Bab 30

406 28 1
                                    

Nugi tahu Havi tidak akan mungkin pergi bersama Thea lagi. Punya nyali seberapa gede tuh bocah kalau sampai mendekati dan pergi bersama Thea lagi. Mencecar Havi mengenai keberadaan Thea sama saja mempermalukan diri sendiri, masa nyari keberadaan sosok pacar sendiri ke cowok lain?

Meski perasaannya tidak tenang bahkan selama bekerja di kantor, dia menenangkan diri bahwa Thea tidak mungkin pergi dengan Havi. Apa kurang bogeman dan ancamannya kemarin malam?

Kemarin Nugi mengajak Havi untuk bertemu. Mereka bertemu di Sevenest, tempat Havi biasa main billiard. Nugi yang memang maksa bertemu secepatnya di mana pun keberadaan Havi.

Mengorek informasi pada Havi mungkin bisa jadi lebih gampang. Kalau memaksa Thea bicara pasti cewek itu akan berakhir menyebut kata putus. Mencari Havi mungkin sama juga akan berusaha keras. Lebih ngabisin energi, tapi setidaknya tidak se-takut saat bicara pada Thea. Aneh.

Dari awal Nugi berusaha tidak langsung emosi nonjok Havi, padahal disambut dengan wajah tengil bocil yang belum lulus kuliah itu. Nugi hanya tahu dari Niar, saudara sepupunya yang lain, kalau Havi itu kini menjelma jadi cowok playboy dan genit. Bermulut manis. Dan sering godain cewek-cewek. Tukang tebar pesona. Niar pernah tidak sengaja melihat Havi saat datang ke rumahnya dan kedapetan melihat layar ponsel yang menampilkan foto-foto tubuh cewek. Tentu Havi tidak tahu kalau kelakuannya diketahui oleh Niar yang melihat dari atas balkon kamar, sedangkan Havi duduk di ayunan taman depan rumah. Jarak yang tidak jauh Niar tidak mungkin salah melihat.

Tentu itu hanya obrolan kecil yang Nugi tidak anggap serius, sampai dia tidak menyangka kalau Thea yang dia kenalkan waktu itu bakalan disabet juga. Memang hal yang tidak disangka bisa terjadi 100%.

Dan, Nugi saat mendapati foto random yang diposting Havi ada yang menampilkan sedikit pantat ceweknya itu langsung mikir Havi memang sudah sengaja bersikap kurang ajar. Mana Thea tidak sadar atau tidak peduli. Atau tidak tahu. Saat dikasih tahu responnya juga ngeyel.

“Lo akrab sama cewek gue sejak kapan? Siapa yang mulai? Elo kan?” cecar Nugi begitu masuk ke pintu ruangan. Tidak peduli ada orang lain yang jadi menoleh karena suara kerasnya. “Kalian selingkuh. Udah sampe mana hubungan kalian? Lo ngajak dia pacaran di belakang gue?”

Karena kata-kata itu keduanya langsung mendapat perhatian penuh dari teman-temannya Havi.

Havi menyuruhnya tetap tenang dan duduk di sofa. Sedangkan bocil itu berdiri dekat meja billiard. Nugi duduk dengan gusar di sofa warna cokelat gelap itu. Saat pandangannya mengedar, orang-orang di sekitar menjadi menghindari tatapan. Pura-pura sibuk tidak peduli lagi.

“Woy Brader, orang selingkuh itu dua-duanya salah. Lo nyemprot gue, udah nanya ke cewek lo juga? Lagian siapa yang selingkuh atau pacaran sih! Orang kita cuma jalan bareng. Kalo lo nggak tau gini, berarti lo nggak nanya dia.” Jawaban Havi yang santai tanpa beban itu mengundang Nugi ingin segera menjotos wajah yang ngeselin itu.

Nugi berasa jadi kelihatan bodoh karena dia datang menyerbu dengan informasi dan bukti kosong. Lantas dia ingat alasannya untuk menemui Havi. Kelakuan cowok itu yang membuatnya emosi pengen gebukin.

“Apa aja? Foto apa aja yang lo udah ambil dari Thea?” tanyanya langsung berdiri dengan cepat. Matanya seperti elang yang melihat target sasaran mangsa. Meski lebih tua tinggi tubuhnya tidak berbeda jauh.

“Lo peka juga ya sama pantat pacar sendiri. Sampe secuil itu dan kena efek glitch editan gue aja masih bisa ngenalin!” Havi menyeringai geli.

“Ada buktinya kalo itu dia. Bajunya sama. Gue juga udah liat foto jelasnya dia. Kurang ajar ya lo jadi laki-laki. Mana sini gue pengen tau apa aja yang udah lo ambil?” Nugi mencecar dan melotot. Dia tahu akan sulit menyuruh orang jahat menunjukkan hasil curiannya. Tapi dia punya senjata ampuh.

Dua Dua SisiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang