kenapa korban bunuh diri? Padahal lingkungannya sangat baik, tidak ada yang menekannya, dia tidak memiliki musuh atau semacamnya, tapi... Kenapa dia bunuh diri?" Tanyanya kepada lelaki itu.
Kening Leo sempat mengerut sebelum menjawab. "Menurutku dia—"
"Hasil otopsinya belum keluar, lagi pula di TKP hanya di temukan sidik jari korban dan jejak kaki para saksi, kan?" Kata Jeffran dengan santainya, ia bahkan kini tengah mengelap pistol kesayangannya yang tentu saja di rancang khusus untuk lelaki itu, Leo menatapnya tajam membuat Jeffran menatapnya dengan songong. "Apa lo, lihat-lihat?!" Ia mengikuti nada bicara gadisnya tiga hari lalu, namun lebih judes saja.
"Ucapan lo emang bener." Kata Leonardo, sebenarnya ia ingin sekali menonjok wajah songong lelaki itu menggunakan palu besar yang kemarin, tapi nanti Nilya ngambek, dan ia tidak mau gadisnya itu ngambek kepadanya. "Dan kalo dia emang bunuh diri dengan statusnya yang baik seperti itu, itu berarti ada yang dia sembunyikan. Mungkin penyakit? Atau... Ah! Enggak, pasti penyakit!" Kata Leo dengan yakin, karena mendengar ucapan Nilya membuatnya mengurungkan untuk mengucapkan dugaan keduanya.
![](https://img.wattpad.com/cover/339187557-288-k155789.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Obsessed With You [Pre-Ending]
FantasiaGimana rasanya, jika kalian yang sedang melamun di kamar dan baru satu detik memejamkan mata, langsung tersadar di tempat yang berbeda, yang jelas-jelas bukan kamar kalian?! *** "Baby, kenapa ngelamun, hm?" Lizzie Swansea. Gadis itu menatap was-was...