Nggak sampe-sampe targetnya, yaudah gue update, soalnya data internet udah sekarat, takut nggak ke update besok/lusa.
***
Nilya bangun sekitar jam setengah lima, gadis itu mulai bersiap dari ritual mandi, lalu mengganti baju, dan setelahnya ia merias wajahnya dengan make-up. Hanya menggunakan bedak, eyeliner, maskara, dan lipgloss. Ia juga membawa peralatan make-up itu ke dalam tasnya.
Lalu turun dari lantai dua, menuju ke ruangan makan yang berada di lantai satu. Di sana ia menemukan Papi, Mami, dan kedua Kakaknya telah berada di meja makan.
"Selamat Pagi!" Gadis itu memberikan kecupan pada masing-masing pipi mereka berempat, lalu mengambil tempat duduk di sebelah Maminya.
"Pagi sayang." Balas mereka. Kaezar dan Sagara tersenyum manis ke arah gadis cantik itu.
Gadis itu mengambil roti dan juga selai kacang untuk sarapan pagi ini. Tenang saja, ia juga membawa cemilan di tas punggungnya. Ia membawa tas seperti ini tentu karena cemilannya.
"Gimana sama pekerjaan kamu kemarin?" Tanya Papi Aaron sembari menatap anak perempuannya yang sedang makan. Bukannya ingin melanggar aturan, tapi dirinya akhir-akhir ini pulang larut malam, dan anak gadisnya ini tentunya sudah tidur saat jam segitu.
"Lumayan seru, Pih." Ujarnya setelah meminum susu coklat yang telah ibunya sediakan. Nilya itu maniak susu coklat, pecinta ice cream vanilla, dan penyuka kripik kentang.
"Jadi, nggak seru-seru banget?" Tanya pria itu lagi.
Nilya mengangguk. "Iya Pih. Soalnya anak-anak sekolah itu cuma bakalan heboh kalo ngeliat cecan atau cogan. Contohnya kemarin pas Kak Saga jemput aku." Katanya sembari sedikit melirik Kakak lelakinya itu.
Aaron terkekeh. "Bukannya kamu cecan ya? Kok mereka nggak heboh?" Tanya pria itu dengan raut wajah bingungnya. Omong-omong, Nilya belum memakai kacamata dan mengikat rambutnya.
Gadis itu menyengir. "Hehehe... Aku pake kacamata sama ngikat rambut kayak pas lagi kerja di kantor Papi soalnya." Katanya kepada pria itu, membuat Aaron mengangguk.
"Yaudah, di buka aja. Kan nggak ada yang larang kalo guru nggak boleh ngurai rambut." Ujar pria itu dengan entengnya. Maminya yang sedari tadi hanya menyimak menggangguk menyetujui ucapan suaminya.
Nilya menggeleng. "Nggak deh Pih. Lagipula aku di sana buat kerja, bukan mau caper." Jawab gadis itu lalu lanjut memakan rotinya. Aaron tersenyum kecil lalu mengangguk.
Setelah selesai sarapan, Nilya pergi ke dalam garasi, karena hari ini ia akan membawa mobil sendiri. Gadis itu memilih mobil hitam yang terlihat biasa-biasa saja, sebenarnya mobil ini hanya biasa di gunakan oleh para bodyguard. Sudah di bilang, jika Nilya tidak ingin caper dengan membawa mobil keluaran baru yang tadi malam di belikan oleh Sugar Daddynya—Jeffran.
Saat di perjalanan dirinya malah melihat seorang wanita yang tasnya akan di jambret oleh preman. Memang sih, jalan yang di lewati gadis itu sepi.
"Hufhh... Jiwa kemanusiaan gue jadi menguar anjir." Gadis itu segera menepikan mobil, tepat di samping kedua kubu itu.
Mereka yang terlalu asik melakukan kegiatan tarik menarik tidak terlalu perduli dengan mobil itu. Tentunya, sampai...
Dugh!
Bruk!
Nilya membuka pintu mobilnya dengan kencang, membuat si jambret langsung jatuh tersungkur karena ulahnya.
"Ayo, cepat masuk!" Katanya kepada wanita itu yang mengangguk dan memasuki mobilnya, setelahnya ia melajukan mobilnya lagi.
Karena wanita itu takut bersikap tidak sopan, jadinya ia pindah ke kursi depan— tadinya di kursi belakang. "Terima kasih sudah menolong saya." Katanya sembari tersenyum simpul ke arah gadis di sampingnya. Yang mungkin berbeda sekitar 7 tahun dengannya?
KAMU SEDANG MEMBACA
Obsessed With You [Pre-Ending]
FantezieGimana rasanya, jika kalian yang sedang melamun di kamar dan baru satu detik memejamkan mata, langsung tersadar di tempat yang berbeda, yang jelas-jelas bukan kamar kalian?! *** "Baby, kenapa ngelamun, hm?" Lizzie Swansea. Gadis itu menatap was-was...