***
Cannilya, gadis cantik itu kini sudah berada di kamarnya setelah berteleportasi menggunakan si sistem yang bisa menteleportasikan dirinya kapan saja, untung saja gratis.
"Hadiah gue mana tem?" Tanya gadis itu sudah tak sabar ingin mengunboxing albumnya.
"Akan ada keesokkan harinya tuan, sebaiknya tuan turun dan menyambut kedua Kakak tuan yang sudah pulang." Ujar sistem dengan nada datarnya seperti biasa, padahal pada ucapannya itu selalu menyembunyikan sesuatu.
"Oh benarkah?! Kok Mami atau Papi nggak bilang sih?!" Kesalnya, lalu berlari ke arah meja rias, mengambil parfum dan menyemprotkannya pada beberapa bagian. Lalu dengan cepat berlari keluar.
Gadis itu bahkan langsung turun menggunakan tangga, karena menurutnya itu lebih cepat daripada menggunakan lift.
***
Kedua orang lelaki tampan kini turun dari mobil mereka, tentunya kedatangan mereka di sambut hangat oleh para pekerja yang ada di mansion itu.
"Selamat datang tuan muda Kaezar dan tuan muda Sagara." Ujar seluruh bodyguard sembari menunduk memberi penghormatan pada tuan muda mereka itu, begitu juga saat berada di dalam para pelayan melakukan hal yang sama seperti yang para bodyguard itu lakukan.
Kedua lelaki tampan itu memandang seorang wanita yang kini berdiri dengan senyuman mengarah ke keduanya. Kedua orang itu segera menghampiri wanita itu dan memeluknya sayang.
"Mami, kangen tahu." Ujar Sagara yang adalah si adik.
"Aku juga kangen." Ujar Kaezar. Memang, kedua orang itu berada di Korea selama lebih dari beberapa bulan.
"Mami juga kangen kalian." Kata si wanita yang adalah Melina, membalas pelukan keduanya dengan senyuman manis.
"Oleh-olehnya ada di dalam mobil Mih, tadi aku udah suruh pelayan buat ambil sih." Sahut Sagara, sembari menatap hangat ke arah wanita yang melahirkannya itu.
"Mami juga punya hadiah loh, buat kalian." Ujar Melina dengan senyuman cerahnya.
"Hadiah apa Mih?" Tanya Kaezar penasaran, apa mobil baru? Seperti biasanya.
"Hadiahnya—"
Tap! Tap! Tap!
"MAMI! KATANYA KAKAK UDAH DATENG?!" Teriak Nilya dari jauh, ia langsung berlari ke arah Melina ketika melihat wanita itu.
Melina tersenyum maklum sembari terkekeh kecil melihat anak gadisnya itu. "Iya, udah nih, kakak kamu." Wanita itu menatap kedua lelaki di depannya, yang tengah mematung menatap ke arah Nilya yang berlari sembari tersenyum manis ke arah mereka.
Sagara melirik Kaezar yang juga meliriknya, keduanya seperti memiliki ikatan batin dan bisa telepati hanya dengan tatapan mata itu. Rahang kedua orang itu mengeras.
Sialan!
Mereka sudah terobsesi pada seorang gadis yang ternyata adalah adik mereka sendiri, entah apa yang akan mereka lakukan selanjutnya.
Meneruskan, atau menghentikan obsesi gila yang sudah merajalela setiap hitungan detik mereka bernafas.
***
Nilya menatap kedua orang itu dengan aneh, kedua Kakaknya ia tahu memang dingin tapi hanya pada orang luar, tidak dengan keluarga mereka. Tapi kenapa kedua orang itu seolah tidak suka kepadanya?
Padahal ia tak pernah membuat kesalahan, ia memotong steak di depannya dengan kesusahan. Entah pisaunya yang tumpul atau memang dia yang tidak berbakat dalam memotong daging steak ini.
Sebuah tangan menyodorkan sepiring steak yang sudah terpotong-potong ke depannya, dan mengambil steak di depannya untuk di potong olehnya juga. Dan betapa terherannya Nilya karena yang memberikan steak itu adalah Sagara, Kakaknya. Walaupun begitu, tatapan Sagara masih sama datar.
Saat menatap ke arah Kaezar, Kakak pertamanya lelaki itu menatap dirinya dengan tajam. Astaga? Apa ia memiliki kesalahan? Tolong katakan tidak! Karena ia takut kepada Kakaknya yang sayangnya sangat tampan itu.
Gadis itu memakan steak didepannya, sembari menatap ke bawah, ia tak berani mendongak karena pasti akan bertemu dengan tatapan Sagara yang serasa bisa membekukan dirinya.
Setelah acara makan malam itu selesai, mereka kembali berkumpul di ruang keluarga, dengan Nilya yang terus fokus menonton film Home Alone, bersama kripik kentang pada pelukannya.
Ia duduk di sebelah Papinya, sedangkan Maminya tengah di apit oleh kedua Kakaknya di kursi seberang.
"Kalian sudah kenalan sama Nilya, kan?" Tanya Papi Aaron kepada kedua putranya itu.
Mereka hanya mengangguk, karena memang Melina sudah menjelaskan semuanya kepada kedua orang itu.
"Dia— Memang adik kandungku yang hilang selama tiga belas tahun itu, Pih?" Tanya Sagara sembari menatap intens ke arah Nilya.
Aaron mengangguk. "Kami sudah melakukan tes DNA juga." Perkataan itu membuat harapan kedua orang lelaki itu pupus seketika.
Mereka memandang gadis itu yang berusaha tidak melihat ke arah mereka, demi apapun Nilya takut dengan mata mereka yang seperti memiliki laser itu.
Beberapa jam setelah menonton film yang di tayangkan tadinya, akhirnya mereka memutuskan untuk beristirahat. Dan kini Nilya berusaha untuk tidak gugup, dengan menghisap permen kaki rasa mangga miliknya, karena kenyataan yang harus ia terima adalah kedua Kakaknya itu memiliki kamar tepat berada di samping kamarnya. Di kanan Kaezar dan di kiri Sagara.
Oh God! Ia berusaha bersikap normal padahal punggungnya panas dingin karena kedua Kakaknya berjalan di belakangnya.
Sedangkan kedua orang itu menatap penuh arti punggung Nilya. Nilya ingin membuka pintu dan masuk ke kamarnya tapi karena takut dikira tidak sopan jadinya.
"Kak Saga, Kak Kai. Aku masuk duluan ya." Setelahnya ia masuk ke kamarnya, dan langsung mengunci pintu kamarnya itu, demi apapun saat tadi ia menatap wajah datar keduanya, ia serasa ingin berteriak ketakutan. Sangat seram! Sama seperti menghadapi Sugar Daddy-nya, eh maksudnya ex Sugar Daddy-nya.
"Tenang Nilya, pasti juga kebiasa." Ia segera merebahkan tubuhnya ke atas tempat tidurnya, untuk menjemput si bunga tidur.
Sementara di luar kedua lelaki itu saling bertatapan. Sagara tersenyum menyeringai. "Aku akan terus."
Kaezar menatap adiknya itu. "Aku juga." Sudah terlanjur juga, padahal tadi ia ingin menghilangkan obsesi gila ini, tapi malahan semakin bertambah ketika melihat tingkah laku gadis itu yang selalu terlihat lucu di matanya.
Sagara menatap Kakaknya itu yang tengah menatap pintu berwarna putih di depannya. "Lagipula, dia sangat imut kan?"
Kaezar mengangguk menyetujui ucapan adiknya. "Bagi dua?" Kaezar mengulurkan tangannya di depan Sagara.
Sagara menyambut baik uluran tangan itu. "Bagi dua."
Keduanya tersenyum penuh arti, lalu berjalan menuju pintu putih itu dan mengetuknya.
Tak lama.
Ceklek!
***
This Part Ends On:
Rabu, 12 April 2023
KAMU SEDANG MEMBACA
Obsessed With You [Pre-Ending]
FantasiGimana rasanya, jika kalian yang sedang melamun di kamar dan baru satu detik memejamkan mata, langsung tersadar di tempat yang berbeda, yang jelas-jelas bukan kamar kalian?! *** "Baby, kenapa ngelamun, hm?" Lizzie Swansea. Gadis itu menatap was-was...