Bab 28

292 25 3
                                    

Senin. Dicuekin terus. Nugi tidak menghubunginya sama sekali. Tidak ngirim pesan atau nelepon. Tidak menjemputnya. Dan, tidak mengirimkan pesan agar hati-hati di jalan seperti biasanya. Padahal dulu kalau mau berangkat sering dimintain foto dirinya katanya biar semangat berangkat kerjanya.

Saat baru masuk kantor semua mata yang melihatnya, kini tidak lagi buang muka. Akan menyisihkan waktu sekitar 30 detik maksimalnya untuk memperhatikan dan mengenali siapa sosok cewek berambut kecokelatan dengan softlens warna abu-abu itu.

Saat masuk ruangan OPR, Sita dan Nina sudah ada menoleh bersamaan. Sedangkan Della yang melihatnya juga hanya menautkan alis lalu fokus bermain ponsel lagi.

“Rambut lo keren deh! Keliatan makin keren! Cocok banget!” Suara pujian Sita membuat Thea menahan senyuman.

“Makasih, hehehe.”

“Lo keliatan lebih fierce kalo begini. Sumpah, jadi kayak idol Korea!” seru Nina juga tak kalah heboh suaranya. “Kalo begini lo bener-bener makin cantik, They!”

“Gue kira pas lo sama Ge lagi bahas warna rambut buat tu cowok. Gue mau kasih masukan aja warna yang sekiranya cocok buat Thea. Ternyata lo juga pake warna yang gue bayangin.” Sita yang juga hobi warnain rambut tersenyum bangga.

“Sumpah, lo jadi kayak boneka deh, They!” seru Nina masih terpesona.

Thea nyengir malu. Orang-orang memujinya, sedangkan Nugi malah tidak suka dengan pilihannya. Dan, setelah Ge muncul dan menatap pada ketiga cewek itu dengan tatapan heran. Mereka bubar fokus di meja kerja masing-masing.

“Sita dan Nina muji rambut gue. Katanya cocok dan keren. Gue kelihatan kayak artis Korea katanya. Gue merinding dengernya,” bisiknya ke Ge yang lagi mengecek email pagi.

“Mau jawaban jujur meski pahit? Mereka lagi cekcok sama Della. Kalo mereka nggak beneran kagum, ya mereka cuma mau manasin si Della.” Ge tertawa.

Thea mencebik, anjirlah. Mereka memang jago sekali mencari cara untuk mempermainkan perasaan orang lain.

“Kalo gitu lo tau kan, siapa yang bikin mereka jutek ke lo. Lo udah harus apal permainan kayak gini di circle. Emang deh kita nggak bisa menghindari orang muka dua.” Ge masih berbisik-bisik. “Eh, gue ada info. Info lama sih dari Sita.”

Karena Ge memang tidak dimusuhi oleh gengnya Della. Makanya Thea bodo amat kalau Ge masih bisa main dengan dua kubu. Malah jadinya Ge bisa jadi mata-mata.

“Lo harus tau, ada info kalo Nugi sama Karissa pernah ke rooftop tau. Banyak yang tau infonya. Lo tanya aja ke OB lantai itu, karena yang emang sering di luar ruangan kan mereka.”

Thea mendecak. Sudah bisa menduga kalau akan ada info-info seliweran tentang keduanya mungkin jadi berteman lagi atau saling memaafkan. Thea jadi bimbang. Pengen cepat-cepat pisah saja. Soalnya dia yang bakal jadi korban gosip lagi. Sudah kebayang bakal digosipin jadi orang yang menyedihkan karena ditinggal setelah puas dimanfaatkan jadi bahan pelampiasan dan diputusin dengan alasan ‘suka jalan sama cowok lain’.

Thea mendapat pesan dari Gita. Membuat mood-nya sedikit membaik karena cewek itu bilang mau ketemuan dan menanyakan kapan waktu luangnya. Thea bisa pergi kapan saja setelah jam 5 sore. Semoga saja tidak ada kasus-kasus dan lemburan, dia ingin ketemu dengan Gita.

Saat mengirim pesan beberapa kali ke Gita, Thea juga mengecek nomor Nugi. Aplikasi itu seperti tidak dibuka sejak kemarin malam. Siapa tahu saja Nugi pakai nomor lain buat berhubungan dengan Karissa! Dasar dua orang sialan!!

🖤🖤🖤

Hari Senin malam ini Gita menjanjikan untuk bertemu di sebuah kafe. Thea seharian menjadi semangat kerja dan hanya fokus untuk memikirkan hal apa saja yang akan dibicarakan dengan teman lamanya itu. Tiap sudah terasa lama menunggu akan melirik ke arah jam dinding meski di layar komputer ada jam digital. Dan jarum jam dia perhatikan menjadi lama bergeraknya. Sampai-sampai juga melupakan masalahnya dengan Nugi.

Dua Dua SisiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang