Bab 6

553 50 12
                                    

Pagi-pagi Thea ngirim chat ke Lino, karena mau ngasih makanan. Roti Unyil sekotak. Setelah mereka bertemu seperti biasa di parkiran kantor. Thea juga bilang agar Lino jangan membeli makan siang soalnya cewek itu mau ngasih makanan. Thea mengirim pesan lewat IM kantor.

Nanti Mas keluar ya jam setengah 12an.

Lino membalas disertai juga dengan emotikon gif genit yang bergerak.

Baru mau memulai pekerjaannya, ponsel di meja Thea ada pesan masuk.

Nugi:
Mainnya cantik banget tapi kurang rapi ya

Thea jadi tertawa. Salah kirim tu orang nggak sih? Kalau Nugi salah kirim, Thea benar-benar jadi yakin itu pesan sebenarnya mau dikirim ke Lino. Lebih cocok buat dikatakan ke Lino.

Nugi:
Ngerti dong, masa nggak ngerti

Belum sempat Thea membalas isi chat dari Nugi yang maknanya tidak jelas, sudah masuk pesan beruntun dari Mbak Dewi di IM komputer. Tugas-tugas yang harus dikerjakan hari ini.

Thea berbisik ke kubikel Ge yang sudah asyik berkutat dengan pivot. Kok Ge disuruh ngerjain laporan yang jadi kerjaannya si Della?

“Kenapa dia ngamuk tiba-tiba? Memo kemaren kelar semua.”

“Dia emosi liat lo bahagia banget akhir-akhir ini. Hahaha, gue denger sih lo digosipin sama mereka, ngebahas foto lo yang makan bakar-bakaran itu di story-nya Bang Aldric. Gue bisikin, lo dibilang cewek pick me karena maunya maen sama cowok-cowok doang.”

Thea ingin terbahak-bahak dan membalas pesan Nugi, tapi teringat kerjaannya banyak. Dia sudah berada di tahap ada label barunya. Cewek pick me. Entah dia memang sungguhan layak diberi label atau mereka saja yang salah dalam mengartikan pick me. Thea ketawa-ketawa saja. Senang banget melihat orang kesel.

🖤🖤🖤

Lift masih menunjukkan berada di lantai 9, Thea sudah tak sabar turun ke lantai 2, mau nganter dokumen. Begitu lift terbuka yang muncul adalah Nugi dan Aldric. Nugi beranjak keluar dari lift sedangkan Aldric memang ruangannya masih di bawah lagi.

Nugi menatapnya tajam dengan raut wajah galak tidak biasanya. “Theya, Lino nawarin ke gue makanan dari lo. Gue kok nggak dikasih sekotak sama lo, They? Parah sih!” dumelnya tiba-tiba.

“Apa sih, huh! Minta sekotak? Heii, yang bener aja lo!” pekik Thea sebal. Dia heran melihat pintu lift masih terbuka saja padahal tadi mulai bergerak tertutup.

Pintu terbuka lagi jadi bisa mendengar ocehan Nugi. “Kan gue yang jodoh-jodohin kalian! Dasar orang memang suka lupa sama gue kalo udah di atas.”

Lupa kalo udah di atas, memangnya gue penjabat!

Thea mendecak kesal, ternyata pintu lift-nya tadi terbuka lagi karena memang di luar dipencet lagi oleh Nugi.

Sambil memegang file dokumen yang harus dicap basah, Thea mengabaikan kehadiran Aldric yang bersikap tidak biasanya, kalem dan tidak banyak berbicara. Bagai Thea seperti sendirian di dalam lift dengan ditemani ada pantulan sosok lain berkepala cepak di dinding lift.

Di lantai 3, Aldric keluar lift tanpa menatap padanya hanya berkata ‘duluan ya’.

Rasanya memang aneh dicuekin oleh Aldric. Mungkin Aldric juga lelah karena dicuekin Thea sejak ada masalah malam itu sampai siang ini.

Setelah keluar dari lift Thea segera pergi ke ruangan tujuannya. Usai menyelesaikan urusan berkas cap basah dan menyerahkan ke staff asuransi.

Dalam kembali menuju ruangan lantai 5, Aldric mengirimkan pesan isinya harus beresin masalahnya Eliza. Aldric mengajak Thea buat lunch bareng. Aldric mengiming-imingi traktiran biar Thea tidak ada alasan menolak. Soalnya banyakan untungnya kan kalau terima ajakan Aldric.

Dua Dua SisiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang